Liputan6.com, Jakarta - Perawatan dan pengobatan medis pada masa kini sudah cukup maju. Manusia memiliki cara untuk menyembuhkan hampir semua penyakit.
Namun, nenek moyang kita pada masa lalu tak seberuntung saat ini ketika penisilin telah ditemukan, transplantasi jantung dan organ lain dimungkinkan, penelitian sel induk (stem cell), dan perawatan canggih lainnya terus dikembangkan.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, seperti disarikan dari wonderslist.com pada Senin (27/2/2017), pada masa lalu nenek moyang kita harus bergantung pada pengobatan -- yang menurut manusia modern -- sungguh aneh.
Meski, sejumlah ramuan dan obat rumahan yang ada kala itu terbukti mujarab sehingga menjadi ilham bagi pengobatan modern.
Berikut ini adalah prosedur perawatan dan penyembuhan yang dijalankan nenek moyang kita:
1. Janggut Kesehatan Kaum Pria
Pada masa Victoria, pada dokter menganjurkan kaum pria agar berjengot sebagai cara perlindungan dari berbagai penyakit.
Mutu udara memang menjadi obsesi berlebihan pada masa itu karena polusi yang luar biasa. .
Pencemaran disebabkan oleh pembakaran batu bara di London sehingga lingkungan bisa berkabut hingga beberapa hari dan jenggot pun dianggap seperti saringan.
Tapi, jenggot juga disebut melindungi melalui berbagai cara. Misalnya sebagai cara menenangkan tenggorokan.
Dengan begitu, adanya jenggot dianggap menguntungkan bagi mereka yang berpidato di muka umum.
Terlebih lagi, beberapa dokter menganggap kaum pria yang memiliki jenggot tidak gampang terkena radang tenggorokan.
Advertisement
2. Cokelat Penyembuh Segalanya
Setelah cokelat diimpor ke Eropa, reputasinya pun melonjak sebagai obat mujarab.
Pemikiran cokelat sebagai obat diperkuat teori humor yang menyatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari 4 humor dan ketika dan ketika ada salah satu humor yang tidak seimbang, maka muncullah penyakit.
Penyakit bisa panas atau dingin dan basah atau kering sehingga harus disembuhkan dengan pengobatan yang tergolong lawannya. Sedangkan cokelat bisa disajikan panas maupun dingin.
Dengan berjalannya waktu, beberapa dokter memandang cokelat sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit. Misalnya, pada 1631, dokter Antonio Colmenero de Ledesma di Spanyol menyatakan bahwa cokelat "mengusir Morpheus, membersihkan gigi, mempermanis nafas, merangsang urine, menyembuhkan batu ginjal, dan menguras racun, serta melindungi dari berbagai penyakit infeksi."
Namun demikian, beberapa dokter melangkah lebih jauh lagi dan mengkaitkan cokelat dengan hal yang mungkin tidak nyata. Misalnya, pada 1796, beberapa dokter berpendapat bahwa cokelat bisa memperlambat tumbuhnya uban. Bahkan, pada 1864, ramuan cokelat dipercaya bisa menyembuhkan sifilis.
3. Tanaman Mirip Organ Manusia
Di masa lalu, orang percaya bahwa tanaman, kacang-kacangan, dan sayur mayur yang tampak mirip dengan bagian tubuh atau organ manusia bisa menyembuhkan bagian atau organ yang mirip dengannya.
Akar merah dengan ekstrak yang berwarna merah diduga bisa mengatasi masalah apapun terkait dengan darah. Tanaman saxifrage yang akarnya bisa membelah batu dianggap mampu membantu menghancurkan batu ginjal.
Hal seperti itu dikenal sebagai "doktrin tandatangan" dan pertama disebutkan di Barat oleh naturalis Romawi beranama Si Tua Pliny dan teori itu mencapai puncak popularitas pada Abad ke-16 dan 17.
Menurut teori itu, Tuhan memberikan petunjuk tentang tanaman yang baik bagi manusia melalui penciptaan tanaman yang menunjukan "penampakan" sesuai dengan benda yang mereka sembuhkan.
Tentu saja, di masa kini, teori itu sembarangan dan sangat berbahaya. Bahkan pada Abad ke-16 pun ada beberapa dokter yang menyebutnya "sama sekali tidak pantas diterima."
