Liputan6.com, Riyadh - Kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi ke Asia termasuk ke Indonesia menjadi momen bersejarah. Terutama ke Tanah Air, kedatangannya menjadi istimewa karena pertama kalinya setelah 47 tahun.
Selain istimewa, banyak hal-hal unik lainnya ketika sang baginda raja berkunjung ke Indonesia. Di antaranya penguasa berusia 81 tahun itu datang dengan membawa rombongan berisi 1.500 orang termasuk 112 delegasi resmi.
Tak hanya itu, Raja Salman juga membawa kargo 450 ton termasuk eskalator dan dua mobil super mewah.
Advertisement
Raja Salman datang ke Indonesia pada 1 Maret 2017, setelah sebelumnya memulai kunjungannya ke Malaysia. Kedatangannya disambut oleh Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.
Kedatangan Raja Salman juga membuat banyak orang ingin mengetahui lebih banyak fakta tentang Arab Saudi selain negara itu menjadi tujuan ibadah jemaah haji.
Apalagi, Arab Saudi adalah negara berbentuk kerajaan yang tergolong baru dibandingkan dengan negara monarki lainnya yang telah berusia ratusan tahun. Berdiri pada 23 September 1932, Arab Saudi sudah memiliki tujuh orang raja.
Selain urusan ibadah, banyak yang ingin mengetahui tentang kehidupan orang-orang Arab Saudi sehari-hari, terutama perempuan. Santer terdengar perempuan menjadi warga kelas dua di negara itu. Benarkah?
Akhir tahun 2016 lalu, sekelompok gerakan perempuan Arab Saudi menggelar kampanye agar pemerintah Saudi mengakhiri kebijakan 'sistem pengawalan' yang mencegah perempuan melakukan tugas penting tanpa perlu meminta izin kepada kerabat pria atau muhrimnya.
Lebih dari 14.000 wanita membuat petisi untuk mengakhiri kebijakan itu.
Sistem itu membuat perempuan di kerajaan konservatif tersebut tak bisa memiliki paspor atau bepergian ke luar negeri tanpa izin dari suami, ayah atau kerabat pria sederahnya.
Selain 'guardianship system' itu, berikut adalah hal-hal yang terlarang bagi perempuan Saudi. Namun demikian ada sejumlah hal dari yang terlarang akhirnya diperbolehkan berkat perjuangan gigih para hak asasi manusia. Liputan6.com mengutip dari berbagai sumber pada Sabtu (4/3/2017):
1. Menyetir Mobil
Tak ada aturan resmi yang melarang perempuan Arab Saudi untuk menyetir mobil, namun para ulama telah mengeluarkan fatwa bahwa pengemudi perempuan "melecehkan nilai sosial".
Pada tahun 2011, para perempuan Arab Saudi membuat petisi agar mereka diperboleh mengemudi. Namun gagal.
Sementara itu, opini Arab News yang ditulis wartawan Talal Alharbi mengatakan perempuan diperbolehkan mengemudi selama hanya mengantarkan anak-anak ke sekolah atau kerabat ke rumah sakit.
Baru-baru ini, Miliarder sekaligus pangeran Arab Saudi mengambil sikap untuk melawan peraturan 'turun-menurun' negerinya yang melarang perempuan untuk mengemudi.
Pangeran Alwaleed bin Talal, anggota keluarga kerajaan, menulis empat halaman opini di website pribadi yang ia kaitkan ke Twitternya. Di situ, Pangeran Alwaleed mengatakan, bahwa sudah saatnya para perempuan Arab Saudi mengemudi mobilnya sendiri.
Menurutnya larangan negara itu adalah "pelanggaran fundamental atas hak-hak wanita," demikian seperti dikutip dari Chicago Tribune.
Advertisement
2. Berdandan untuk Pamer Kecantikan
Perempuan Arab Sauid dilarang untuk menggunakan baju atau berdandan untuk memperlihatkan kecantikannya.
Bahkan badan penasihat kerajaan, Shura Council telah meminta presenter TV untuk menggunakan baju yang sopan.
3. Akhirnya Boleh Ikut Pemilu
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kerajaan, lebih dari 900 perempuan berkampanye untuk memperebutkan jabatan publik alias kursi pemerintahan di Arab Saudi. Peristiwa bersejarah itu digelar pada 12 Desember 2015.
Langkah itu terbuka sejak 2011, sesuai dengan perintah dari almarhum Raja Abdullah yang memberikan wanita peluang untuk partisipasi politik di kerajaan ultrakonservatif itu.
"Abdullah mengeluarkan dekrit kerajaan pada tahun 2013 untuk mandat Dewan Konsultasi--badan penasihat yang ditunjuk raja--setidaknya 20% perempuan," demikian menurut Departemen Luar Negeri Arab Saudi.
Para perempuan Arab Saudi pun diizinkan mendaftar menjadi pemilih.
Advertisement
4. Olahraga
Perempuan dilarang berolahraga. Apapun, apalagi berenang.
Namun, pada 2012 ada dua atlet perempuan turut dalam Olimpiade London. Kala itu, para ulama menyebut mereka tak lebih dari pekerja seksual.
Pada Olimpiade Rio, kerajaan mengirim empat atletnya.
Dan baru-baru ini Arab Saudi berencana membuka gym atau pusat kebugaran khusus perempuan di setiap lingkungan. Hal tersebut dinilai sebagai langkah kecil kerajaan itu menuju kemerdekaan perempuan.
Namun gym tersebut bertujuan untuk memotivasi perempuan untuk menjadi lebih sehat. Menurut organisasi kesehatan CDC, obesitas lebih banyak diderita perempuan dibanding laki-laki di Arab Saudi.
Wakil Presiden untuk Urusan Perempuan di Otoritas Umum Olahraga, Putri Reema binti Bandar, mengatakan kepada surat kabar Okaz bahwa Arab Saudi akan mulai memberikan izin gym khusus perempuan pada akhir Februari.
5. Pendidikan
Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan perempuan Arab Saudi untuk mendaftar ke universitas dan bergabung dengan tenaga kerja.
Visi Saudi 2030 menyebut road map untuk ekonomi dan pertumbuhan menyebut meningkatkan akses pendidikan dan olahraga bagi perempuan.
Advertisement