Sukses

Foto Tank Raksasa Viral, China Mengembangkan Senjata Baru?

Bocoran foto dua tank baru di China mengundang sejumlah dugaan pembuatan persenjataan baru.

Liputan6.com, Beijing - Sebuah foto dua tank sangar China bocor ke publik sehingga memancing dugaan bahwa China sedang mengembangkan kendaraan militer baru.

Media pemerintah, China.com, melaporkan bahwa kendaraan yang ada di depan dalam foto itu adalah tank berat untuk keperluan infantri, sedangkan kendaraan kuning di belakangnya adalah kendaraan tempur generasi kedua untuk pasukan terjun payung (paratrooper).

Foto itu disebutkan diambil di depan kantin pegawai pabrik kendaraan militer China.

Dikutip dari Daily Mail pada Kamis (3/2/2017), kabar tersebut muncul setelah peningkatan ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) berkaitan dengan isu kedaulatan Tawian dan kendali atas Laut China Selatan.

Menurut China.com pada 21 Februari lalu, tank infantri yang dimaksud dilengkapi dengan Cased Telescoped Ammunition ukuran 40 milimeter.

Sementara itu, situs berita Sina menduga bahwa tank berat infantri itu adalah purwarupa dan nantinya dapat 'bertugas bersama tank ringan utama China dalam pertempuran' karena keduanya memiliki rangka yang sama.

Laporan yang sama menyebitkan bahwa sistem kendali tembakan tank infantri itu bisa serupa atau lebih berdaya dibandingkan dengan meriam Cased Telescoped Ammunition 40 milimeter yang ada di kendaraan tempur.

Kendaraan itu sendiri disebut-sebut pernah dipamerkan dalam Pameran Dirgantara Zhuhai pada November lalu. Tidak jelas siapa yang mengambil foto, walaupun disebut pernah diunggah ke forum populer militer China, Chao Ji Da Ben Ying.

2 dari 2 halaman

Ketegangan dengan Taiwan

Gambar satalit pengerahan senjata di Laut China Selatan oleh China (Foto:AMTI)

Sejak Presiden Donald Trump menjabat menjadi presiden, terjadi peningkatan ketegangan antara China dan AS

Gedung Putih memperingatkan China bahwa AS akan 'membela' kepentingan AS dan dunia internasional di Laut China Selatan dan bahwa perdagangan merupakan "hal yang timbal balik."

Senada dengan sikap keras Donald Trump terhadap Beijing, juru bicara Sean Spicer pada 23 Januari lalu mengatakan bahwa "AS akan memastikan bahwa kami melindungi kepentingan kami" di Laut China Selatan.

"Jika pulau-pulau di sana pada faktanya berada di perairan internasional dan bukan bagian kepemilikan China, maka kami memastikan membela kepentingan internasional agar tidak diserobot oleh satu negara."

China mengakui kawasan luas di Laut China Selatan dalam batas 'garis 9 titik', bertindihan dengan perairan yang diklaim juga oleh beberapa negara tetangganya.

Sesaat setelah kemenangannya dalam pemilu November lalu, Donald Trump menelepon presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, dan menjadi pengabaian terhadap protokol yang ada sejak lama.

Ia membuat gerah Beijing melalui cuitannya tentang hubungan telepon tersebut. Sebagai tanggapan, Beijing menyampaikan protes resmi kepad Washington disertai dengan peringatan akan terganggunya hubungan dua negara.

Banyak ulasan harian China menyerukan penguatan persenjataan militer negeri itu untuk bersiap menghadapi potensi konflik.

Namun demikian, melalui pembicaraan telepon dengan pimpinan China Xi Jinping pada 9 Februari, Presiden Donald Trump mendukung kebijakan 'Satu China'.