Sukses

6 Kisah Nyata di Balik Film Horor Hollywood yang Bikin Merinding

Sejumlah film horor besutan Hollywood mengambil inspirasi dari kejadian nyata. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat, film horor pertama di dunia dibuat pada akhir 1890-an. Judulnya Le Manoir du Diable.

Sejak itu, film-film menyeramkan, yang memancing reaksi emosional negatif berupara rasa takut, bermunculan. Beberapa terinspirasi karya sejumlah penulis seperti Edgar Allan Poe, Bram Stoker, dan Mary Shelley.

Beberapa lainnya--seperti, Conjuring 2, The Possession, Amityville Horror, atau Psycho--mengambil inspirasi dari kejadian-kejadian nyata.

Berikut kisah nyata yang menginspirasi film horor besutan Hollywood:

1. The Conjuring (2013)

The Conjuring

Conjuring adalah film horor supranatural yang diproduksi pada 2013. Film ini dibuat berdasarkan kejadian nyata yang menimpa pasangan Roger Perron dan Carolyn.

Pasangan suami istri itu pindah ke rumah baru pada 2013, bersama kelima putri mereka: Andrea, Nancy, Christine, Cynthia, dan April.

Hari pertama tinggal di rumah itu, keluarga tersebut mengaku mengalami hal-hal aneh seperti furnitur yang bergerak sendiri dan suara bisikan yang terdengar di penjuru rumah.

Namun, hantu-hantu itu tak berbahaya bagi mereka. Kecuali satu, memedi yang diyakini arwah Bathsheba Thayer.

Bathsheba Thayer lahir di Rhode Island pada 1812. Pada 10 Maret 1844, ia menikahi Judson Sherman.

Keduanya memiliki anak laki-laki bernama Herbert L Sherman, yang lahir saat Bathsheba berusia 37 tahun. Sebelumnya, perempuan itu diyakini punya tiga anak -- yang semuanya meninggal dalam usia muda.

Herbert L Sherman yang masih bayi juga tiba-tiba meninggal dunia. Kecurigaan pun muncul, ia tewas tak wajar.

Benar saja, saat jasad bayi itu diperiksa, penyebab kematiannya adalah karena jarum besar yang ditusukkan ke dasar tengkoraknya.

Orang-orang di kotanya menuduh, Bathsheba Thayer mengorbankan anak-anaknya sendiri dalam ritual pemujaan setan.

Bathsheba kemudian meninggal karena usia tua pada 25 Mei 1885.

Pasangan Perron yakin arwah Bathsheba itu menghantui rumah mereka. Penampakannya konon beberapa kali disaksikan, terutama oleh Carolyn.

Perron meminta bantuan Ed dan Lorraine Warren, pasangan penyelidik kejadian-kejadian paranormal.

Pada 1980, pasangan Perron akhirnya menjual rumah mereka dan pindah.

Putri mereka, Andrea, menulis sebuah buku tentang pengalaman menyeramkan yang dialami keluarganya. Yang kemudian jadi inspirasi film horor.

2 dari 6 halaman

2. The Conjuring 2 (2016)

The Conjuring 2 ( Warner Bros)

Film The Conjuring 2 terinspirasi kisah "Enfield haunting" yang menjadi perhatian masyarakat Inggris antara 1977-1978.

Peristiwa aneh kala itu terjadi sebuah rumah berlantai dua di Brimsdown, Enfield, Inggris.

Pada Agustus 1977, hal aneh menimpa keluarga penghuni rumah itu: furnitur bergerak sendiri; sarung tangan oven meledak dan terbakar; mainan dan batu yang dilemparkan entah oleh siapa; suara-suara aneh, anak-anak dalam keluarga tersebut bahkan melayang (levitation).

Aktivitas yang tak mampu dijelaskan dengan nalar tersebut berlangsung selama 18 bulan.

Hingga suatu ketika, sang ibu Peggy Hodgson memanggil polisi ke rumah sewaannya, setelah dua dari empat anaknya melapor bawah barang-barang bergerak sendiri dan ada suara ketukan di dinding.

