Sukses

Psikolog Terkenal Anjurkan Kokain Sebagai Obat Mujarab?

Saat itu, kokain tersedia di setiap farmasi dan bahkan dipergunakan untuk penanganan sakit gigi pada anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Sigmund Freud adalah bapak pendiri psikoanalisis, suatu metode klinis untuk perawatan psikopatologi berdasarkan eskplorasi seksualitas dan alam bawah sadar dan fokus pada dialog antara pasien dan sang psikoanalis.

Karyanya menjadi inspirasi bagi banyak penggagas teori dan filsuf Abad ke-20 dan mempengaruhi beberapa metode penting perawatan psikologis, misalnya psikologi analitikal oleh Carl Gustav Jung dan psikoanalisis oleh Jacques Lacan.

Freud melakukan ekperimentasi dengan bermacam-macam pendekatan dan cara, termasuk beberapa yang kontroversial.

Dikutip dari The Vintage News pada Kamis (19/1/2017), Freud pada mulanya adalah seorang ahli neurologi sekaligus sebagai pengguna dan pendukung kokain sebagai stimulan dan analgesik (pengurang rasa sakit).

Menurutnya, kokain mungkin bisa menjadi penyembuhan bagi bebeberapa masalah mental dan fisik. Pada 1884, ia menulis makalah "On Coca" yang isinya memuji-muji manfaat-manfaat ajaib kokain, misalnya sebagai pembunuh rasa sakit dan anti-depresi.

Melalui beberapa artikel susulan tentang kokain, Freud menyebutkan kokain mungkin bisa dipakai sebagai anestetik (obat bius), tapi ia belum pernah menjajal hal tersebut.

Penggunaan kokain dalam pembiusan disebarluaskan oleh Karl Kroller, rekannya, yang menemukan bahwa kokain dapat dipakai sebagai obat bius dalam bedah mata yang sulit. Saat itu, kokain tersedia di setiap farmasi dan bahkan dipergunakan untuk penanganan sakit gigi pada anak-anak.

Ada suatu masa ketika kokain diresepkan sebagai obat pereda sakit gigi bagi anak-anak. (Sumber The Vintage News)

Kokain memang dapat diterapkan dalam beberapa situasi, tapi Freud membuat kesalahan besar ketika ia merekomendasikan untuk menggunakannya sebagai penyembuhan ketagihan morfin.

Ia memperkenalkan kokain kepada temannya, Ernst von Fleischl-Marxow yang telah ketagihan morfin. Fleischl-Marxow mulai menggunakan kokain untuk menangani nyeri syaraf akibat infeksi yang didapat ketika melakukan otopsi.

Freud merawat Fleischl-Marxow dengan kokain dan mengaku bahwa kokain itu telah menyembuhkan ketagihan. Namun demikian, Fleischl-Marxow kemudian mengidap kasus akut psikosis kokain dan kembali menggunakan morfin.

Ia meninggal beberapa tahun kemudian saat masih juga ketagihan morfin dan menderita nyeri yang lebih parah. Ternyata, penggunaan kokain sebagai obat anestesi merupakan satu-satunya penggunaan aman zat itu.

Laporan ketagihan dan kelebihan dosis kokain pun berdatangan dari seluruh dunia dan reputasi Freud sebagai dokter juga merosot. Ia terus memakai kokain untuk menangani depresi, migren, dan inflamasi hidung, tapi kemudian memutuskan berhenti di awal 1890-an.