Sukses

Krisis Suriah Segera Dibahas dalam Perundingan Damai Astana

Sejumlah delegasi dari Rusia, Turki, Iran, PBB, dan pemberontak Suriah telah tiba di Kazakhtan untuk menghadiri perundingan damai Astana.

Liputan6.com, Astana - Sejumlah delegasi mulai tiba di Kazakhtan untuk menghadiri perundingan damai Astana yang digelar pada 23-24 Januari 2017 waktu setempat. Perundingan tersebut bertujuan untuk membahas soal krisis Suriah yang ditengahi oleh Rusia dan Turki.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kazakhtan, Anuar Zhainakov, mengatakan bahwa delegasi oposisi Suriah telah datang di Astana. Sebelumnya, pihak oposisi sempat menolak untuk menghadiri perundingan tersebut.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa delegasi dari Rusia, Turki, Iran, Staffan de Mistura (Utusan Khusus PBB untuk Suriah), dan delegasi oposisi Suriah semuanya telah berada di Astana," ujar Zhainakov seperti dikutip dari CNN, Senin (23/1/2017). Ia menambahkan, delegasi Suriah akan tiba dalam waktu dekat.

Rusia dan Turki memimpin upaya perundingan damai tersebut menyusul kekalahan besar pemberontak Suriah di wilayah yang telah didudukinya selama empat tahun pada Desember tahun lalu.

Perang saudara yang telah berlangsung selama hampir enam tahun itu telah menewaskan sekitar 400.000 orang.

Pada 29 Desember 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kesepakatan bahwa pemerintah Suriah dan pemberontak akan menghentikan pertempuran.

Menurut kantor berita Rusia, Tass, Putin mengatakan bahwa kedua pihak setuju melakukan perundingan damai untuk mengakhiri konflik di Suriah.

Putin dan Presiden Bashar al-Assad, mendeskripsikan perundingan Astana sebagai langkah penting untuk menyelesaikan krisis Suriah

Meski Rusia dan Turki merupakan pihak yang menangani perundingan, kedua negara itu memiliki sikap yang berbeda terhadap Assad.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dilaporkan telah mengirim pasukan Turki ke Suriah untuk membantu mengakhiri kekuasaan Assad. Sementara itu, Rusia adalah sekutu terkuat Assad yang telah mendukung rezim itu sejak September 2015.

Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang sedang bertugas, Mark Toner, Amerika Serikat menolak mengirim delegasinya ke perundingan damai Astana.

Toner mengatakan, alasan diambilnya keputusan tersebut karena adanya pelantikan Donald Trump dan tuntutan untuk segera melakukan transisi. Duta Besar AS untuk Kazakhtan, George Krol, akan mewakili AS sebagai pengamat.

"Amerika Serikat berkomitmen melakukan resolusi politik atas krisis Suriah melalui proses yang ditempuh Suriah sendiri, yang lebih representatif, damai, dan bersatu," ujar Toner dalam sebuah pernyataan.