Sukses

AS Kerahkan Kapal Induk USS Carl Vinson ke Laut China Selatan

Kapal induk USS Carl Vinson berlayar ke Laut China Selatan dengan dikawal oleh kapal perusak berpeluru kendali.

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson ke wilayah Laut China Selatan sebagai bagian dari operasi maritim rutin mereka. Kapal seberat 97.000 ton tersebut dikawal dengan kapal perusak berpeluru kendali, USS Wayne E. Meyer.

USS Carl Vinson dikabarkan mengangkut lebih dari 60 jet tempur termasuk jenis F/A-18.

Operasi AS ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Negeri Paman Sam dengan Tiongkok dalam sejumlah isu di antaranya sengketa wilayah dan perdagangan. Trump disebut-sebut akan mengambil sikap yang lebih konfrontatif terhadap Beijing dibanding pendahulunya, Barack Obama.

Sesaat sebelum ditunjuk sebagai menteri luar negeri AS, Rex Tillerson sempat mengatakan bahwa akses Beijing ke Laut China Selatan harus diblokade. Pernyataan ini mengundang respons Tiongkok.

"Sebaiknya Tillerson memiliki strategi nuklir yang lebih baik jika dia ingin memaksa sebuah kekuatan nuklir besar untuk menarik diri dari wilayahnya sendiri," tulis Global Times di kolom editorialnya seperti dikutip dari The Guardian pada Januari lalu.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah mendengar rencana pergerakan USS Carl Vinson. Ia memperingatkan Washington untuk tidak menantang kedaulatan negaranya.

"China menghormati dan menjunjung tinggi kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan, yang dinikmati di bawah hukum internasional. Namun kami tegas menentang upaya setiap negara untuk melemahkan kedaulatan dan keamanan China atas nama kebebasan navigasi dan penerbangan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang seperti dilansir CNN, Senin, (20/2/2017).

Tiongkok memiliki sejarah panjang sengketa maritim dengan sejumlah negara tetangganya. Dalam kasus Laut China Selatan, klaim Beijing atas nyaris seluruh wilayah di perairan tersebut memicu keberatan dari Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Vietnam.

China dikabarkan telah mendirikan sejumlah pulau buatan di area sengketa dan melengkapinya dengan sistem persenjataan. Menurut AS, Beijing telah mereklamasi lebih dari 1.000 hektare di Kepulauan Spratly sejak tahun 2014.

Citra satelit yang dirilis oleh Asia Maritime Transparency Initiative pada Desember 2016 lalu menunjukkan, China telah menginstalasi sistem persenjataan di tujuh pulau buatan tersebut.

Washington sendiri tidak terlibat langsung dalam sengketa Laut China Selatan, namun kapal perang mereka telah melakukan operasi "kebebasan bernavigasi" rutin di dekat pulau-pulau buatan tersebut. Hal inilah yang potensial menyulut konfrontasi.

Teranyar, kapal perusak berpeluru kendali, USS Deactur terlihat mendekat ke area tersebut pada Oktober tahun lalu. Saat itu, China menuding AS telah melakukan pelanggaran hukum dan provokasi serius. Tidak disebutkan apakah USS Carl Vinson akan melakukan tindakan serupa.

Berlayarnya USS Carl Vinson ke Laut China Selatan ini memicu reaksi dari sejumlah media Tiongkok. Kolom opini di Global Times menyatakan bahwa pergerakan kapal induk itu merupakan upaya AS untuk memprovokasi dan memicu perpecahan antara Beijing dan negara-negara lain yang terlibat sengketa.

"Ini dapat memicu friksi atau bahkan bentrokan militer China-AS," tulis Li Jie, ahli angkatan laut.

"Dibanding Barack Obama, Trump menimbulkan lebih banyak risiko dan China harus bersiap secara diplomasi dan militer," demikian pendapat Li.

Sebuah artikel lain yang juga dimuat di Global Times mengecam kebijakan Trump di Laut China Selatan dan menyebutnya "tidak jelas" serta dapat meningkatkan ketegangan.

Operasi kapal induk AS di Laut China Selatan bukanlah hal baru yang mengejutkan. Nyaris setahun lalu, USS John C. Stennis juga melakukan pelayaran serupa. Dan USS Carl Vinson sendiri sebelumnya juga pernah beroperasi di kawasan itu pada tahun 2015.

Namun pelayaran USS Carl Vinson ini memang merupakan profil tinggi armada AL AS kedua yang berlayar ke Laut China Selatan dalam bulan ini. Pekan lalu, kapal tempur pesisir USS Coronado yang berbasis di Singapura dikabarkan menjalankan operasi pelatihan di wilayah itu.

"Kami tengah melakukan latihan di sejumlah daerah termasuk latihan senjata, operasi penerbangan berawak dan tidak berawak, pengoperasian kapal, dan latihan pengendalian kerusakan. Semua bertujuan untuk mempertahankan kemampuan awak dan memastikan kami siap beroperasi dengan sukses dalam berbagai misi," terang Komandan USS Coronado, Scott Larson.

Sementara itu, pemimpin kapal induk USS Carl Vinson juga memiliki pesan yang kurang lebih sama.