Sukses

Ular Boa Terlangka di Dunia Ditemukan Lagi Setelah 64 Tahun

Boa Cropan baru-baru ini terlihat lagi di Hutan Atlantik Brasil setelah 64 tahun tidak ditemukan keberadaannya.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Ular boa asal Brasil, Corallus cropanii, merupakan salah satu yang paling langka di dunia. Hewan yang juga dikenal sebagai Boa Cropan itu, terakhir kali terlihat dalam keadaan hidup pada 1953.

Namun baru-baru ini ilmuwan dapat melihat Boa Cropan itu lagi. Ular tersebut ditangkap pada Januari lalu dan menjadi penampakan pertama sejak 64 tahun silam.

Boa tersebut ditemukan oleh penduduk pedesaan Ribeira Valley Region dan menyerahkannya kepada ilmuwan lokal. Hal itu dilakukan sebagai penjangkauan ekstensif yang dikoordinasi oleh para peneliti Museum of Zoology University of São Paulo dan Butantan Institute (BI).

Dikutip dari Live Science, Minggu (19/2/2017), para ilmuwan mengembangkan program untuk meningkatkan kesadaran lokal tentang Boa Cropan. Hal tersebut bertujuan untuk mendidik anggota masyarakat tentang pentingnya ekologi ular dan mendorong mereka untuk membantu ahli biologi lebih lanjut tentang aktivitasnya.

Faktanya, boa langka itu hampir dibunuh oleh orang yang pertama kali memata-matainya pada Januari lalu. Namun dua orang menyadari bahwa kelangkaan boa tersebut melalui selebaran dan poster.

Boa yang berhasil diselamatkan itu merupakan betina berukuran 1,7 meter dengan berat 1,5 kilogram.

Boa Cropan hanya ditemukan di Hutan Atlantik, Sao Paulo, Brasil. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, ular itu merupakan boa yang mungkin paling langka di Bumi saat ini.

Organisasi itu mengklasifikasikan Boa Cropan "terancama punah" karena habitatnya terbatas dan telah mengalami pengurangan kualitas. Meski populasi Boa Cropan belum diketahui, namun kelangkaan itu menjadi petunjuk bahwa tidak banyak ular tersebut yang ditemukan di alam liar.

Sebelumnya Boa Cropan belum pernah diamati di alam liar. Namun ular betina yang ditemukan baru-baru ini akan dilepaskan, dengan terlebih dahulu ditanamkan pemancar radio ditubuhnya. Hal tersebut dilakukan agar ilmuwan mendapat lebih banyak petunjuk tentang bagaimana ular tersebut bertahan hidup di habitat mereka.

"Ular tersebut dipelajari untuk menemukan informasi lebih lanjut tentang biologi dan kebiasanyaa. Karena sebelumnya tak pernah diamati di alam, kita tidak memiliki banyak informasi tentang perilakunya," ujar seorang ahli biologi di Butantan Institute, Livia Correa, kepada Carta de Noticias.

"Ular itu akan dilepaskan ke habitat alaminya dengan dilengkapi peralatan radio yang akan memungkinkan pelacakan di alam dan mentransmisikan informasi kepada peneliti," ujar Correa.