Liputan6.com, New York - Maut datang melalui beragam cara. Ada yang datang dengan hening, namun ada pula yang tiba dengan cara tak biasa.
Pada Abad Pertengahan, sejumlah orang tewas akibat persaingan kekuasaan. Beberapa lainnya tutup usia dengan cara yang dianggap tidak wajar.
Â
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Vintage News pada Selasa (7/2/2017), berikut ini adalah 10 cara mati yang tidak biasa pada Abad Pertengahan:
1. Richard I, 1199
Richard menjerumuskan Inggris kepada kebangkrutan pada 1199 demi membiayai Perang Salib III dan uang tebusan pembebasan dirinya setelah ditawan Kaisar Jerman.
Richard menyadari perlu dana besar untuk menjalankan perang di Prancis dan tidak cukup kalau hanya mengandalkan pemasukan pajak. Ia meninggal dunia di Kastil Chalus-Chabrol, Prancis, yang disebut-sebut berisi emas sebelanga.
Saat pendudukan kastil, seorang anak kecil bersenjatakan penggorengan merampas sebuah busur silang dan menembak ke arah para ksatria berkuda sehingga mengenai bahu kanan Richard Berhati Singa.
Richard meninggal kemudian karena lukanya menjadi gangren. Saat menjelang ajal, ia menghadiahkan uang 100 shilling kepada anak kecil miskin tersebut sebagai tindakan akhir seorang ksatria.
Walau begitu, anak kecil tadi ditangkap hidup-hidup atas perintah Eleanor dari Aquitaine, ibunda Richard. Lalu anak itu dihukum gantung di muka umum.
Advertisement
2. Martin of Aragon, 1410
Saat sedang pesta pada 1410, Martin, Bangsawan Barcelona sekaligus Raja Aragon, Spanyol, meninggal secara sangat aneh. Menurut sejumlah orang di sekitarnya saat meninggal, Martin sedang menderita gangguan pencernaan selama beberapa hari dan ia kemudian tertawa secara histeris sehingga ambruk ke meja makan.
Upaya menolong raja sia-sia belaka. Tapi tidak ada catatan tentang hal yang menyebabkannya tertawa walaupun ada dugaan bahwa gangguan pencernaannya disebabkan santapan sejumlah belut yang menjadi sajian populer Abad Pertengahan.
3. Arthur dari Brittany, 1203
Arthur dari Brittany adalah seorang pemimpin pemberontakan melawan Raja John di awal abad 12. Remaja itu sebenarnya adalah keponakan John dan punya hak naik takhta Inggris. John ingin menyingkirkan Arthur demi memastikan takhta itu untuk dirinya sendiri.
Suatu saat, Arthur ditangkap oleh pasukan John di kastil Miebeau, lalu ia dijebloskan ke penjara di Kastil Rouen bersama dengan sekutu-sekutunya. Ada beberapa kisah yang bertentangan tentang nasib Arthur selanjutnya, walaupun ada satu yang paling mungkin terjadi berdasarkan keterangan sejumlah saksi.
Kisah tersebut menyatakan bahwa John memerintahkan agar Arthur dikebiri dan dibutakan sebagai hukuman telah berkhianat, tapi sipir penjara menolak menuruti perintah itu.
Raja John yang mengamuk kemudian memabukkan dirinya dan mendatangi remaja itu lalu menikamnya hingga meninggal dalam sel tahanan. Ia kemudian mengikatkan sebongkah batu besar kepada Arthur dan melempar jasadnya ke sungai Seine.
Beberapa hari kemudian, jasad itu baru ditemukan oleh sejumlah nelayan untuk kemudian dimakamkan di Bec Abbey.
Advertisement
4. George Plantagenet, 1478
George Plantagenet adalah saudara lelaki Raja Edward IV dan Raja Richard III. Ia berperan penting dalam Perang Mawar sebelum meninggal pada 1478.
Ia didakwa melakukan pengkhianatan terhadap saudara lelakinya dan dihukum mati di Menara London. Saat itu, cara eksekusi kaum ningrat adalah dengan pemenggalan, tapi George Plantagenet dihukum cengan cara lain.
Plantagenet dikenal suka mabuk-mabukan, sehingga, atas permintaan sendiri, ia ditenggelamkan dalam wadah besar berisi minuman kesukaannya, Malmsey Wine. Bahkan jasadnya pun dibawa ke gereja dalam wadah berisi wine itu sebelum akhirnya dimakamkan.
5. Paus Adrian IV, 1159
Adrian IV yang terlahir sebagai Nicholas Breakspeare pada 1100 bertakhta sebagai Paus selama 5 tahun hingga akhir hayatnya pada 1159. Ia menjadi satu-satunya orang Inggris yang pernah menduduki jabatan tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir hidupnya, Adrian menderita penyakit Quinsy, sejenis radang tonsil yang menyebabkan penumpukan nanah di mulut dan tenggorokan. Penyakit bernanah itu diduga ikut andil dalam kematiannya.
