Liputan6.com, New York City - Rusia dan China telah memveto resolusi PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah. Hal tersebut merupakan kali ke tujuh bagi Rusia dan kali ke enam bagi China dalam memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad dituduh melakukan serangan kimia terhadap warga sipilnya. Namun mereka menyangkal tuduhan tersebut.
Baca Juga
Namun, penyelidikan yang dilakukan PBB dan pengawas penggunaan senjata kimia internasional telah menemukan bukti bahwa Pasukan Pemerintah Suriah telah melancarkan tiga serangan menggunakan senjata kimia pada 2014 dan 2015.
Advertisement
Laporan itu menyebut, helikopter pasukan udara Suriah menjatuhkan gas klorin di area yang dikuasai pemberontak sebanyak dua kali pada Maret 2015 dan April 2014.
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/3/2017), penggunaan gas klorin sebagai senjata telah dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia pada 1997. Badan pengawas itu juga menggunakan gas sulfur-mustard dalam serangannya.
Resolusi PBB pada 28 Februari 2017 itu dikeluarkan oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Resolusi tersebut melarang penjualan helikopter ke Suriah, memicu sanksi terhadap 11 komandan atau pejabat Suriah, dan 10 kelompok terkait serangan kimia.
Sembilan anggota Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi terkait konflik Suriah tersebut, sementara China, Rusia, dan Bolivia menyampaikan hak veto. Tiga negara lain, Mesir, Kazakhtan, dan Ethiopia, memilih abstain.
Untuk meloloskan resolusi, DK PBB perlu dukungan dari sembilan negara dan tidak ada veto dari lima anggota tetap, yakni AS, Prancis, Rusia, Inggris, dan China.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa sanksi terhadap Suriah "benar-benar tidak pantas". Ia menambahkan, hal itu akan merusak kepercayaan dalam perundingan damai.
Rusia telah lama mendukung Suriah, di mana banyak perwira militer dilatih dan dilengkapi oleh Rusia.
Moskow mengatakan, dukungan militer dan politik terhadap Pemerintah Suriah telah membantu negara tersebut memerangi ISIS. Tapi kritikus Barat menuduh Moskow menargetkan kelompok-kelompok oposisi yang didukung Barat.
Sementara itu Duta Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, mengatakan bahwa Beijing menentang penggunaan senjata kimia. Namun Negeri Tirai Bamu itu menyebut, terlalu dini untuk menjatuhkan sanksi saat investigasi masih berlangsung.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyebut penolakan resolusi terkait konflik Suriah itu sebagai sesuatu yang menyedihkan.
"Ini merupakan hari yang menyedihkan di Dewan Keamanan ketika anggota mulai membuat alasan bagi negara-negara anggota lain yang membunuh rakyatnya sendiri," ujar Haley.