Liputan6.com, Jakarta - Walaupun sempat ditahan Kongres, mantan Presiden Barack Obama sempat memerintahkan pengiriman uang kepada Otoritas Palestina, hanya beberapa jam sebelum peralihan kekuasaan. Keputusan itu menjadi pusat perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global pada Rabu (25/1/2017) pagi.
Masih terkait dengan Palestina, para pembaca juga menyimak perbedaan sikap antara Presiden Obama dan Presiden Donald Trump dalam memandang hubungan Amerika Serikat dengan Israel dan Palestina.
Kepresidenan Donald Trump juga menjadi sorotan dalam World Economic Forum, termasuk pandangan Jack Ma tentang masalah ketenagakerjaan di AS.
Advertisement
Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:Â
Â
1. Jelang Lengser, Obama Diam-Diam Kirim US$ 221 Juta ke Palestina
Menjelang lengser, pemerintahan Presiden Obama menentang Partai Republik di Kongres. Diam-diam, mereka mengirim uang sebesar US$ 221 juta ke otoritas Palestina.
Selama ini, anggota Kongres dari Grand Old Party--nama lain Partai Republik--menahan uang itu.
Seperti dilansir Business Insider, Selasa 24 Januari 2017, Kementerian Luar Negeri AS dan beberapa ajudan anggota Kongres mengatakan pemerintah Obama memberi tahu Kongres bahwa mereka akan mengeluarkan sejumlah dana pada Jumat pagi.
2. Beda Sikap Obama dan Donald Trump Soal Israel
Hubungan Amerika Serikat (AS) dan sekutu terdekatnya di Timur Tengah, Israel, jatuh ke titik terendah pada masa pemerintahan Barack Obama. Selama delapan tahun terakhir pula, Obama dan PM Benjamin Netanyahu mempertontonkan sikap berseberangan dalam sejumlah isu penting.
Dalam sejumlah kesempatan, orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu bahkan membuat Netanyahu geram.
Yang teranyar adalah pada Desember 2016, AS memutuskan untuk abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB yang memutus nasib pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
3. Jack Ma: Perang Dagang Akan Jadi Bencana bagi Dunia
Jack Ma, miliarder asal China dan CEO e-commerce raksasa Alibaba, menjadi pembicara dalam ajang tahunan World Economic Forum. Ia bicara tentang masa depan perdagangan online dan globalisasi, termasuk soal ancaman perang dagang di masa depan.
Dalam kesempatan itu, Ma berkomentar soal kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Ia berpendapat bahwa AS sepatutnya tak menyalahkan negara lain atas hilangnya lapangan kerja di dalam negeri.