Sukses

Mantan Menlu Terpilih Jadi Presiden Jerman

Steinmeier dipilih dalam rapat Majelis Federal di parlemen di Berlin. Dari 1.260 anggota parlemen ia berhasil mengantongi 931 suara.

Liputan6.com, Berlin - Mantan menteri luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier (61) terpilih melalui sidang parlemen untuk menjadi presiden di negara itu. Politisi Demokrat Sosial Jerman tersebut merupakan sosok populer di negaranya.

Jabatan presiden di Jerman merupakan seremonial. Namun presiden mewakili Jerman di luar negeri dan ia juga memikul beban moral.

Selama kampanye pemilu presiden AS, Steinmeier yang merupakan mantan pengacara menjuluki Donald Trump sebagai "pengkhotbah kebencian". Ia meramalkan hubungan AS dan Jerman akan jauh lebih menantang pada era Trump.

Ia juga mengkritik berbagai pihak yang mewarnai politik dengan ketakutan. Dan Steinmeier merupakan seorang penentang populisme sayap kanan. Demikian seperti dikutip dari BBC, Senin, (13/2/2017).

Steinmeier dipilih dalam rapat Majelis Federal di parlemen di Berlin. Dari 1.260 anggota parlemen ia berhasil mengantongi 931 suara. Ia menjabat sebagai menlu selama delapan tahun dan akan mulai menjalankan tugasnya pada 19 Maret mendatang.

Pada tahun 2009, Steinmeier mencoba melawan Kanselir Angela Merkel dalam pemilu federal. Namun ia gagal.

Presiden terpilih itu dinilai sebagai seorang yang "lurus" dan ketika menduduki posisi sebagai menlu, ia dihormati secara luas dan memiliki sikap tegas pada sejumlah isu penting yang menjadi fokus warga Jerman.

Banyak warga berharap Steinmeier akan bekerja untuk mendukung reputasi Jerman sebagai pembela nilai-nilai liberal yang toleran.

Presiden petahana Jerman, Joachim Hauck memutuskan tidak lagi bersedia maju untuk periode kelima mengingat usianya yang sudah mencapai 77 tahun.

Gauck merupakan mantan pendeta Lutheran dan aktivis hak-hak sipil di wilayah bekas Jerman Timur. Nyonya Merkel dan Partai Kristen Demokrat (CDU) gagal menemukan calon yang tepat untuk mengisi kursi presiden hingga akhirnya ia setuju dengan terpilihnya Steinmeier.