Ketika ia sedang menyeruput wine, ia tercekik oleh seekor lalat yang mengambang dalam mangkuknya. Kombinasi kumpulan nanah dan seekor lalat dalam tenggorokannya berakibat maut dan ia meninggal hanya dalam hitungan menit.
Advertisement
6. Bela I dari Hungary, 1063
Bela I dari Hungaria menjadi raja hanya selama 3 tahun, ketika hidupnya berakhir dengan aneh pada 1063. Ketika sedang duduk di singgasana, kanopi di atas takhtanya ambruk sehingga ia meninggal seketika.
Orang-orang terdekatnya menduga kejadian itu bukan kecelakaan biasa, tapi merupakan upaya cerdik untuk melakukan pembunuhan. Bela memang punya beberapa lawan politik setelah ia merebut takhta dari Raja Andrew dari Hungaria.
Walaupun ada kecurigaan, tidak ada bukti pembunuhan. Bela kemudian digantikan oleh Solomon dari Hungaria. Putra-putra Bela melarikan diri dari negeri itu karena khawatir disesah oleh penguasa baru.
7. Kalifat Al-Musta'sim, 1258
Kalifah Al-Musta'sim dari Baghdad ditawan saat invasi Mongol ke wilayah Abbasid. Ia adalah penguasa Abbasid sejak 1242 hingga kematiannya 16 tahun kemudian di tangan bangsa Mongol.
Pada Februari 1258, bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menghancurkan Baghdad dan menangkap Al-Musta'sim dalam keadaan hidup.
Namun demikian, bangsa Mongol takut menghukum mati tawanan itu dengan cara biasa pada zamannya, yaitu pemenggalan, karena alasan  darah seorang ningrat dapat membawa petaka bagi mereka.
Karena itu, mereka mereka menggulung Al-Musta'sim di dalam permadani dan kemudian diinjak berulangkali oleh sejumlah kuda sehingga tawanan mereka meninggal. Perlu waktu sekitar 15 menit hingga tawanan mereka benar-benar mati.
Al-Musta'sim memiliki banyak putra dan kebanyakan dari mereka dihukum mati dengan cara yang sama.
Advertisement
8. Thomas Beckett, 1170
Pada 1162, Thomas Beckett terpilih sebagai Uskup Agung Canterbury pada masa Henry II dari Inggris. Ia kemudian banyak bersilang pendapat dengan Raja Henry karena reformasi undang-undang yang menjurus menjadi tirani. Beckett pun merasanya jiwanya terancam.
Perseteruan sengit mencapai puncaknya pada Desember 1170, ketika 4 ksatria mendatangi katedral Canterbury lalu memerintahkan Beckett untuk menyerahkan diri.
Karena Beckett menolak menyerah, salah satu ksatria menghantamkan gagang pedangnya ke kepala Beckett sehingga tersungkur pada lututnya. Beckett mulai berdoa saat pukulan mematikan dihantamkan.
Seorang ksatria melompat ke depan dan menghujamkan pedang sehingga membelah kepala Beckett tepat di atas garis matanya. Hujaman itu sedemikian kuat sehingga pedang pun patah di lantai.
Ksatria ke tiga menancapkan pedang ke dalam kepala Beckett dan mencongkel otak korban, lalu menebarnya ke lantai, katanya, "Teman ini tidak akan bangun lagi."
9. Sigurd Eysteinsson, 892
Sigurd yang Perkasa meninggal karena keadilan yang datang secara janggal. Sebagai ksatria yang gagah, Sigurd menantang salah satu musuhnya yang bergigi tonggos, Mael Brigte Bertaring untuk bertempur. Masing-masing hanya boleh membawa 40 pasukan.
Sigurd memutuskan untuk membawa 80 pasukan sehingga ia pun memenangkan pertempuran dengan mudah. Dengan angkuh, ia mengikat kepala Mael Bright ke kudanya.
Ketika sedang dalam perjalanan pulang, gigi tonggos Mael Brigte menggores paha Sigurd sehingga menyebabkan infeksi gangren yang kemudian menewaskannya.
Menurut legenda, arwah Mael merasuk ke kepalanya yang terpenggal untuk melakukan pembalasan akhir kepada Sigurd yang telah berbuat curang dalam peperangan.
Advertisement
10. Edward II, 1327
Edward II memerintah selama 20 tahun sebagai Raja Inggris hingga meninggal dunia pada 1327. Masa kekuasaannya kacau balau, dipenuhi dengan petaka, ketidakpercayaan politis, serta kegagalan militer.
Setelah turun takhta, lawan-lawan politiknya memutuskan untuk menghabisinya. Saat dalam penjara Kastil Berkeley, sekelompok pembunuh memeganginya dan memasukkan batangan besi membara ke dalam usus besar melalui liang duburnya.
Pemakaman publik dilakukan pada tahun yang sama, sekaligus sebagai pengumuman kematiannya kepada rakyat Inggris. Ketika berkunjung ke Kastil Berkeley, ada kisah yang mengatakan bahwa jeritan-jeritan Edward yang sedang kesakitan sering terdengar samar-samar menembus dinding-dinding bangunan.