Sukses

12-2-2014: Filipina Rampas Uang Haram Diktator Ferdinand Marcos

Lebih dari 20 tahun lamanya diktator Filipina Ferdinand Marcos berkuasa. Selama itulah, ia mengumpulkan pundi-pundi harta.

Liputan6.com, Manila - Lebih dari 20 tahun lamanya Ferdinand Marcos berkuasa. Selama itulah, ia mengumpulkan pundi-pundi harta -- yang sebagian digunakan untuk memuaskan hasrat sang istri, Imelda yang tak mengenal batas.

Nama Imelda Marcos pun akhirnya bersinonim dengan ketamakan. Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/2/2017), mantan ratu kecantikan itu punya koleksi karya seni, perhiasan mewah, properti, dan yang paling terkenal adalah sepatu mahalnya yang jumlahnya lebih dari 1.000 pasang.

Karya para maestro Van Gogh, Cezanne, Rembrandt, Rafael, dan Michelangelo; rumah-rumah bak istana di AS dan Filipina; peralatan makan dari perak; kalung-kalung emas; mahkota berlian -- pasangan Marcos mengumpulkan yang terbaik yang bisa ditawarkan dunia.

Saat digulingkan lewat revolusi 'People Power' pada 1986, penyelidik Filipina mengestimasi kekayaan Marcos mencapai US$ 10 miliar. Luar biasa!

Penerusnya, Corazon Aquino, sudah membentuk komisi khusus untuk merampas kembali harta negara yang dijarah Marcos. 

Sejarah mencatat, pada 12 Februari 2014, Pemerintah Filipina mengumumkan telah kembali merampas harta Marcos senilai US$ 29 juta -- 28 tahun setelah sang diktator digulingkan.

Uang tersebut adalah bagian dari lebih dari US$ 712 juta yang ada di rekening rahasia Marcos di bank Swiss.

Kala itu, pihak berwenang telah merampas kembali total US$ 4 miliar dari sekitar US$ 5-10 miliar yang dikumpulkan oleh Marcos selama pemerintahannya.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk merampas kekayaan haram itu," kata Presidential Commission on Good Government, Andres Bautista seperti dikutip dari The Guardian pada 2014 lalu.

"Kita seharusnya tidak membiarkan mereka yang merampas harta rakyat, mengumpulkan kekayaan haram, lolos tanpa dihukum."

Mahkamah Agung Filipina memutuskan pada tahun 2003 lalu bahwa kekayaan Marcos yang sah adalah sekitar US$ 304.000 sejak tahun 1965-1986. Sisanya, tak jelas sumbernya.

Marcos meninggal di pengasingan di Hawaii pada tahun 1989 tanpa mengakui kesalahan yang dilakukan selama masa kepresidenannya.

Pada November 2016 lalu, jasad Ferdinand Marcos yang selama ini dibalsem bahkan dikebumikan di taman makam pahlawan, atas restu Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Tembakan penghormatan 21 kali dan suara protes dari para demonstran mengiringi sang diktator ke liang lahat.

Mahasiswa melakukan demonstrasi di Manila, menentang pemberian gelar pahlawan kepada Presiden Ferdinand Marcos. Pada saat yang sama, Piala AFF 2016 digelar di Stadion Rizal Memorial. (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Selain perampasan uang haram Ferdinand Marcos, 12 Februari tercatat dalam sejarah untuk sejumlah alasan.

Pada 1935, USS Macon, satu dari dua kapal udara helium terbesar yang pernah dibuat, jatuh di lepas pantai California dan tenggelam ke Samudra Pasifik. Sementara, pada 12 Februari 1912, Kaisar Xuantong dari dinasti Qing, Kaisar Tiongkok terakhir, turun takhta.

2 dari 2 halaman

Nyaris 'Membunuh' Beatles

Ini adalah sisi lain dalam kehidupan diktator Filipina Ferdinand Marcos dan istrinya Imelda, yang menunjukkan karakter mereka.

Ferdinand dan Imelda adalah fans grup musik asal Inggris, the Beatles. Mereka pun mengundang Fab Four ke negaranya dalam rangkaian tur dunia 1966.

Undangan itu diterima. Namun, saat tiba di sebuah hotel di Filipina, personel Beatles disambut personel militer. Mereka diperintahkan menghadap penguasa di Istana Kepresidenan Malacanang untuk makan siang.

Karena lelah baru terbang dari Tokyo dan butuh istirahat, mengumpulkan energi untuk penampilan 2 hari mendatang, pihak Beatles menolaknya. Mereka tak sadar, penolakan itu memicu perkara serius sehari kemudian.

The Beatles (via mashable.com)

Ternyata, sang ibu negara tak terima. Imelda Marcos yang marah menyebarkan isu bahwa grup musik tenar itu telah melecehkan presiden dan istrinya.

Kekacauan pun tak terelakkan. Beatles yang biasanya dikerumuni gadis-gadis muda yang tergila-gila pada mereka, kini diancam mati oleh sekompi tentara.

Mereka akhirnya menyelinap kembali ke bandara, berlari di landasan, untuk mencapai pesawat yang membawa mereka pulang.

Salah satu personelnya, George Harrison saat itu mengaku tak ingin kembali ke Manila. Pun dengan John Lennon. "

Kami pernah mendengar itu adalah tempat yang mengerikan. Dan ketika kami ada di sana... itu semua terbukti," kata George, saat diwawancara pasca-insiden, seperti Liputan6.com kutip dari beatlesinterviews.org.

Video Terkini