Liputan6.com, New York - NASA memperingatkan bahwa sebuah asteroid berbentuk mirip kacang tanah yang berukuran lebih besar dari Empire State Building bisa saja menghantam Bumi.
Batu angkasa luar bernama 2015 BN509 tersebut, pada pekan lalu mendekati Bumi dengan jarak 70.500 km. Posisi terdekat asteroid itu hanya 14 kali jarak Bumi dan Bulan.
Baca Juga
NASA telah menyebut asteroid yang memiliki lebar 200 meter dan panjang 400 meter itu "berpotensi berbahaya". Sebagai perbandingan, Empire State Building di New York memiliki 102 lantai dan tinggi keseluruhan 381 meter.
Advertisement
Keberadaan asteroid tersebut tertangkap terbang dalam jarak dekat oleh teleskop radio raksasa bernama Arecibo Observatory.
Seorang ilmuwan planet, Dr Edgard Rivera-Valnetin, bersama dengan Universities Space Research Association yang mempelajari data dari The Arecibo Observatory in Puerto Rico, mengatakan bahwa bentuk seperti kacang terjadi karena dua asteroid tidak berhasil mengorbit satu sama lain dan saling berbenturan.
Rekaman aktivitas asteroid seperti 2015 BN509 dapat memberi tahu kita tenang kemungkinan obyek yang menghantam Bumi.
"Arecibo bertindak melampaui peramal, kita dapat mencirikan benda-benda ini," ujar Rivera-Valentin seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (14/2/2017).
"Kita bisa belajar ukuran, bentuk, keadaan berputar, komposisi, dan geologi dekat permukaan."
"Sebuah hantaman asteroid, seperti bencana alam lainnya, sebenarnya dapat dihindari."
"Data dari Arecibo dapat digunakan oleh NASA untuk menginformasikan misi pertahanan planet," imbuh dia.
NASA mendirikan sebuah departemen pertahanan yang bertujuan untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan benda-benda dekat Bumi atau near-Earth objects (NEOs) pada tahun lalu.
Setiap tahunnya, sekitar 1.500 NEOs telah diidentifikasi. NASA menyebut, lebih dari 90 persen batuan angkasa luar itu berukuran lebih dari 1 km.
NASA saat ini telah mengusulkan membangun teleskop angkasa luar inframerah yang disebut NEOCam untuk membantu menemukan lebih banyak NEOs.
"Proyek NEOCam bekerja untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat diselesaikan tahun ini, yang akan mengurangi risisko teknik, jadwal, dan biaya misi masa depan," ujar wakil direktur program ilmu planet NASA, David Schurr.