Liputan6.com, London - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber, Kaspersky Lab, terkait isu pornografi menguak fakta mencengangkan. Lebih dari 10 persen anak usia 10 tahun telah menyaksikan pornografi melalui internet.
Penelitian tersebut mengungkap pula bahwa 11 persen anak usia 10 tahun menyaksikan pornografi dari berbagai perangkat elektronik yang ada di rumah mereka, seperti ponsel, tablet, bahkan komputer.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat, (10/2/2017), penelitian tersebut dilakukan terhadap 1.000 anak usia antara 10 hingga 15 tahun untuk mengetahui kebiasaan mereka ketika berselancar di dunia maya.
Advertisement
Adapun 42 persen dari bocah usia 10 tahun mengaku bahwa mereka telah menonton tayangan yang menampilkan "bahasa yang buruk".
Sebanyak 28 persen dari anak usia 10 tahun mengatakan mereka menonton adegan kekerasan dan penuh darah melalui internet dan 11 persen lainnya mengaku telah menyaksikan pornografi.
Pada kelompok usia 13 tahun, angka anak yang menyaksikan tayangan dengan "bahasa yang buruk" meningkat menjadi 53 persen, sementara 32 persen di antaranya telah menonton adegan kekerasan. Dan 25 persen lainnya sudah melihat hal-hal berbau pornografi.
Survei juga menemukan bahwa 20 persen dari 1.000 anak yang diteliti mengatakan kekhawatiran tertinggi mereka di dunia maya adalah menjadi target gangguan.
Sebanyak 18 persen mengaku mereka khawatir akan diminta melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan. Sebanyak 12 persen lainnya takut seseorang akan membujuk mereka untuk melakukan sesuatu yang ilegal.
Dari penelitian juga diketahui, satu dari tiga anak usia 10 tahun memiliki ponsel pintar yang telah terkoneksi dengan internet. Dan 51 persen anak sudah memiliki komputer tablet sendiri.
Angka yang jauh lebih fantastis terjadi pada anak usia 13 tahun, di mana 86 persen dari mereka telah menggunakan ponsel dan 60 persen lainnya punya komputer tablet.
Penelitian menemukan hampir setengah dari 49 persen mengatakan mereka "takut" menggunakan internet.
Sekitar 60 persen anak dari seluruh kelompok usia mengaku mereka mampu menyembunyikan apa yang telah mereka lihat di internet dari orang tua mereka. Hal ini menunjukkan mereka lebih paham internet dari ibu dan ayah mereka.
Ketika ditanya apakah mereka pernah mengunggah sesuatu yang negatif dan kemudian menyesalinya, sebanyak 26 persen mengakui hal itu dan mengklaim menyesal.
Mereka yang telah mengunggah hal-hal negatif di ranah online mengatakan "tidak membayangkan" bagaimana unggahan itu akan mempengaruhi orang lain dan bagaimana itu bisa menganggu mereka.
Enam persen anak mengatakan mereka terkejut ketika hal yang mereka unggah menjadi viral di kalangan teman-teman mereka. Namun, ada pula yang mengaku pernah mengintimidasi orang yang mengunggah hal-hal negatif.
"Sangat mudah untuk lupa bahwa anak-anak dan remaja secara inheren rentan dan dapat mengekspose diri mereka ke dalam bahaya, baik secara sadar atau tidak sadar, ketika menggunakan internet dan perangkat yang terhubung," kata peneliti keamanan utama di Kaspersky Lab, David Emm.
Sementara itu, pakar perlindungan online anak internasional yang juga anggota Dewan untuk Keamanan Internet Anak di Inggris (UKCCIS), David Miles mengatakan, penting untuk memastikan anak memiliki perangkat teknologi dan bimbingan yang tepat untuk meluncur di dunia maya secara aman.
"Dengan memberikan dukungan yang tepat, anak-anak merasa sangat diberdayakan dengan apa yang mereka temukan secara online. Apakah itu untuk bersosialisasi, belajar atau bermain, kita semua memiliki tanggung jawab kolektif untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi generasi digital baru ini," ucap Miles.