Liputan6.com, Walsall - Kisah kekejian ISIS terhadap para tawanan wanita sudah diketahui dunia. Wanita-wanita dan anak-anak perempuan tawanan yang paling cantik kerap dijadikan budak seks.
Ternyata, perbudakan seks tidak hanya terjadi dalam suasana konflik di Timur Tengah. Bahkan di Inggris pun terjadi perbudakan seks yang dijalankan jejaring penyedia jasa.
Dikutip dari Express and Star pada Sabtu (11/2/2017), seorang jurnalis mereka melakukan investigasi tentang perdagangan seks terorganisasi yang berlangsung tidak jauh dari pasar yang ramai dalam kota industri Walsall, Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Jurnalis itu mendapatkan perjanjian pukul 15.00 sore. Alamat kencan diberikan kepadanya melalui pesan teks. Tapi, tidak ada jawaban ketika ia tiba di alamat dan menekan bel sebuah unit apartemen.
Setelah menghubungi nomor penghubung, barulah interkom apartemen dijawab oleh seorang wanita berlogat Eropa Timur, bahkan lengkap dengan perintah untuk masuk dan naik tangga menuju "pintu paling akhir."
Setelah menaiki tangga dan tiba di lantai atas, ada tiga pintu di lorong. Sebelum pintu diketuk, sudah ada pintu yang dibukakan. Di dalamnya ada ruang berwarna krem, lengkap dengan karpet yang juga berwarna senada. Di tiap sisi ruang ada tiga kamar.
Wanita yang dilaporkan memang mirip seperti profil yang ditampilkan daring (online) itu menghindari tatapan mata dan lebih banyak diam sambil mengajak jurnalis itu masuk ke dalam kamar ke dua di sisi kiri.
Di dalamnya, ada ranjang lebar yang memenuhi 80 persen lebar ruangan. Sempit untuk ditinggali seseorang. Kegunaannya memang tertentu. Ada alat pencatok rambut di kaki ranjang.
Dalam obrolan pertama, wanita itu bertanya dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah, "Kamu mau berapa lama di sini?"
Padahal, jurnalis itu sudah meminta waktu hanya 15 menit. Ada dugaan pemesanan dilakukan oleh pihak ketiga, bukan langsung kepada penyedia jasa.
Pijat dan Lain-lain
Setelah memberikan uang senilai yang disepakati sebelumnya, jurnalis itu diminta membuka pakaiannya, sementara wanitu itu keluar sebentar.
Ketika dikatakan bahwa jurnalis itu hanya meminta pijat punggung, pekerja seks itu tampak kaget, katanya, "Saya tidak mengerti."
Tapi ia kemudian memberikan pijat punggung. Tak lama, wanita mengambil kondom karena mengira pelanggannya menginginkan seks. Sambil menolak, jurnalis itu mengajukan sejumlah pertanyaan lain untuk mengalihkan keadaan.
Wanita itu ternyata berasal dari Bucharest, Romania, dan mengaku belum lama berada di Inggris untuk bekerja sebagai wanita escort selama kira-kira 1 tahun terakhir ini.
Ketika ditanya kenapa datang ke Walsall, ia menjawab, "Saya diajak teman dan dia lah yang mencarikan tempat tinggal ini." Wanita itu juga terang-terangan mengaku lebih senang di Inggris karena "uangnya lebih banyak."
Ketika ditanya lebih lanjut, ia bercerita biasanya mendapat 3 hingga 5 pelanggan pada hari biasa dan lebih sibuk saat akhir pekan.
Ketika ditanya berapa lama ingin bekerja dalam perdagangan seks, ia menjawab, "Ketika saya meninggalkannya, saya tidak akan pernah mau kerja lagi."
Seperempat jam segera berlalu dan jurnalis itu kembali mengenakan pakaiannya sambil mengucapkan terima kasih.
Ia kemudian ke luar menuju lorong dan harus menunggu seorang pria menaiki tangga. Ketika jurnalis itu sudah akan melangkah ke jalan, pria menggumamkan terima kasih dalam aksen kental Eropa Timur.
Advertisement