Namun, polisi tak bisa berbuat apa pun. Anggota polisi, Constable Carolyn Heeps mengaku menemui hal yang luar biasa di rumah itu. Ia mendengar ketukan di dinding, yang tak diketahui apa penyebabnya.

"Kemudian anak tertua keluarga itu menunjuk kursi dekat sofa. Saya kemudian melihat kursi itu meluncur di lantai. Pindah sekitar 3-4 kaki lalu diam," ucap dia.

Kursi itu pun diperiksa, tapi alasan benda itu bisa berpindah tetap tak diketahui.

Polisi kemudian mengatakan, mereka sama sekali tak bisa membantu sebab tidak ada bukti kejahatan.

Karena polisi dan pemuka agama dianggap tak bisa menanganinya, Peggy Hodgson kemudian meminta bantuan masyarakat.

Mereka mengontak tabloid The Mirror -- yang mengirimkan Graeme Morris, yang mengabadikan foto-foto yang menunjukkan Janet terlempar dan tubuhnya terangkat ke udara.

Sebagian besar gambar diambil dengan kamera statis yang mengambil gambar setiap 15 detik.

Foto Janet Hodgson dalam peristiwa Enfield yang diangkat dalam The Conjuring 2 (Movie Pilot)

Dalam wawancara dengan BBC pada 2011, Morris meyakini kedua anak perempuan keluarga Hodgson benar-benar kesurupan.

"Anda harus melihat sendiri untuk bisa percaya," kata dia. "Mereka membatu, benar-benar ketakukan."

Suatu hari, saat mengunjungi rumah tersebut, Morris mengaku sepotong lego terlempar ke kepalanya. Meski hanya potongan kecil plastik, benda itu bisa menghantam dengan keras, cukup kuat untuk menimbulkan benjolan.

Banyak orang pada saat itu menganggap segala kisah itu bohong belaka alias hoax. Namun bukti rekaman, foto, dan keterangan saksi-saksi independen memperkuat keterangan keluarga Hodgson.

Salah satu rekaman mengerikan keluar dari mulut Janet Hodgson. Suara bocah perempuan yang nyaring itu tiba-tiba menjadi kasar, khas suara pria dewasa.

"Tepat sebelum mati, aku menjadi buta, mengalami perdarahan dan meninggal di kursi," kata suara itu. Peneliti dari Society for Physical Research (SPR) menyimpulkan bahwa Janet menjadi perantara arwah jahat Bill Wilkins.

Dalam sebuah wawancara 2012 dengan ITV, Janet diminta untuk menjelaskan bagaimana perasaannya saat "arwah" Bill berbicara melalui dirinya.

"Ketika suara Bill Wilkins keluar dari mulut saya, rasanya seperti datang dari belakang, bukan dari dalam diri saya," katanya.

Skeptisisme selalu membayangi kisah Enfield. Janet belakangan mengakui bahwa dia memalsukan "2 persen" dari fenomena tersebut.

"Anda pasti bosan dan frustrasi, semua orang yang datang dan pergi," kata dia kepada Telegraph pada tahun 2012.

3 dari 6 halaman

3. Amityville Horror (2005)

Rumah Amityville yang terkenal paling angker di Amerika Serikat ( The Amityville Horror 1979)

Selain kemegahannya, rumah besar bergaya kolonial Belanda di tepi danau yang beralamat di 112 Ocean Avenue, Amityville, New York, tak banyak menarik perhatian. Hingga sebuah peristiwa besar terjadi di dalamnya: pembunuhan massal.

Pada 13 November 1974 sekitar pukul 18.30, Ronald "Butch" DeFeo Jr menyeruak masuk ke Henry's Bar. Membawa kabar buruk. "Seseorang menembak ibu dan ayahku," teriaknya, panik, seperti dikutip dari situs New York Daily News. Kehebohan pun terjadi. Orang-orang sontak menghambur dari tempat nongkrong itu, menuju lokasi.

