Liputan6.com, New York City - Angelina Jolie menulis opini editorial tentang krisis pengungsi untuk The New York Times. Tulisan tersebut merupakan bentuk responsnya terhadap kebijakan anti-imigran Donald Trump.
Atas perintah eksekutif Donald Trump itu, perpindahan pengungsi ke Amerika Serikat ditangguhkan. Tak hanya itu, ia juga menolak kedatangan 218 juta warga dari tujuh negara mayoritas muslim ke AS.
"Pengungsi adalah laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang terjebak dalam perang dan penganiayaan," tulis Jolie. "Jauh dari teroris, mereka sering menjadi korban terorisme itu sendiri," imbuh dia.
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail, Jumat (3/2/2017), perempuan berusia 41 tahun itu menulis bahwa respons AS terhadap krisis pengungsi harus berdasarkan fakta, bukan ketakutan.
"Ini sama sekali tidak benar bahwa perbatasan kita dikuasai atau pengungsi diterima di Amerika Serikat tanpa pengawasan ketat. Faktanya pengungsi merupakan subjek pemeriksaan tingkat tertinggi dari setiap kategori wisatawan Amerika Serikat," tulis Jolie.
"Ini termasuk wawancara bulanan, pemeriksaan keamanan yang dilakukan FBI, Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan Departemen Luar Negeri," tulis dia.
Angelina Jolie adalah utusan khusus Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi atau UNHCR. Ia telah bekerja dengan badan tersebut sejak 2001 dan telah melakukan lebih dari 50 misi.
Aktris pemenang Oscar tersebut telah mengabdikan sejumlah besar waktu dan uang untuk membantu meringankan beban pengungsi. Hal itu berawal ketika ia menyaksikan kekejaman di Kamboja saat tengah syuting film Tomb Raider pada 2001.
Jolie menulis, ia bangga tinggal di sebuah negara yang memiliki sejarah dalam memberikan dukungan dan sumber daya untuk pengungsi.
"Rakyat Amerika telah menumpahkan darah untuk mempertahankan gagasan bahwa hak asasi manusia melampaui budaya, geografi, etnis, dan agama," tulis perempuan kelahiran 4 Juni 1975 itu.
"Keputusan untuk menangguhkan pemindahan pengungsi ke Amerika Serikat dan menolak masuknya warga dari negara mayoritas Muslim telah membuat teman-teman kami di seluruh dunia terkejut atas catatan ini," ujar Jolie dalam menanggapi perintah anti-imigran.
Sementara masalah keamanan AS di tengah ancaman terorisme menjadi prioritas, perintah eksekutif Donald Trump dianggap banyak pihak bukan merupakan solusi.
"Sebagai ibu dari enam anak, yang semuanya lahir di negeri asing dan bangga menjadi warga Amerika, saya sangat ingin negara kita aman bagi mereka, dan semua anak-anak bangsa kita," tulis Jolie.
"Tapi saya juga ingin tahu bahwa anak-anak pengungsi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suaka akan selalu memiliki kesempatan untuk mengajukan kasus mereka kepada Amerika Serikat."
Angelina Jolie mengadopsi tiga dari enam anaknya dari Kamboja, Ethiopia, dan Vietnam. Sementara itu ayahnya, Jon Voight, merupakan suporter Trump yang vokal selama pebisnis asal New York itu melakukan kampanye.