Liputan6.com, Pretoria - Hari ini 57 tahun silam, tepatnya 21 Januari 1960, bencana tambang terburuk terjadi di Afrika Selatan. Tambang Coalbrook dekat Sasolburg, Orange Free State, Clydesdale Colliery, runtuh dan menjebak sekitar 435 (atau 440) penambang di kedalaman 180 meter di bawah tanah.
Dilansir dari sahistory.org.za, tak ada mesin yang mampu mengebor lubang yang cukup besar dan dalam untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak.
Menyusul insiden ini, otoritas pertambangan setempat memutuskan untuk membeli bor yang memungkinkan untuk mencapai orang-orang yang terjebak di tambang batu bara.
Advertisement
Kecelakaan tambang terburuk di Afrika Selatan itu diyakini akibat disintegrasi sekitar 900 pilar bawah tanah, yang memicu runtuhnya dinding tambang di area seluas 324 hektar.
Saat itu sekitar 1.000 penambang berada di bawah tanah, namun hanya setengah dari mereka selamat. Situs mining-technology.com menyebutkan, mereka bisa bertahan hidup dengan melarikan diri melalui sebuah lubang.
Setelah berminggu-minggu mencoba menggali, tidak ada jasad yang ditemukan dan akhirnya tambang itu ditinggalkan dan disegel dengan beton. Beberapa petugas penyelamat meninggal dunia terjebak dengan reruntuh dan gas metana di dalam tambang.
Journal of the Southern African Institute of Mining and Metallurgy pada 2 April 2015 menyebutkan, produksi di tambang itu tengah meningkat dari 134.230 ton per tahun (1954) menjadi 2.260.660 ton per tahun (1958). Hal itu terjadi akibat pembangunan pembangkit listri Taaibos di Kragbron.
Pada tanggal yang sama tahun 2003, musibah lain terjadi di Colima, Meksiko. Saat itu gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang, menewaskan 29 orang dan membuat sekitar 10.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Sementara pada 21 Januari 1960, penerbangan Avianca 671 mengalami kecelakaan dan terbakar setelah mendarat di Montego Bay, Jamaika. Sebanyak 37 orang meninggal dunia. Musibah ini disebut sebagai bencana udara terburuk dalam sejarah Jamaika dan yang pertama untuk Avianca.
Â