Liputan6.com, Washington, DC - Bak drama karya William Shakespeare, pidato pelantikan presiden Amerika Serikat (AS) seringkali memikat dengan pemilihan diksi yang anggun.Â
Sebut saja salah satu yang berhasil menarik perhatian rakyat adalah Franklin Delano Roosevelt, presiden ke-32 AS. Ia masuk ke Gedung Putih di tengah masa depresi dan diwarisi kegagalan sistem perbankan, pengangguran massal mendadak, dan kondisi dunia yang penuh dengan ancaman.
Roosevelt berhasil menyampaikan pidato pelantikan yang dinilai merupakan di antara yang terbaik. Kelak, kata-katanya menjadi favorit para penerusnya.
Advertisement
"Bahwa satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri," demikian kata-kata Roosevelt yang disampaikan pada momen pelantikannya dan terus populer hingga kini.
Kondisi keuangan AS yang menurun belakangan juga membawa ingatan publik pada pidato Roosevelt tentang uang sebagai dewa palsu.
"Para penukar uang telah melarikan diri dari kursi tinggi mereka di kuil peradaban kita. Sekarang kita dapat mengembalikan kuil itu pada kebenaran kuno. Ukuran restorasi terletak pada sejauh mana kita menerapkan nilai-nilai sosial yang lebih mulia dibanding keuntungan moneter belaka," sebut Roosevelt seperti dikutip dari Independent, Jumat, (20/1/2017).
Ia dilaporkan berhasil memperbaiki sistem keuangan dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa kegagalan tersebut tidak akan terulang lagi. Upayanya berhasil hingga 1990-an dan 2000-an, namun belakangan reformasinya yang dimulainya, diabaikan.
Kata-Kata Bersejarah Kennedy
Selang beberapa tahun berikutnya, hadirlah John Fitzgerald Kennedy di Gedung Putih sebagai presiden ke-35. Kata-kata yang digunakan dalam pidatonya merupakan gabungan dari buah pikirannya dan penulis utama pidatonya, Ted Sorensen.
"Biarkan kata-kata keluar pada waktu dan di tempat ini, baik untuk kawan mau pun lawan, bahwa obor telah diteruskan ke generasi baru Amerika-yang lahir pada abad ini, yang marah karena perang, yang disiplin karena perdamaian yang keras dan sengit, yang bangga dengan warisan kuno kami dan tidak mau menyaksikan atau mengizinkan lambat laun kehancuran HAM di mana hal itu telah menjadi komitmen bangsa ini...," ujar Kennedy.
"Biarkan setiap negara lain tahu, baik ini harapan yang baik atau buruk, bahwa kita akan membayar harga apa pun, menanggung beban apa pun, bertemu kesulitan apa pun, mendukung siapa pun, menentang musuh apa pun demi menjamin kelangsungan hidup dan kesuksesan kebebasan," tambahnya.
Lebih lanjut, Kennedy mengatakan dalam pidatonya:
"Energi, keyakinan, pengabdian yang kita ikhtiarkan akan menerangi negara kita dan semua yang melayaninya--cahaya itu dapat menerangi dunia."
"Dan, rakyat Amerika: jangan tanyakan apa yang negara lakukan untuk Anda, tapi apa yang dapat Anda lakukan untuk negara Anda. Jangan tanyakan apa yang Amerika akan lakukan untuk Anda, melainkan apa yang bersama dapat kita lakukan bagi kebebasan manusia," pungkasnya.
Advertisement
Obama, Reagan, Lincoln, dan Truman
Meski pidato pelantikannya dinilai merupakan salah satu yang terbaik, namun ada yang berpendapat Presiden Barack Obama tidak mewarisi kata-kata yang bersejarah.
"Kita berkumpul karena kita telah memilih harapan atas ketakutan, persatuan dibanding konflik dan pertentangan," demikian salah satu cuplikan pidato pelantikan Obama.
Ada pula mantan aktor sekaligus Presiden ke-40 Ronald Reagan yang terampil berpidato. Ia disebut-sebut mampu mengubah "candaan khas di bar" menjadi distilasi dari filsafat politik.
"Dalam krisis sekarang ini, pemerintah bukan solusi untuk masalah kita: melainkan pemerintah adalah masalah itu sendiri," ujar Reagan.
Abraham Lincoln, presiden ke-16 AS yang disumpah pada tahun 1861 dikenal dengan pidato pelantikannya yang menonjolkan persatuan mengingat hal tersebut tengah mengancam Negeri Paman Sam kala itu.
"Kita tidak bisa menghapus bagian kita masing-masing dari satu sama lain atau membangun sebuah dinding di antara mereka. Seorang suami dan istri dapat bercerai dan tidak saling menjangkau satu sama lain, namun negara kita tidak. Kita tidak bisa tidak bertatap muka, berhubungan, baik damai atau bermusuhan, kita harus melanjutkan ini semua...Akankah alien lebih mudah membuat perjanjian dibanding teman-teman membuat undang-undang? Akankah perjanjian antar alien lebih ditegakkan dibanding hukum di antara teman-teman?," ungkap Lincoln.
Dan ketika Donald Trump menolak NATO dan menyebut pakta pertahanan tersebut telah usang, memori sebagian orang melayang ke pidato pelantikan Presiden Harry S Truman pada tahun 1949.
"Tujuan utama dari perjanjian (NATO) ini adalah memberikan bukti jelas dari kerja sama negara-negara bebas untuk menahan serangan bersenjata dari pihak mana pun. Setiap negara yang berpartisipasi dalam aturan ini harus berkontribusi untuk pertahanan bersama," kata Truman.
"Jika kita perjelas, bahwa setiap serangan bersenjata yang memengaruhi keamanan nasional kita, akan bertemu dengan kekuatan yang besar...," tegasnya.
Dari 57 pelantikan yang pernah digelar di sepanjang sejarah kepresidenan AS, tak sedikit pula yang dinilai memiliki pidato pelantikan yang buruk. Sebut saja seperti Warren G Harding, Howard Taft, dan Martin Van Buren.
Lantas, bagaimana dengan pidato pelantikan Trump kelak?
Trump Tulis Pidatonya Sendiri
Presiden terpilih, Trump, mengumumkan dia menuliskan pidato pelantikannya sendiri. Foto ketika Trump menulis diunggah ke akun pribadinya di media sosial Instagram dan Twitter.
"Menulis pidato pelantikan di Mar-a-Lago, tiga pekan lalu. Tak sabar menunggu hari Jumat," cuitnya di Twitter.
Selama masa kampanye, Trump mengandalkan pidato yang dituliskan oleh penasihat kebijakan senior, Stephen Miller. Tidak jelas, sebera jauh Miller terlibat dalam penulisan pidato pelantikannya.
Advertisement