Sukses

Warga Libya Usia 18-45 Tahun Dilarang ke Luar Negeri Tanpa Izin

Peraturan yang membatasi mobilitas perempuan mendapat kritik dari masyarakat Libya.

Liputan6.com, Tripoli - Pemerintah di Timur Libya melarang pria dan wanita yang berusia antara 18 dan 45 tahun bepergian ke luar negeri tanpa izin.

Kepala militer di kawasan itu, Abdelrazzak Al-Naduri, mengatakan langkah itu bertujuan untuk mencegah orang-orang bergabung dengan kelompok teroris di negara lain.

Libya pasca-Moammar Khadafi terbelah, ada dua pemerintahan yang saling bersaing di sisi timur dan barat, serta banyak bagian dari negara itu dikendalikan oleh milisi.

Peraturan itu muncul beberapa hari setelah larangan kontroversial bagi wanita untuk bepergian, yang dengan cepat ditangguhkan. Dalam aturan tersebut juga disebutkan bahwa wanita di bawah 60 tahun dilarang bepergian tanpa pendamping laki-laki.

Terkait peraturan baru itu, intelijen militer di timur Libya dan Kementerian Dalam Negeri akan bertanggung jawab untuk mengeluarkan izin bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan.

Seorang sumber di kantor kepala staf militer mengatakan kepada BBC, perintah itu mungkin bersifat sementara. Sebagian besar wisatawan akan dapat memperoleh izin keamanan dalam sehari.

Tapi dia tidak menentukan apa kriteria untuk izin perjalanan.

"Larangan tentang wisata perempuan juga diperkenalkan untuk alasan keamanan nasional," kata militer.

Beredar kabar bahwa beberapa wanita melakukan kontak dengan badan intelijen asing.

Dikritik

Wartawan BBC Afrika Utara, Rana Jawad melaporkan, peraturan tersebut mendapat kritik dari masyarakat Libya.

Negara ini telah terbagi kepemimpinannya sejak Moammar Khadafi jatuh pada 2011.

Timur Libya berada di bawah kendali komandan Khalifa Hafter, yang memimpin pertempuran melawan milisi. Namun pemerintah itu tak diakui oleh masyarakat internasional.

Kekosongan kekuasaan setelah Khadafi digulingkan memungkinkan kelompok ISIS mendapatkan pijakan di dalam negeri.

Diperkirakan 400.000 warga Libya juga telah terlantar selama konflik. Situasi ini telah menyebabkan banjir migran untuk melakukan perjalanan ke Italia dengan perahu, yang seringkali memiliki konsekuensi fatal: kehilangan nyawa.

Video Terkini