Sukses

Surat Terakhir Kuak 2 Ketakutan Terbesar Osama bin Laden

Jelang berakhir masa tugas, Pemerintahan Barack Obama merilis sejumlah dokumen yang ditemukan di persembunyian Osama bin Laden.

Liputan6.com, London - Di tempat persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan, Osama bin Laden didera khawatir. Bukan hanya soal keselamatannya, bos Al Qaeda itu juga cemas soal dua hal": nasib anak-anaknya dan berapa cabang organisasi terornya yang kian ganas -- yang kemudian menjelma jadi ISIS.

Hal itu diketahui dari surat-surat yang ditemukan di rumah bin Laden, yang digrebek pasukan elite Amerika Serikat, US Navy SEAL 2011 lalu. Pada jam-jam terakhir masa tugasnya, Pemerintahan Barack Obama merilis yang terakhir, dari tiga bagian dokumen tersebut ke publik.  

Ada 49 dokumen yang dirilis. Otak di belakang serangan teror 9/11 tersebut menulis pesan untuk anak-anak dan anggota keluarga yang sedang dalam pelarian.

Ia juga menunjukkan tanda-tanda menjadi paranoid terhadap agen-agen asing yang dikiranya bakal menyisipkan perangkat pelacak dalam para pengikutnya.

Bin Laden juga menyatakan keprihatinan adanya tindakan teror yang "brutal dan keji", yang diduga dilakukan oleh kelompok yang menjelma menjadi ISIS, sehingga mencegah kaum Muslim untuk bergabung.

Dikutip dari Daily Mail pada Jumat (20/1/2017), dalam salah satu surat, bin Laden memperingatkan dua putranya, Uthman dan Mohammed tentang kemungkinan pejabat Iran menanam perangkat pelacak dengan kedok injeksi.

Rumah persembunyian Osama bin Laden di Abbotabbad (Reuters)

Bin Laden juga bercerita pada ibunya melalui sepucuk surat bahwa ia rindu ibunya dan bahwa ia meluangkan waktu untuk menjahit dalam persembunyiannya.

Suatu ketika, buron nomor wahid itu mengungkapkan bahwa ia sedang sakit malaria dan tifoid.

Dalam suatu catatan lebih gawat kepada seorang dokter, ia menjelaskan bahwa para sejawatnya frustrasi karena terpaksa membujang karena kurang tersedianya para istri".

Dengan demikian, para mujahid bujangan diizinkan melakukan masturbasi untuk melepas ketegangan seksual.

Kepada anak-anaknya, Uthman dan Mohammed, bin Laden berpesan untuk waspada.

"Kalau orang menyuntik kamu, suntikan itu mungkin berisi chip. Ukuran tabung mungkin normal, tapi jarumnya mungkin lebih besar Ukurannya chip bisa sepanjang bulir, tapi sangat tipis dan mulus," tulis dia. 

Selama beberapa tahun, abang dan adik itu berada dalam tahanan rumah pihak Iran, tapi kemudian dibebaskan.

Bin Laden menasehati mereka untuk pergi ke Peshawar, Pakistan, karena ada kenalan yang dapat membantu selama hidup dalam pelarian.

Bin Laden juga berkorespondensi dengan seorang anggota Al Qaeda yang menjaga putranya, Hamza.

Anggota yang dimaksud menuliskan bahwa ia tidak bisa membawa serta Hamza ke Abbottabad karena terlalu berbahaya.

Hamza bin Laden (Neil Doyle)

Dalam surat lain, Bin Laden memerintahkan putranya untuk mengungsi ke Karachi saat "hari berawan", diduga untuk menghindari bidikan drone.

Sejak kematian ayahnya, Hamza muncul dalam beberapa video propaganda Al Qaeda. Bulan lalu, ia secara resmi ditetapkan sebagai teroris oleh pihak Departemen Luar Negeri AS.

Sepucuk surat lain datang dari salah satu putrinya, Khadija, yang menulis bahwa ia dalam pelarian di sepanjang perbatasan Afghanistan dan Pakistan. Dalam surat itu, putrinya mengeluhkan beberapa serangan penyakit, termasuk malaria, tifoid, dan keguguran. Diapun jarang mendapat akses komputer.

2 dari 2 halaman

Beda Al Qaeda dengan ISIS

Terkait anak buahnya di Al Qaeda, bin Laden menjaga kontak dengan beberapa cabang di Nigeria, Afrika Utara, Pakistan, dan Yaman.

Sepucuk surat yang dikirimkan dari Afrika Utara pada 2007, isinya meminta pelatih-pelatih warga Irak dan Afghanista untuk melatih para pejuang mereka, dan juga rudal darat keudara.

Dalam surat yang sama, pemimpin yang tak disebut namanya itu mengusulkan agar membebaskan para tawanan wanita Prancis dengan imbalan "sekitar 5 juta euro" tapi tetap menahan para tawanan pria untuk merekam video propaganda setiap 2 atau 3 bulan.

Bin Laden menulis kepada cabang di Yaman untuk fokus pada upaya menyerang Amerika Serikat, yang olehnya disebut sebagai "kepala" kekuatan "kafir".

Melalui sepucuk surat kepada sesama militan yang ditulis sesudah 9/11, bin Laden menyerukan kepada para pengikutnya untuk menciptakan cara baru untuk memerangi Barat.

Osama bin Laden. (BBC)

"Jika kamu tidak bisa membuat senjata seperti senjata kaum Perang Salib di Barat, kita bisa menghancurkan sistem industri dan ekonominya dan membuat lelah pasukan yang sedang berperang tanpa semangat hingga hengkang."

"Karena itu, para mujahidin harus menciptakan cara baru yang tidak terpikirkan pihak Barat, dan salah satu contoh berpikir kreatif adalah penggunaan pesawat terbang sebagai senjata ampuh, seperti yang terjadi dalam serangan 'barokah' di Washington, New York, dan Pennsylvania."

Ia mengatakan bahwa Yaman adalah negara yang paling cocok untuk menjadi "Daulah Islamiah", tapi menurutnya tidak praktis bagi Al Qaeda untuk menjalankan suatu negara sesungguhnya. Pandangan ini berbeda dengan apa yang dicoba untuk dilakukan Islamic State di Irak dan Suriah (ISIS).

Dalam memo lain, bin Laden menganjurkan membunuh para jurnalis dan penulis. Memo lainnya berisi celaan terhadap pemerintah Iran, dan mengatakan bahwa rezim Syiah itu "benci kepada Islam".

Melacak dan menghabisi orang di belakang serangan 9/11 merupakan salah satu pencapaian terhebat Barack Obama. Para petinggi intelijen telah berupaya lebih dari 2 tahun untuk membongkar ratusan dokumen yang disita dalam penggerebekan.

Kelompok terakhir berisi 49 dokumen, termasuk perselisihan antara bin Laden dengan cabang Al Qaeda di Irak, yang belakangan menjelma menjadi kelompok ISIS. Para militan itu sekarang menjadi sasaran utama upaya antiterorisme AS.

Pada Kamis lalu, Pentagon mengumumkan bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat menyerang dua kamp militer IS di Libya selagi berupaya membasmi ekstremis yang kabur dari kantong kekuatan mereka di Sirte.

Bin Laden bertanggungjawab mengatur serangan-serangan 9/11 melawan AS sehingga menewaskan lebih dari 3,000 orang.

Serangan itu secara dramatis mengubah kehadiran AS di luar negeri dan menantang beberapa hal mendasar dalam Konstitusi berkaitan dengan upaya untuk mendeteksi teroris sebelum serangan.