Sukses

Warga Aleppo Akhirnya Bisa Menikmati Perjalanan Kereta Api

Kini kereta itu mulai bergerak. Mengelilingi Kota Tua yang sempat dikuasai pemberontak sebelum tentara Assad mengambil alih.

Liputan6.com, Aleppo - Ratusan warga Aleppo kembali menikmati sarana transportasi kereta api. Ini adalah kali pertama setelah empat tahun konflik berlangsung.

Stasiun kereta, rel dan gerbong menjadi saksi bisu konflik yang mengoyak Aleppo.

Dikutip dari Washington Post pada Rabu (1/2/2017), kini kereta itu mulai bergerak. Mengelilingi Kota Tua yang sempat dikuasai pemberontak sebelum tentara pro-rezim Pemerintah Bashar Al Assad mengambil alih.

Kereta itu mulai beroperasi pada 25 Januari 2017 lalu. 

 

Seorang wanita melihat kota yang hancur dari balik kereta (GEORGE OURFALIAN / AFP)

Kereta itu kini membelah kota setelah konflik 6 tahun. Para penumpang antusias menaiki kereta. Melihat pemandangan kota Aleppo yang tinggal puing-puing. Hal itu diungkapkan oleh pewarta foto dari AFP yang turut serta di salah satu gerbong itu.

Rel kereta api Aleppo memiliki sejarah panjang dalam hal menyambut para pengungsi. Pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II, rel itu adalah tempat perhentian penting bagi pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Nazi Jerman.

Stasiun kereta di Aleppo (GEORGE OURFALIAN / AFP)

Dalam foto-foto dari timur kota, sekarang sulit untuk menemukan sebuah bangunan yang tak tersentuh oleh pengemboman pemerintah yang memutuskan untuk mati-matian merebut Aleppo pada bulan Desember 2016. Semua hancur lebur.

Warga Aleppo Akhirnya Bisa Menikmati Perjalanan Kereta Api yang beroperasi pada 25 Januari lalu (GEORGE OURFALIAN / AFP)

PBB mengataka, sedikitnya 40.000 orang telah kembali ke kota itu tiap harinya.

Organisasi ini telah mengalokasikan US$ 19 juta untuk bantuan darurat bagi mereka yang kembali. Dengan suhu musim dingin menggigit, seluruh lingkungan tanpa listrik atau air yang mengalir.

Warga Aleppo Akhirnya Bisa Menikmati Perjalanan Kereta Api yang beroperasi pada 25 Januari lalu (GEORGE OURFALIAN / AFP)

 "Warisan ini adalah untuk semua orang, tidak peduli apa politik mereka," kata Menteri Purbakala Suriah, Maamoun Abdulkarim, mengatakan pekan lalu dalam permohonan untuk bantuan internasional untuk rekonstruksi.