Sukses

Perintah Eksekutif Donald Trump Ciptakan Masalah di Indonesia

Kebijakan anti-imigran Trump berdampak terhadap sejumlah pengungsi yang menjadikan Indonesia sebagai negara transit.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dibanjiri kritik. Pemicunya adalah kebijakannya yang melarang 7 warga dari negara mayoritas Islam masuk ke AS.

Tujuh negara ini merupakan penyumbang terbesar pengungsi dan pencari suaka dunia. Sikap anti-imigran Trump juga merembet ke hubungan AS-Australia.

Percakapan Trump dengan PM Malcolm Turnbull pun berlangsung panas. Presiden AS itu dilaporkan menutup tiba-tiba teleponnya ketika keduanya belum tuntas bicara.

Trump tidak mau melanjutkan kebijakan AS-Australia yang disepakati saat Barack Obama berkuasa. Dalam perjanjian tersebut Negeri Paman Sam siap menampung para pencari suaka dan pengungsi yang dilarang masuk ke Australia.

Tindakan dan kebijakan Presiden AS yang baru ini, menurut penggerak aksi demo menentang Trump di depan kedutaan AS dan pengacara penggungsi, Veronica Koman akan berdampak buruk pada Tanah Air.

"Saat ini di Indonesia ada 14 ribu penggungsi dan pencari suaka, kalau kita lihat data pada 2016 ada 1200 pengungsi yang di-resettle ke negara ketiga," sebut Veronica, di Jakarta, Sabtu, (4/2/2017).

Negara tujuan re-settle pengungsi yang ada di Indonesia, dijelaskan Veronica adalah AS, yang sekarang ini menerapkan kebijakan perintah eksekutif dari Donald Trump.

"Indonesia hanya negara transit (pengungsi) dari 1.200 sekian refugee yang di resetle itu, 790, angka tertinggi itu di-resettle ke Amerika," ujarnya.

"Apabila Donald Trump menutup pintunya akan semakin banyak pengungsi yang terkatung-katung di Indonesia," jelas dia.

Dikhawatirkan, jika terus tinggal di Indonesia, kehidupan para pengungsi tidak akan membaik seperti yang mereka harapkan.

"Di Indonesia mereka tidak punya hak sama sekali. Karena saya adalah pengacara refugee juga, saya tahu kehidupan mereka, terlibat langsung dengan kehidupan mereka, kerumahnya mereka segala macam," paparnya.

"Suriah saat ini jadi penghasil pengungsi terbesar di dunia, dan Amerika keterlibatannya besar (dalam rangka menampung pengungsi) dan mereka menciptakan konflik di area situ," ucap Veronica.