Tapi doktrin itu tidak semuanya asal. Misalnya ada juga tanaman mirip cacing yang memang bisa mengendalikan jumlah parasit usus, sehingga ada dugaan bahwa doktrin itu dipakai untuk identifikasi pengobatan.
Advertisement
4. Sinar-X Pengusir Bulu
Sinar-X pertama kali dipakai dalam dermatologi pada 1896 ketika Leopold Freund, pendiri radioterapi dari Wina, menggunakannya untuk mengatasi bulu lebat di punggung pasiennya. Setelah 12 hari dan 20 jam penyinaran, bulu di punggung pasiennya mulai rontok.
Sinar-X pun kemudian dianggap sebagai pengobatan yang bagus untuk eksim, jerawat, dan bulu berlebih. Namun demikian, sinar-X juga menyebabkan kulit terbakar, dermatitis, dan pertumbuhan kanker.
Beberapa profesional mencela pengobatan demikian, tapi sebagian laiannya mengatakan bahwa persoalannya disebabkan oleh praktik salah yang terjadi ketika sinar-X disalah mengerti. Secara umum dipercaya bahwa pengunaan layar, paparan yang lebih singkat, dan peningkatan teknis dapat mengurangi akibat buruk sinar-X.
Jeda waktu antara paparan sinar-X dan diagnosis kanker adalah 21 tahun sehingga dampak buruk jangka panjang paparan perawatan itu baru kelihatan setelah terlambat.
5. Pil Ambisi Melawan Impotensi
“Pil Ambisi” hadir di Amerika pada 1800-an dan membidik "kaum pria yang lemah dan cemas" dengan janji penyembuhan impotensi, kurang tidur, pelebaran pembuluh darah dan akibat kecemasan seperti mimpi buruk, pikiran jahat, dan keinginan menarik diri dari pergaulan yang semuanya disebabkan oleh, misalnya, telalu lelah bekerja.
Pil itu dianjurkan dalam kasus-kasus ketika "sakit" itu terlalu lama dan tidak bisa disembuhkan oleh cara lain. Terdengar baik-baik saja.
Tapi, pada 1918, Journal of the American Medical Association menerbitkan laporan awal tentang bahan kandungan "pil ambisi" yang ternyata berisi merica, kayu, manis, jahe dalam jumlah sedikit. Tapi setiap pil juga mengandung seperlima butir zat besi dalam bentuk seskuioksid dan sedikit lebih besar dari 1/30 butir strichnin.
Pil itu dijual seharga 50 sen per kotak yang berisi 42 pil. Sehingga satu kotak yang diminum sekaligus mengandung zat strichnin yang bisa membunuh seorang dewasa.
Strichnin adalah pestisida tak berwarna dan tak berbau, jadi tidak heran kalau obat itu pun segera dilarang oleh lembaga kedokteran Amerika Serikat, AMA.
Advertisement
6. Jus Daging Valentine
Jus Daging Valentine diproduksi pada 1871 dan segera populer di kalangan dokter dan publikasi kolom seperti British Medical Journal. Jus itu dimaksudkan "mengatasi kelemahan daya vital tanpa merusak organ pencernaan" ketika menderita diare, disentri, dan kolera.
Produk temuan Mann. S. Valentine setelah salah satu anggota keluarganya (diduga adalah istrinya) mengalami bahaya dari "gangguan parah organ pencernaan" sehingga tidak bisa menyantap makanan normal dan tidak ada makanan pengganti yang disukainya.
Melalui beberapa eksperimen, Valentine berhasil mengumpulkan semua kenikmatan daging mentah dalam bentuk kental, bukan dari rebusan tapi tekanan mekanis dalam panas rendah sehingga menjaga semua protein dalam daging mentah.
Hanya perlu 2 sendok Jus Daging Valentine untuk dicairkan dengan air dan dimakan seperti diresepkan dokter.
Namun demikian ada juga dokter yang menganjurkan memasukan melalui usus besar. Misalnya, ada racikan dalam The Philadelphia Medical Journal yang mencampur telur, satu sendok makan Jus Daging Valentine, susu steril, brand, garam, dan air steril. Hanya perlu 2 ons campuran itu yang dijejalkan "setinggi mungkin di dalam dubur" setiap 2 jam.
Pada 1909, American Medical Association mendapati bahwa produk itu pada faktanya tidak mengandung protein lebih banyak daripada saripati daging biasa yang dibuat dengan panas biasa.