Liputan6.com, Jakarta - Atlantis merupakan salah satu kisah paling dikenal tentang kota yang hilang.
Kota itu disebut-sebut ditelan lautan dan hilang selamanya.
Ternyata, kisah Atlantis bukan satu-satunya. Sejumlah budaya lain di dunia juga memiliki legenda-legenda serupa tentang wilayah luas ataupun kota yang hilang ditelan gelombang, tertimbun gurun pasir, atau diselimuti hutan belantara.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (24/1/2017), ada 5 kota dan kawasan lain yang juga raib dari permukaan Bumi, mulai dari tempat asal bangsa Aztec hingga kota bertaburan emas seperti berikut ini:
1. Kota Z yang Hilang
Sejak pertama bangsa Eropa tiba Dunia Baru, sudah beredar kisah-kisah kota emas hutan legendaris yang kerap disebut El Dorado. Pihak Conquistador dan Francisco de Orellana menjadi yang pertama menyusuri Rio Negro untuk mencari kota dongeng tersebut.
Pada 1925, saat berusia 58 tahun, penjelajah Percy Fawcett menuju hutan belantara Brasil untuk menemukan kota hilang yang disebutnya sebagai "Z". Tapi, dia dan seluruh timnya hilang tak bersisa, tanpa pernah ditemukan lagi.
Sebelumnya, pada 1906, Fawcett diundang oleh Royal Geographical Society untuk menjelajah pedalaman Brasil dan Bolivia. Ia meluangkan waktu 18 bulan di Mato Grosso dan menjadi tergila-gila tentang kisah kota yang hilang.
Pada 1920, di Perpustakaan Nasional Rio de Janeiro, Fawcett menemukan dokumen yang dikenal sebagai Manuskrip 512 yang ditulis oleh para penjelajah Portugis pada 1753 dan berisi pengakuan temuan kota berdinding yang hilang.
Isi tulisan menjelaskan kota bergelimang perak, penuh dengan bangunan bertingkat mirip Yunani Kuno, dengan jalan-jalan lebar mengarah ke danau. Para penjelajah menemukan dua Indian berkulit putih dalam sebuah kano. Fawcet menamakan kota ini Kota Z Yang Hilang.
Pada 1921, Fawcett memulai penjelajahannya, tapi timnya seringkali mendapat hambatan dalam hutan, hewan-hewan buas, dan penyakit parah. Akhirnya, mereka hilang setelah terakhir kali mencoba pada April 1925 walau dengan dukungan lebih mantap dari Royal Geographic Society dan Rockefeller.
Dalam surat terakhir yang dikirim lewat seorang anggota tim, Fawcett mengirimkan pesan kepada Nina, istrinya, katanya, "Kami berharap bisa menembus kawasan ini dalam beberapa hari…tak takut gagal."
Kota Z memang belum pernah ditemukan, tapi beberapa kitab kuno dan peninggalan situs religius telah ditemukan dalam beberapa tahun ini di hutan-hutan Guatemala, Brasil, Bolivia, dan Honduras. Dengan hadirnya teknologi pemindaian, mungkin kota Z akan ditemukan di kemudian hari.
Advertisement
2. Kota Hilang Aztlan
Bangsa Aztec di Meksiko mendirikan salah satu kekaisaran paling digdaya di Amerika Kuno.
Telah ada beberapa temuan di Mexico City, tapi tidak banyak yang diketahui tentang asal usul budaya Aztec.
Sejumlah pihak menduga pula Aztlan yang terhilang merupakan asal usul bangsa Aztec ketika memulai peradaban sebelum migrasi ke Lembah Meksiko.
Bagi beberapa orang lain, pulau itu sekedar mitos, serupa dengan Atlantis atau Camelot, yang akan terus hidup sebagai legenda tapi tidak pernah ditemukan secara fisik.
Ada lagi yang berpendapat bahwa lokasi itu adalah lokasi fisik yang suatu hari nanti akan ditemukan. Pencarian wilayah Aztlan membentang dari Meksiko barat hingga ke gurun Utah. Namun demikian, pencarian sia-sia.
Pembentukan peradaban Aztlan berasal dari legenda Nahuatl. Bermula dari 7 suku yang dulunya menghuni Chicomoztoc, yaitu "tempat dengan 7 gua." Suku-suku itu mewakili 7 kelompok Nahua, yaitu Acolhua, Chalca, Mexica, Tepaneca, Tlahuica, Tlaxcalan, dan Xochimilca.
