Sukses

Gedung Putih Keliru Sebut PM Turnbull sebagai Presiden Australia

Sejak Trump menjabat, Gedung Putih telah melakukan sejumlah kesalahan. Salah satunya menyebut Turnbull sebagai presiden Australia.

Liputan6.com, Washington, DC - Beberapa saat lalu, jajaran staf Donald Trump dikabarkan salah menulis nama Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Oleh kantor pers Gedung Putih, Theresa, ditulis menjadi Teresa.

Kesalahan penulisan nama tersebut terdapat dalam tiga dokumen, yakni jadwal pertemuan di Ruang Oval, makan siang resmi, dan konferensi pers. Hilangnya huruf "h" pada Theresa menjadikan nama tersebut persis dengan yang dimiliki oleh seorang mantan model dan aktris porno Amerika Serikat, Teresa May.

Dan kini, kesalahan yang cukup mencolok kembali dilakukan staf Gedung Putih. Dalam sebuah siaran pers yang menginformasikan jadwal Donald Trump, mereka menuliskan Malcolm Turnbull adalah presiden Australia bukan perdana menteri.

"Insiden" tersebut terjadi beberapa hari setelah Sekretaris Gedung Putih, Sean Spicer, melakukan kesalahan lain, yakni ia memanggil PM Australia itu "Trumble"--seharusnya "Turnbull"--pada saat konferensi pers.

"Presiden memiliki percakapan yang sangat baik dengan PM Trumble, di mana mereka terlibat dalam sebuah diskusi yang luas atas kesepakatan (pengungsi) ini," ujar Spicer kala itu seperti dikutip dari Sbs.com.au, Minggu, (5/2/2017).

Tak butuh waktu lama, "insiden Trumble" pun menjadi trending topic di kalangan pengguna Twitter Australia. Bahkan sebuah akun parodi Turnbull pun muncul, yakni @TrumbleMalcolm.

"Saya ingin menyampaikan bahwa saya sangat menikmati pembicara via telepon yang cukup lama dengan Presiden Turnip," kicau akun itu.

Akun @MarkDiStef juga ikut mengomentari insiden itu.

"Permisi semuanya, selamat menikmati saat Sekretaris Pers Gedung Putih Sean Spicer mengatakan 'PM Trumble' dua kali," cuit Mark Di Stefano.

Hubungan Australia-AS

Beberapa hari lalu mencuat kabar bahwa percakapan perdana antara Trump dan Turnbull via telepon berlangsung panas. Keduanya terlibat perdebatan terkait isu pengungsi. Sebuah laporan bahkan menyebut, Trump mendadak menutup telepon sebelum perselisihan keduanya menemukan solusi.

Sesaat setelah perbincangan tersebut, Spicer muncul ke publik dan menawarkan jaminan bahwa AS akan patuh terhadap kesepakatan awal di mana Negeri Paman Sam akan menampung sekitar 1.250 pengungsi. Selebihnya, Gedung Putih tidak mengomentari ketegangan dua kepala negara tersebut.

Demikian juga dengan PM Turnbull. Ia tak banyak bicara, menyiratkan keengganannya untuk terlibat jauh dengan berbagai pernyataan kontroversial Trump.

"Saya tidak akan mengomentari percakapan itu, selain mengatakan seperti halnya yang Anda ketahui dan sudah dikonfirmasi oleh juru bicara Gedung Putih, bahwa Presiden Trump telah meyakinkan saya soal ia akan melanjutkan dan menghormati kesepakatan dengan pemerintahan Obama," ujar Turnbull.

Sementara itu, pernyataan terbaru PM Turnbull mengungkapkan bahwa percakapan perdananya dengan Trump bukanlah pengalaman buruk.

Ditegaskannya kembali pemerintah Trump telah setuju untuk menghormati kesepakatan pengungsi yang dibuat pada Barack Obama tersebut.

"Jadi, ini adalah minggu yang sangat baik bagi Australia," kata politisi yang berasal dari Partai Liberal itu seperti dilansir The Guardian.