Sukses

Tak Sudi Ditawan ISIS, Prajurit Inggris Memilih Bunuh Diri

Tak ada kata yang pas untuk menggambarkan keberanian Ryan rela bunuh diri daripada ditawan ISIS. Ia pantas mendapat penghargaan tertinggi.

Liputan6.com, Aleppo - Predikat prajurit sejati mungkin bisa disematkan kepada pria Inggris ini. Sebab, ia rela mati daripada menyerahkan diri ke tangan militan ISIS.

"Prajurit yang diidentifikasi sebagai Ryan Lock dalam pertempuran di Suriah bunuh diri guna menghindari ditawan oleh militan tersebut," ujar sumber Kurdi kepada BBC yang dikutip dari Rabu (1/2/2017).

Prajurit muda berusia 20 tahun dari Chichester di West Sussex itu dikabarkan meninggal pada 21 Desember 2016 selama pertempuran dengan kubu ISIS dari Raqqa. Dia berjuang sebagai relawan dengan pasukan bersenjata Kurdi, YPG.

Pihak YPG mengatakan kepada BBC bahwa ditemukan jejak luka tembak di bawah dagu di jasad Ryan yang diduga kuat akibat bunuh diri.

Sumber mengatakan lima orang anggota dikepung oleh ISIS di Desa Ja'bar dan mereka sempat melakukan perlawanan sebelum mereka dibunuh.

Menurut laporan hasil pemeriksaan setelah jenazah Ryan ditemukan, warga Inggris itu sepertinya bunuh diri agar tak ditawan ISIS. Ada luka tembak yang menunjukkan kontak senjata di bagian bawah dagu.

"Ini mengindikasikan bahwa anggota pasukan tempur itu bunuh diri," demikian kesimpulan laporan sumber tersebut.

Keberanian yang luar biasa

Aktivis hak asasi Kurdi, Mark Campbell, dari KurdishQuestion.com mengatakan kepada BBC bahwa Ryan Lock memilih menggunakan pistolnya bunuh diri daripada harus ditawan oleh ISIS.

"Tak ada kata yang pas untuk menggambarkan keberanian untuk mengambil tindakan seperti itu. Saya pribadi yakin dia layak mendapat kehormatan tertinggi militer atas keberanian luar biasa menghadapi musuh barbar tersebut," ungkap Campbell.

Ryan yang juga koki melakukan perjalanan ke Suriah pada Agustus 2016. Ia memberitahu teman dan keluarganya menuju Turki untuk berlibur.

Sebelumnya pada Selasa, 31 Januari 2017, jenazah Ryan dievakuasi ke Irak dari Suriah dan diterbangkan kembali ke kampung halamannya di Inggris.

"Sejak kami mendengar kabar buruk tentang Ryan, kami menghadapi masa yang cukup sulit, terutama kesulitan untuk merepatriasi. Kami sangat berterima kasih kepada YPG yang mengembalikan jasadnya," tutur ayah Ryan, Jon Lock dari Chichester, dalam sebuah pernyataan.

Ryan, relawan yang bersekolah di Havant, Hampshire itu menjadi orang Inggris ketiga yang tewas berjuang bersama Kurdi melawan ISIS.

Jatuhnya korban membuat Kementerian Luar Negeri Inggris terus mengimbau agar warganya tak melakukan perjalanan ke Suriah.

Video Terkini