Karena bahasa yang mirip, 7 suku itu meninggalkan gua masing-masing. Nama gua tempat tinggal mereka dan menetap sebagai satu kawanan, Aztlan, yang berarti "tanah di utara, tanah asal muasal kita, bangsa Aztec."
Dilaporkan bahwa bangsa yang berdia di Aztlan kemudian disebut dengan Aztec yang bermigrasi dari Aztlan ke Tenochtitlán di Teluk Meksiko dan peristiwa itu adalah suatu bagian terpenting dalam sejarah Aztec. Peristiwa itu dimulai pada 24 Mei 1064, tanggal yang sekaligus merupakan tahun tarikh matahari pertama bagi Aztec.
Tapi, hingga kini, keberadaan pulau Aztlan belum pernah dipastikan. Banyak yang berharap menemukannya untuk lebih mengerti tentang asal muasal bangsa Aztec dan sejarah Meksiko pada umumnya.
3. Lyonesse yang Hilang di Bawah Laut
Menurut legenda Arthutia, Lyonesse adalah kampung halaman bagi Tristan, yang menjadi bagian legenda Tristan dan Iseult. Kawasan mitos itu dikenal sebagai "Negeri Hilang Lyonesse" yang lebih sering dikisahkan tenggelam di bawah laut.
Walau lebih sering disebut-sebut dalam kisah legenda dan mitos, ada pendapat bahwa kisah itu sebenarnya menceritakan kota sesungguhnya yang tenggelam ke bawah laut beberapa tahun lalu. Tapi, karena lokasinya melegenda, sukar membedakan mana yang legenda dan mana yang nyata.
Ada beberapa variasi legenda, misalnya yang mengatakan bahwa, sebelum tenggelam, Lyonesse sebenarnya cukup luas dan mencakup 140 desa dan gereja. Lyonesse disebutkan hilang karena mendadak tenggelam pada 11 November 1099, atau ada juga yang mengatakan 1089, bahkan Abad ke-6.
Setelah terendam air, wilayah itu tidak pernah terlihat lagi. Kisah Arthur memang melegenda, tapi ada sejumlah pandangan bahwa Lyonesse dulunya adalah tempat yang sungguh ada dan menempel ke Kepulauan Scilly di Cornwall, Inggris.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa permukaan laut duluya lebih rendah, sehingga mungkin saja ada daerah yang dulunya dihuni manusia kemudian sekarang berada di bawah permukaan laut.
Para nelayan di sekitar Kepulauan Scilly bercerita tentang temuan bagian-bagian bangunan dan struktur lain dalam jaring mereka. Tapi kisah-kisah seperti itu belum pernah dibuktikan dan dianggap sebagai dongeng.
Advertisement
4. El Dorado, Kota Emas yang Hilang
Selama ratusan tahun, para pemburu harta karun dan ahli sejarah mencari-cari El Dorado, kota yang hilang yang disebut-sebut bergelimang emas dan kekayaan lain.
Setelah banyak ekspedisi di seluruh Amerika Latin, kota emas itu tetap menjadi legenda tanpa ada bukti fisik untuk membuktikan keberadaannya.
Kisah El Dorado bermula dari cerita legenda suku Muisca. Setelah 2 kali migrasi pada 1270 SM dan satu lagi antara 800 dan 500 SM, suku Muisca berdiam di daerah Cundinamarca dan Boyacá di Kolombia.
Seperti ditulis dalam "El Carnero" karya Juan Rodriguez Freyle, suku Muisca melakukan ritual untuk setiap pengangkatan raja dengan menggunakan debu emas dan berbagai harta berharga lainnya.
Ritual bagi seorang pemimpin dimulai sebelum ia dilantik menjadi raja. Ia akan dibawa ke Danau Guatavita dan dilapisi dengan debu emas dalam keadaan tanpa busana, lalu dibawa menaiki rakit berhias bersama dengan para pelayan dan timbunan emas serta batu-batu berharga.
Rakit itu dikirim ke tengah danau, dan raja akan membersihkan debu emas dari tubuh calon pemimpin tersebut, sementara para pelayan membuang emas dan batu-batu berharga ke dalam danau. Ritual itu dimaksudkan untuk menjadi sesembahan kepada dewa bangsa Muisca.