Pemuda yang kala itu berusia 23 tahun juga melapor ke aparat. Ia mengaku menemukan jasad ayah dan ibunya di dalam kamar di lantai 2. Petugas Kepolisian Suffolk County menerima laporannya pada pukul 18.35.

Saat polisi tiba di lokasi kejadian, Ronald Jr juga mengaku menemukan jasad adik-adiknya di kamar lainnya. Total korban berjumlah enam orang: Ronald J DeFeo (43); sang istri, Louise(42); dua anak laki-laki: John (9) dan Mark (12); serta dua putri mereka: Allison (13) dan Dawn (18). Semua dengan luka tembak.

Aparat yang menyisir rumah tak menemukan tanda-tanda perlawanan. Korban diduga dihabisi dalam kondisi terlelap.

Rumah tersebut merupakan saksi bisu pembunuhan keji yang dilakukan Ronald DeFeo.

Senjata si pembunuh juga raib. Setelah pengujian post-mortem dilakukan, para korban dinyatakan telah meninggal dunia setidaknya sejak pukul 07.00.

Si sulung, Ronald DeFeo Jr adalah satu-satunya anggota keluarga yang selamat.

Simpati pun mengalir bagi pemuda yang kehilangan seluruh anggota keluarganya sekaligus. Namun, dua hari kemudian ia digiring polisi dalam kondisi tangan terborgol.

Setelah diinterogasi selama 20 jam, Ronald Jr akhirnya mengakui bahwa dia yang menembak ayah, ibu, dan adik-adiknya.

Selama penyelidikan dan persidangan, rumah Amityville dibiarkan kosong. Lalu, 13 bulan kemudian, kepemilikannya berpindah tangan ke George Lutz -- yang pindah bersama istri dan tiga anaknya pada Desember 1975.

Harga rumah besar yang jadi lokasi pembunuhan itu jatuh, "hanya" US$ 80 ribu.

"Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata George Lutz soal kediaman barunya yang megah.

Pada hari pindah, mereka mengundang seorang pemuka agama untuk memberkati rumah itu. Kata Lutz, tamunya itu mengaku tangan tak terlihat memukulnya di ruang menjahit.

Pemuka agama itu, ucap Lutz, juga mendengar suara tanpa raga. "Pergi dari sini!" entah dari siapa kalimat itu terucap. Ia mengalami perasaan aneh mirip gejala flu dan tangannya tiba-tiba mengeluarkan darah.

Meski demikian, keluarga itu akhirnya menetap di rumah itu dan mengaku menemui sejumlah hal mistis. 

4 dari 6 halaman

4. The Exorcist (1973)

The Exorcist

 

Wajah buruk dengan pandangan mengerikan, seringai lebar, kepala berputar 360 derajat, tubuh yang melayang di udara, cairan muntah berwarna hijau. Hingga saat ini, film The Exorcist yang dirilis tahun 1973 masih bikin merinding orang yang bernyali melihatnya.

Satu-satunya yang mungkin membuat nyaman adalah informasi bahwa cerita itu hanya fiksi belaka. Namun, bisa jadi anggapan itu sama sekali tak benar.

Sejumlah orang berpendapat, hal mengerikan yang ada dalam film tersebut terinspirasi kejadian nyata: tentang seorang bocah lelaki dari pinggiran Washington DC yang kerasukan setan pada 1949. Yang dikenal sebagai "St Louis Exorcism Case" -- kasus eksorsisme atau pengusiran setan di St Louis.

Sebut saja bocah 13 tahun itu Roland atau Robbie Doe -- identitas aslinya masih anonim hingga saat ini. Ia lahir pada 1935 dengan masa kecil bermasalah di keluarga yang tak rukun.

Segala keanehan dimulai pada Januari 1949. Ketika itu, keluarga Robbie mulai mendengar suara garukan di dalam dinding dan langit-langit rumah, tapi bukan tikus.

Juga ada suara mirip langkah orang di lorong, benda-benda berpindah dengan sendirinya. Serangan misterius mulai dialami Robbie. Selimut dan seprainya robek, ia juga dilaporkan ditarik dari tempat tidurnya oleh kekuatan tak kasat mata.

