Sukses

Ekspresi Wajah Bayi Mirip dengan Orang Dewasa?

Camras mengambil cuti dari pekerjaannya dan merekam setiap ekspresi bayi perempuannya selama 8 pekan.

Liputan6.com, Chicago - Manusia memiliki beragam ekspresi sejak lahir. Meski masih bayi, perubahan rona wajah itu pun sudah dapat dilihat.

Umumnya para bayi memperlihatkan ekspresi lucu dan menggemaskan, sehingga ini menarik untuk diamati lebih lanjut.

Dilansir dari situs Popular Science, Selasa (31/1/2017), penelitian tersebut dilakukan oleh Linda Camras. Seorang profesor psikologi di DePaul University.

Penelitian itu dilakukan pada 1986. Camras mengambil cuti dari pekerjaannya dan merekam setiap ekspresi bayi perempuannya selama 8 pekan.

Selama proses itu, ia mengamati dan mencari tahu apa yang menjadi pemicu ekspresi-ekspresi yang timbul. Hal ini juga menjadi objek penelitian nyata dirinya, terhadap teori pada 1970, yang menyebutkan bahwa bayi usia 2 bulan secara otomatis tersenyum, mengerutkan alis dan wajah untuk menunjukkan emosi positif atau negatif, seperti bahagia atau takut.

Mulanya Camras merasa bahwa teori itu masuk akal, namun pandangannya berubah sejak ia meneliti teori tersebut melalui bayinya.

Camras menemukan banyak hal yang tak sesuai dengan teori tersebut, misalnya saat sang bayi mengangkat alisnya dalam ekspresi terkejut ketika bermain dengan mainan-mainan yang biasa dimainkan.

Selain itu, Camras juga mengamati bahwa pengulangan ekspresi wajah dari bayinya kadang terlihat tak beraturan. Dalam penelitiannya, usia dan tanggapan dari bayi dianggap memiliki peran dalam ekspresi tersebut.

Oleh sebab itulah ia merasa bahwa ekspresi dan emosi bayi memiliki ikatan yang kuat.

Hal selaras juga disampaikan oleh Michael Lewis, seorang ahli yang mempelajari perkembangan anak di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School.

"Orang-orang mengatakan ekspresi wajah bayi muncul saat mereka berusia 6 sampai dengan 9 bulan," ujar Lewis yang meyakini bahwa ekspresi bayi bisa muncul lebih awal dari pendapat kebanyakan orang.

Laboratorium miliknya menemukan bahwa ketika bayi berumur 2 bulan ditunjukkan gambar tersenyum dan diputarkan musik Sesame Street, wajah mereka menunjukkan kebahagiaan. Sebaliknya, ketika untaian tersebut dinonaktifkan, wajah mereka menunjukkan kemarahan dan sedih.

Meskipun demikian, Camras tak yakin bahwa efek tersebut berlangsung di luar laboratorium. Ia menduga bahwa ekspresi bayi tak sama dengan orang dewasa saat berada di tempat umum.

"Jika dosen Anda tergelincir dan jatuh, Anda mencoba untuk tidak tertawa, karena itu tidak sopan. Sebagai orang dewasa, kita dapat mengontrol ekspresi wajah, tapi kami menganggap bayi tidak akan melakukan itu," pungkas Camras mencontohkan.