Menurut bangsa Muisca, "El Dorado" bukanlah sebuah kota, melainkan sang raja di pusat ritual bernama "Dia yang Keemasan" tersebut. Nama itu kemudian dikaitkan dengan kota emas yang hilang maupun tempat lain yang memberi kekayaan dengan mudah.
Pada 1545, seorang Conquistadores bernama Lázaro Fonte dan Hernán Perez de Quesada mencoba menguras Danau Guatavita. Ketika melakukanya, mereka menemukan emas di sepanjang pantai, sehingga menimbulkan dugaan adanya harta karun dalam danau. Mereka bekerja selama 3 bulan dengan pekerja yang membentuk rantai ember, tapi upayanya tidak tuntas.
Pada 1580, upaya lain menguras danau dilakukan oleh wiraswastawan pebisnis bernama Antonio de Sepúlveda. Lagi-lagi ditemukan emas di sepanjang pantai, tapi harta lainnya masih tidak ditemukan. Pencarian lain dilakukan di Danau Guatavita dengan perkiraan bahwa danau itu dapat menampung emas senilai US$ 300 juta, walaupun tidak ada hasil temuan apapun.
Semua pencarian dihentikan ketika pemerintah Kolombia menyatakan danau itu sebagai kawasan cagar alam pada 1965. Tapi pencarian El Dorado terus berlanjut bahkan setelah Danau Guatavita tidak bisa lagi dijamah.
5. Kota Gurun Dubai
Dubai sekarang menampilkan citra sangat modern dengan arsitektur gemerlap berhambur kemewahan.
Tapi gurun-gurun di sana menyelimuti kota-kota dan sejarah terlupakan yang sesungguhnya mengungkap cara penduduk mula-mula beradaptasi dan mengatasi perubahan iklim dramatis di masa lalu.
Salah satu yang paling terkenal adalah kota-kota hilang Arabia yang diketahui oleh para ahli sejarah karena ada di catatan-catatan tertulis, tapi tidak bisa ditemukan, adalah kota Julfar.
Kota itu menjadi tempat asal pelaut legendaris Ahmed ibn Majid, demikian juga dengan tokoh fiksi Sinbad Sang Pelaut. Julfar ada selama ribuan tahun sebelum menjadi reruntuhan dan hilang dari ingatan manusia selama ddua abad.
Tidak seperti kota gurun lainnya, Julfar dulunya adalah pelabuhan yang sibu dan menjadi titik hubung perdagangan Teluk Arab pada Abad Pertengahan.
Julfar diketahui berada di Teluk Persia, di utara Dubai, tapi ukuran sebenarnya baru diketahui oleh para ahli arkeologi pada 1960-an. Tanda-tanda pertama pemukiman yang ditemukan di situs itu bertarikh dari Abad ke-6. Saat itu, perdangangan sudah mencapai India dan Timur Jauh secara rutin.
Abad ke-10 hingga 14 merupakan masa keemasan bagi Julfar dan perdagangan serta penjelajahan laut oleh bangsa Arab. Para pelaut mereka kerap berkelana hingga setengah belahan dunia.
Bangsa Arab telah beralyar ke perairan Eropa, jauh sebelum bangsa Eropa berhasil menuju Laut Hindia dan Teluk Persia. Julfar menjadi basis kelana dan perdagangan tersebut, sehingga menjadi kota terbesar dan terpenting di kawasan selatan Teluk selama lebih dari 1.000 tahun.
Para pedagang Arab secara rutin melakukan perjalanan laut selama 18 bulan ke China dan berdagang segala jenis benda. Pusat perdagangan seperti itu menarik perhatian dari kekuatan lawan.
Bangsa Portugis mengambil kendali pada Abad ke 16, saat Julfar menjadi kota penting berpenduduk 70 ribu orang. Satu abad kemudian, bangsa Persia mendudukinya dan baru melepasnya pada 1750, kalah oleh suku Qawasim dari Sharjah.
Sang pemenang mendirikan Ras al-Khaimah yang mereka kuasai hingga sekarang sehingga Julfar terbengkalai dan runtuh perlahan, lalu dilupakan begitu saja.
Sekarang ini, sebagian besar reruntuhan Julfar diduga tersembunyi di bawah gurun luas di utara Ras al-Khaimah.
Advertisement