Liputan6.com, London - Sebuah penelitian baru mengungkap, gaya Donald Trump dalam memimpin Amerika Serikat dapat dilihat jelas dari wajahnya.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Cass Business School. Institusi itu menilai berbagai bidang, yakni endokrnologi, genetika, psikologi, dan psikiatri untuk menilai kepemimpinan dan faktor individu yang menentukan keberhasilan kepemimpinan.
Baca Juga
Tim peneliti tersebut memilih wajah Presiden Trump untuk dianalisis. Menurut kajian, suami Melania Trump itu memiliki wajah yang maskulin, terlihat tua, dan lebar, di mana faktor tersebut kemungkinan menyiratkan keterampilan kepemimpinannya.
Advertisement
"Mereka yang memiliki rasio tinggi seperti Trump, cenderung lebih agresif, dominan, dan kuat," ujar asisten profesor di Cass Business School, Dr Oguz Ali Acar, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (22/1/2017).
"Mereka adalah adalah negosiator yang baik dan secara finansial lebih sukses," ungkap Acar.
Para peneliti menemukan adanya hubungan positif antara lebar wajah CEO laki-laki berbanding dan tingginya atau face with high width-to-height ratio (FWR), dengan kinerja keuangan perusahaan.
Di sisi lain, fitur wajah tersebut juga dikaitkan dengan perilaku yang tidak etis dan ekploitasi atas kepercayaan orang lain.
Wajah maskulin seperti yang Trump miliki, sering dilihat sebagai sosok yang mendominasi. Individu dengan fitur wajah tersebut juga berkembang dalam lingkungan yang kompetitif.
Namun, mereka yang memiliki wajah maskulin dinilai kurang dapat dipercaya dan tidak disukai dalam hal-hal kooperatif.
Acar meyakini, meningkatnya ancaman teror di seluruh dunia telah membantu Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.
Ia juga meyakini, meski wajah Trump yang terlihat tua sering diasosiasikan dengan kompetensi, jenis pemimpin seperti itu tidak disukai di masa perubahan.
Wajah Trump dengan fFWR yang tinggi juga dapat berdampak pada hubungan dengan para pemimpin internasional.
"Dominasi terkait fWHR bisa menjadi pedang bermata dua." ujar Acar.
"Di satu sisi, itu dapat menjadi aset bagi AS. Misalnya saja mengamankan kesepakatan yang lebih baik dalam negosiasi internasional."
"Di sisi lain, hal itu dapat menyebabkan konflik -- atau bahkan krisis kebijakan luar negeri -- ketika pemimpin lain juga dominan," ungkap Acar.
Acar mengatakan, tingginya fWHR Donald Trump mungkin juga relevan dengan peran gandanya sebagai seorang pengusaha.
"Saat ini belum jelas rencana Trump tentang kepentingan bisnisnya. Namun, berdasarkan karakteristik wajahnya, Trump diyakini menjaga kendali sebanyak mungkin atas organisasinya dan tidak berkompromi," ujar Acar.
"Ada kemungkinan juga ia melakukan pendekatan agresif dan dominan terhadap mereka yang menentang."
"Kecenderungan perilaku tidak etis dan eksploitasi kepercayaan (yang berkaitan dengan tingginya fWHR) membuat konflik kepentingan ini menjadi bidang perhatian."
Acar menyebut, para pemimpin dapat memiliki efek yang kuat terhadap kita, sehingga sangat penting untuk memahami apa yang membuat mereka tergerak.
"Bagaimana kita memilih, mendukung, dan mengikuti pemimpin yang tepat, apakah itu di tempat kerja atau di panggung politik, selalu menjadi pertanyaan penting karena kepemimpinan berdampak dalam kehidupan sehari-hari, kesejahteraan, dan kelangsungan hidup kelompok kolektif, masyarakat, dan organisasi kita," kata Acar.