Liputan6.com, London - Sebuah petisi untuk menghentikan kunjungan kenegaraan Presiden Donald Trump ke Inggris telah mencapai lebih dari satu juta tanda tangan pada Senin waktu setempat. Itu merupakan reaksi atas perintah eksekutif Trump yang melarang warga dari tujuh negara mayoritas muslim masuk ke Amerika Serikat (AS).
Petisi untuk melarang lawatan Trump ke Inggris tersebut dibuat oleh situs parlemen dan pemerintah pada akhir November 2016 tepatnya tidak lama setelah miliarder itu diumumkan sebagai pemenang pemilu presiden. Dalam dua bulan pertama, petisi itu hanya mendapatkan 372 tanda tangan.
Baca Juga
Seperti dilansir CNN, Senin, (30/1/2017), rumor tentang larangan muslim masuk ke AS lah yang menaikkan pamor petisi tersebut. Jumlah mereka yang menandatangani pun melonjak tajam dan hingga kini masih terus meningkat.
Advertisement
Graham Guest, seorang pengacara Inggris yang memicu lahirnya petisi itu mengatakan, pada awalnya ia sama sekali tidak terpikir untuk menentang isu tertentu. Alasannya hanya karena pemenang pilpres adalah seorang Trump.
"Mungkin perintah eksekutif Trump telah membuat orang-orang marah dan mereka ingin dia tahu bagaimana rasanya dilarang masuk ke sebuah negara," terang Guest.
Petisi tersebut mengatakan, Trump diizinkan masuk ke negara itu, tapi bukan melalui sebuah kunjungan kenegaraan. "Karena hal tersebut akan membuat malu Yang Mulia Ratu Elizabeth."
"Kebencian Donald Trump terhadap wanita dan sikap vulgarnya telah mendiskualifikasi dia dari penerimaan Yang Mulia Ratu dan Pangeran Wales. Oleh karenanya selama masa kepresidenannya, Donald Trump tidak seharusnya diundang ke Inggris untuk sebuah kunjungan kenegaraan," sebut petisi itu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson menyebut kebijakan Donald Trump tersebut "salah dan memecah belah." Wali kota Inggris, Sadiq Khan, yang merupakan seorang muslim pun berkomentar serupa di mana menurutnya larangan masuk yang diskriminatif tersebut "memalukan dan kejam."
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, tak kuasa menampik kerasnya tekanan yang diterimanya untuk segera menyatakan sikap menentang kebijakan imigran dan pengungsi Trump.
"Kami tidak setuju dengan pendekatan semacam ini," demikian pernyataan May.
PM Inggris itu merupakan kepala negara pertama yang bertemu secara resmi dengan Trump. Keduanya berjabat tangan pada Jumat lalu di Washington. Dari sanalah muncul undangan agar presiden ke-45 AS itu berkunjung ke London.
Menurut aturan, setiap petisi yang mendapat 100.000 tanda tangan atau lebih secara otomatis memenuhi syarat untuk dipertimbangkan atau diperdebatkan di parlemen Inggris meski tidak ada jaminan soal itu.