Sukses

Dokter Pribadi Kuak Rahasia di Balik Rambut Lebat Donald Trump

Dokter pribadi Donald Trump ungkap tiga obat yang dikonsumsi Presiden AS itu, termasuk untuk menumbuhkan rambut.

Liputan6.com, Manhattan - Dokter pribadi Donald Trump yang telah lama mendampinginya, Dr. Harold N. Bornstein, mengungkap tiga obat yang dikonsumsi oleh pebisnis asal New York itu.

Ketiga obat tersebut adalah obat terkait prostat untuk penumbuh rambut, antibiotik untuk mongontrol masalah kulit rosacea, dan statin untuk menurunkan kolesterol dan lemak darah.

Bornstein juga mengatakan, Trump mengonsumsi aspirin untuk mengurasi risiko serangan jantung. Namun ia menyebut bahwa Presiden AS itu dalam kondisi sehat.

Namun Gedung Putih menolak berkomentar atas informasi yang diberikan Bornstein dan tak ingin mengatakan apakah ia masih menjadi dokter pribadi Trump.

Bornstein mengatakan, Trump menggunakan Finasteride dalam dosis kecil untuk mengobati kebotakannya. Akibat mengonsumsi obat tersebut, Trump memiliki tingkat prostate specific antigen atau PSA yang sangat rendah--digunakan sebagai penanda kanker prostat.

Dokter yang saat ini berusia 69 tahun tersebut, menjadi dokter pribadi Trump sejak 1980. Ia tak berhubungan lagi dengan Trump semenjak terpilihnya pria tersebut menjadi Presiden AS.

Bornstein mengatakan, Trump rutin mengunjungi kliniknya di East Side untuk melakukan chekup, colonoscopy, dan tes lain yang dilakukannya setiap tahun sejak 1980. Sebelumnya, Trump merupakan pasien dari ayah Bornstein, Jacob Bornstein.

Nama Bornstein mulai dikenal di depan publik pada Desember 2015. Saat itu ia mengeluarkan surat empat paragraf yang mengungkap soal kesehatan Donald Trump.

"Jika terpilih, Trump, saya dapat mengatakan dengan tegas, bahwa ia menjadi individu paling sehat yang pernah terpilih menjadi presiden," tulis Bornstein kala itu.

Namun delapan bulan kemudian, Bornstein memicu kontroversi saat mengatakan bahwa dirinya menulis surat tersebut dalam waktu lima menit. Ketika itu, limusin yang dikirim Trump telah menunggunya di luar.

Dalam wawancara dengan The New York Times seperti dikutip Liputan6.com, Kamis (2/2/2016), Bornstein juga menjawab pertanyaan atas pernyataan Trump yang menyebut bahwa dirinya mengidap germophobia atau phobia terhadap kuman.

Bornstein mengatakan, ia tak pernah membahas hal tersebut dengan Trump. Namun dirinya mengaku menjaga ruangan prakteknya sangat bersih.

"Ia selalu berdiri di sana dan mengganti sendiri kertas di meja. Selain itu, tidak ada," ujar Bornstein.

Ia mengatakan, jika dirinya menjadi dokter Gedung Putih maka ia tak akan menyertakan tes psikometri dalam check up tahunan, di mana tes tersebut merupakan dasar untuk mengetahui potensi demensia.

Ayah Donald Trump, Fred Trump, menderita Alzheimer saat berusia 80-an. Sejumlah ahli pun mendesak pemimpin politik yang lebih tua untuk menjalani tes tersebut.