Liputan6.com, Wina - Kesempatan untuk magang di luar negeri kembali terbuka luas bagi kalangan mahasiswa dan sarjana Indonesia. Pada 16 Februari lalu, markas PBB di Kota Wina, Austria, melalui Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) membuka lowongan magang di badan otonom organisasi tersebut.
"Dalam beberapa tahun terakhir, KBRI Wina telah menerima banyak aplikasi magang dari mahasiswa Indonesia," ucap Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI/PTRI Wina, Febrian A. Ruddyard kepada Liputan6.com usai melakukan pertemuan dengan Direktur Divisi Sumber Daya Manusia IAEA, Kate Rojkov di Vienna International Center, M-Building, yang dimuat Selasa (20/2/2017).
Baca Juga
Menurut Febrian, Indonesia dan IAEA sepakat mengadakan kerjasama program magang bagi mahasiswa dan lulusan baru Indonesia, dalam rangka menampung besarnya minat generasi muda untuk magang di luar negeri.
Advertisement
Program magang di IAEA ini berdurasi 3-12 bulan. Selain di markas Wina, IAEA memiliki laboratorium aplikasi nuklir di Seibersdorf, Austria, dan laboratorium lingkungan kelautan di Monako.
Calon peserta program magang di PBB itu harus mendapat rekomendasi setidaknya dari pihak universitas.
IAEA menerima peserta magang dari berbagai latar belakang ilmu, seperti hubungan internasional, kehumasan, manajemen, ekonomi, pertanian, kelautan, lingkungan, sosial budaya, kedokteran, peternakan, komputer, fisika, kimia, biologi, dan bidang teknik, termasuk teknik nuklir.
Menurut KUAI, keberadaan sejumlah markas besar organisasi internasional di Wina merupakan peluang strategis yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan minat magang mahasiswa Indonesia, tidak hanya ke perwakilan RI, namun juga ke organisasi internasional, dimulai dengan IAEA.
"Pihak KBRI akan memfasilitasi para peminat magang. Ini kesempatan yang bagus bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa belajar dan menimba ilmu di organisasi internasional seperti IAEA," kata pria kelahiran Semarang ini.
IAEA sendiri memiliki program magang bagi mahasiswa dan lulusan baru untuk 168 negara anggotanya. Persaingan untuk dapat diterima melalui program regular ini cukup ketat, dengan antrean mencapai 900 calon peserta.
Kerjasama program magang Indonesia – IAEA atas biaya sendiri ini bertujuan memberikan platform yang lebih teratur dan terarah, dengan penempatan disesuaikan dengan minat calon peserta.
Adapun latar belakang pendidikan yang dibutuhkan, seperti hubungan internasional, humas, manajemen, ekonomi, pertanian, kelautan, lingkungan, social budaya, kedokteran, peternakan, komputer, fisika, kimia, biologi, dan bidang teknik termasuk teknik nuklir. Dengan durasi magang yang ditawarkan mulai dari 3 sampai 12 bulan.
Calon peserta yang akan mengikuti program kerjasama ini harus mendapatkan rekomendasi setidaknya dari pihak universitas.
"Minat IAEA terhadap intern Indonesia telah beberapa kali disampaikan oleh Departemen Kerjasama Teknis, Aplikasi Nuklir dan Energi Nuklir IAEA kepada Indonesia," kata Atase Ilmu Pengetahuan KBRI/PTRI Wina, Johanna M.C. Johari yang menangani penyaluran minat ini.