Sukses

Vandalisme Makam Yahudi di AS, Lebih dari 100 Batu Nisan Rusak

Lebih dari 100 batu nisan di pekuburan bersejarah Yahudi, Chesed Shel Emeth di St. Louis dirusak. Peristiwa ini memicu kecaman.

Liputan6.com, Washington, DC - Vandalisme terjadi di komplek pemakaman bersejarah Yahudi, Chesed Shel Emeth di St. Louis, Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir. Setidaknya lebih dari 100 batu nisan di pekuburan itu dikabarkan rusak.

Kabar terkait perusakan batu nisan ini datang di hari yang sama di mana Gedung Putih mengecam rentetan ancaman bom yang baru-baru ini meneror sejumlah pusat komunitas Yahudi (JCC) di seluruh Negeri Paman Sam. Teranyar, teror bom menghantui 11 JCC di enam negara bagian AS.

"Banyak orang keluar masuk kuburan, mereka tertarik untuk melihat-lihat, 'apakah batu nisan orang yang mereka cintai terkena perusakan?'," ujar Phillip Weiss, pemilik perusahaan batu nisan yang membantu proses merapikan kembali pemakaman itu seperti dikutip dari CNN, Rabu, (22/2/2017).

Pihak kepolisian tidak segera merilis kapan vandalisme terjadi di pekuburan yang telah ada sejak tahun 1800-an. Namun mereka mengatakan, respons pertama tentang perusakan itu ditanggapi petugas pada Senin sekitar pukul 8.30 waktu setempat.

Pemakaman itu sendiri dipagari dan memiliki penjaga keamanan. Petugas di sana meyakini bahwa vandalisme terjadi selama akhir pekan hingga Senin pagi.

Aparat berwenang juga belum dapat menyimpulkan siapa pelaku atau motif dibaliknya. Penyidik dikabarkan telah memeriksa CCTV, namun tidak berkomentar lebih lanjut atas dugaan vandalisme tersebut dipicu oleh kejahatan akibat kebencian.

Sejumlah orang yang anggota keluarganya dimakamkan di sana mengaku cemas dan marah atas peristiwa tersebut. Salah seorangnya adalah Andy Cohen, pembawa acara "Watch What Happens Live" yang juga eksekutif produser bagi program The Real Housewives.

"Ini sangat pribadi bagi saya karena kakek dan nenek buyut serta banyak dari anggota keluarga saya lainnya dikuburkan di sana. Tindakan tersebut tidak mencerminkan kita sebagai warga Amerika dan ini bukanlah arah yang seharusnya kita tuju," demikian tanggapan Cohen atas vandalisme tersebut.

Sementara itu, pihak pengelola pemakaman menulis informasi melalui akun Facebook mereka.

"Banyak batu nisan rubuh dan kita tidak dapat membaca nama juga mengetahui apakah ada kerusakan sampai kita mengangkat benda itu. Kami ingin meminimalkan kerusakan dan mengambil tindakan pencegahan," tulis pengelola pemakaman di Facebook.

Peristiwa perusakan tersebut juga mengguncang Emily Wasserman dari Chesterfield, Missouri. Ia mengaku, mengetahui hal tersebut dari Twitter.

Kakek buyut Wasserman dimakamkan di sana, namun ia tidak tahu apakah batu nisannya termasuk salah satu yang dirusak. Rencananya, perempuan itu akan datang ke pemakaman pada Selasa atau Rabu waktu setempat.

"Warga di St. Louis kecewa dengan vandalisme. Saya dibesarkan di St. Louis dan juga berkuliah di sini. Banyak dari teman-teman kuliah saya menentang vandalisme. Menurut saya, kekerasan telah mengirimkan gelombang kejut ke komunitas Yahudi di St. Louis," kata Wasserman.

Gubernur Missouri Eric Greitens bereaksi marah atas peristiwa vandalisme tersebut. Ia mengatakan "jijik mendengar tindakan penodaan tidak masuk akal di pemakaman" itu.

"Kita harus melawan tindakan intoleransi dan kebencian," cuit Greitens di Twitter.

Karen Aroesty dari ngo internasional Yahudi yang berbasis di AS menegaskan, terlepas dari apapun motif vandalisme, namun pekuburan adalah tempat suci.

"Ada perbedaan di sini antara tujuan dan dampak. Tujuannya mungkin satu, tapi dampaknya sangat besar bagi komunitas Yahudi," ungkap Aroesty.

Lebih lanjut Aerosty menjelaskan bahwa JCC di St. Louis tidak termasuk di antara 11 JCC yang mendapat ancaman bom pada Senin lalu. Namun komunitas Yahudi disini mengalami teror serupa pada bulan lalu.

"Tingkat ketegangan di JCC cukup tinggi," imbuhnya.

David Posner, direktur kinerja strategis dari Asosiasi JCC Amerika Utara mengatakan sejak Januari 2017, 54 JCC di seluruh AS dan Kanada telah menerima 69 ancaman bom.

"Meski kami lega bahwa semua ancaman tersebut terbukti hoax dan tidak ada yang dirugikan, namun kami prihatin tentang sikap anti-Semitisme di baliknya dan pengulangan ancaman yang dimaksudkan untuk menganggu kehidupan sehari-hari," ujar Posner dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Presiden Donald Trump telah merespons perilaku anti-Semitisme yang dikabarkan meningkat sejak ia dilantik. Trump menyampaikan sikapnya dalam kunjungannya ke National Museum of African American History and Culture.

"Tur (ke museum) ini mengingatkan kita mengapa kita harus berjuang melawan kefanatikan, intoleransi, dan kebencian dalam segala bentuk yang buruk. Ancaman anti-Semitisme yang menargetkan pusat-pusat komunitas Yahudi mengerikan dan menyakitkan sekaligus sebagai penanda bahwa masih ada pekerjaan untuk membasmi kebencian, prasangka, dan kejahatan," terang Trump.