Liputan6.com, Washington, DC - Jackie Evancho pernah membawakan lagu kebangsaan Serikat The Star-Spangled Banner di acara pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat. Gadis 16 tahun jebolan 'Amerika Got Talent' itu tak mundur, meski para penyanyi lain yang jauh lebih terkenal tak sudi datang.
Namun, belakangan, Jackie mengaku kecewa berat. Gara-garanya, Donald Trump tak merespons permintaannya untuk bertemu.
Jackie ingin bertemu sang presiden untuk memberikan 'pencerahan' pada miliarder nyentrik itu, dengan mengisahkan penderitaan saudarinya -- yang transgender -- selama di sekolah menengah atas.
Advertisement
Kakaknya Juliet Evancho (18) terlahir sebagai pria bernama 'Jacob'.
Permintaan Jackie Evancho disampaikan lewat Twitter, setelah Pemerintahan Donald Trump membatalkan kebijakan pendahulunya, Barack Obama yang memerintahkan sekolah-sekolah membolehkan murid transgender menggunakan toilet sesuai gender yang mereka pilih.
"Saya hanya ingin memberikan pencerahan padanya (Trum) tentang apa yang dihadapi saudari saya setiap harinya di sekolah, juga orang lain yang kondisinya serupa," kata Jackie seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (23/2/2017).
"Diskriminasi yang mereka hadapi sungguh mengerikan."
Juliet Evancho tak hadir dalam perhelatan agung yang digelar 20 Januari 2017 lalu, baik untuk menyaksikan Trump dilantik maupun melihat sang adik melantunkan lagu kebangsaan. Saat itu, ia sedang bersiap melakukan operasi ganti kelamin.
Sebelumnya, setelah mengetahui keputusan Trump, Jackie menghubungi Trump lewat Twitter.
"Saya sungguh kecewa dengan keputusan @POTUS yang menyerahkan keputusan soal toilet #transgender ke negara bagian. #sisterlove," dia mencuit.
"@realDonaldTrump, Anda pernah memberi saya kehormatan untuk bernyanyi dalam pelantikan Anda. Tolong beri saya dan saudari saya kehormatan untuk bertemu dengan Anda untuk mendiskusikan #transgender rights."
Jika diberi kesempatan bertemu Donald Trump, Juliet Evancho mengaku akan menyampaikan pesan agar sang pemimpin memahami kondisi kaum transgender.
"Pada dasarnya, berada di SMU di mana kebijakan soal toilet tidak jelas, seperti yang dikatakan Jackie, aku harus menjalani diskriminasi itu setiap hari," kata dia.
Menurut dia, Donald Trump sebaiknya tahu bahwa itu akan menempatkan kaum transgender di lingkungan yang tak aman.
"Saat mendengar soal (perubahan kebijakan) itu, aku merasa kecewa dan menyadari, kita harus melakukan sesuatu untuk memberikan pemahaman pada pemerintah."
Kalangan konservatif memuji perubahan kebijakan yang dilakukan pemerintahan Trump. Sebaliknya, pendukung hak transgender bertekad melawan apa yang mereka sebut sebagai 'kemunduran besar'.
"Kami tidak berkecil hati. Dan akan terus berjuang," kata Gavin Grimm, remaja transgender yang menggugat sebuah SMU di Virginia terkait kebijakan pemakaian toilet.
Sekitar 150.000 remaja berusia antara 13 hingga 17 tahun, atau 0.7 persen, teridentifikasi sebagai transgender, demikian menurut studi The Williams Institute di UCLA School of Law.