Orangtuanya yakin, ia kerasukan. Apalagi sebelumnya, ia bermain-main dengan papan ouija -- media berkomunikasi dengan arwah. Sang tante yang mengajarinya.

Ritual pengusiran setan pada 1949 itu dipimpin Pastor William Bowdern. Ia bersikukuh, apa yang terjadi kala itu hal yang nyata. 

Bowdern dibantu oleh Pendeta Walter Halloran, yang tidak seperti rekannya, berbicara secara terbuka dan menyatakan keraguan soal kejadian paranormal terkait Robbie, satu dekade lalu.

Menurut Halloran, bocah itu terlihat sangat menderita. "Anak itu takut, bingung, terjebak dalam sesuatu yang dia tidak mengerti," kata dia.

5 dari 6 halaman

5. The Possession (2012)

Possession konon terinspirasi peristiwa dalam kehidupan nyata. Film yang dirilis pada 2012 itu didasarkan pada kotak dybbuk berhantu.

Cerita aslinya berawal dari sebuah kotak anggur tua yang ditawarkan di situs lelang eBay.

Barang yang awalnya ditawarkan senilai US$ 1, terjual dengan harga akhir US$ 300 kepada seorang pembeli bernama Kevin Mannis.

Kotak itu ternyata milik seorang penyintas Holocaust -- satu-satunya dalam keluarganya yang bertahan hidup dari siksaan tukang jagal Nazi.

Sebelum Mannis membawa pulang kotak itu ke rumah, karyawan menelepon, memberitahukan bahwa ada seseorang yang merusak tokonya.

Siapa gerangan pelaku perusakan tak diketahui. Sementara, karyawan yang menelepon tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya dan tidak pernah muncul lagi.

Mannis memutuskan untuk memberikan kotak itu sebagai hadiah untuk ibunya yang berulang tahunnya.

Setelah menerima kotak itu, sang ibu mengalami stroke dan kehilangan kemampuan untuk berbicara.

Kevin Mannis mencoba memberikan kotak itu pada anggota keluarganya yang lain. Namun, mereka akhirnya mengembalikannya.

Alasannya, bau-bau aneh dilaporkan menguar dari kotak itu. Kadang aroma melati, lainnya mengaku mencium kencing kucing.

Semua orang yang menerima kotak itu, termasuk Kevin, mengalami mimpi buruk yang sama. Mereka bermimpi teman-teman mereka akan berubah menjadi setan dan melumat tubuhnya.

Saat ini, kotak ini di tangan seorang kurator sebuah museum universitas.

6 dari 6 halaman

6. Psycho (1998)

Adegan film Psyco

 

Film yang dirilis pada 1998 tersebut terinspirasi pembunuh berantai dari Wisconsin, Ed Gein.

Ia lahir pada 1906 di daerah pedesaan Wisconsin dan dibesarkan bersama kakaknya, Henry Gein.

Ibu mereka, Augusta Gein, mengurung anaknya dari dunia luar. Ed hanya meninggalkan area pertanian keluarganya untuk bersekolah.

Henry Gein sering berbicara buruk tentang ibu mereka ke orang lain. Namun, adiknya selalu membelanya.

Pada 16 Mei 1944, pertanian milik keluarga eksentrik itu terbakar. Petugas pemadam kebakaran setempat pun datang.

Setelah api padam, Ed melaporkan saudaranya hilang. Henry Gein ditemukan tewas dengan luka memar di kepalanya.

Sementara, Augusta meninggal pada Desember 1945 akibat stroke. Setelah kematian sang ibu, Ed menjadi terobsesi dengan orang-orang mati.

Dia mengaku menggali sembilan jasad manusia. Namun menolak tuduhan berhubungan seks dengan salah satu dari jenazah itu.

Ed didakwa atas pembunuhan tingkat pertama. Ia mengaku tidak bersalah dengan alasan kegilaan. Ed lalu menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa.

Â