Sukses

Pengakuan Ulama Keturunan China yang Pegang Kepala Raja Salman

Foto seorang pria yang sedang memegang kepala Raja Salman bin Abdulaziz al Saud viral di dunia maya.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Foto seorang pria yang sedang memegang kepala Raja Salman bin Abdulaziz al Saud dan mencium kening pemimpin Kerajaan Arab Saudi itu memicu kehebohan.

Banyak orang yang bertanya-tanya, siapa gerangan sosok yang diizinkan berada sangat dekat dengan penguasa dari Dinasti Saud yang dikawal superketat tersebut.

Belakangan, identitas pria tersebut terkuak. Dia adalah ulama Malaysia, Syekh Hussain Yee.

Seperti dikutip dari media Malaysia, The Star, Sabtu (4/3/2017), Syekh Hussain Yee mengaku tak menyangka, fotonya sedang mencium kening Raja Salman viral.

Kala itu, sang ulama termasuk dalam kelompok aktivis keagamaan dan mufti dari beberapa negara bagian di Malaysia yang diundang untuk bertemu Raja Salman selama kunjungannya selama empat hari di Negeri Jiran.

Raja Arab, yang juga Penjaga Dua Kota Suci, menerima mereka dalam sebuah acara yang digelar di St Regis Hotel, Kuala Lumpur pada Selasa 28 Februari 2017.

Meski pernah umrah atas undangan Raja Saudi dua tahun lalu, Hussain mengaku itu adalah kali pertamanya ia bertemu langsung dengan sang pemimpin.

"Setelah pertemuan selesai, para tetamu termasuk para mufti antre untuk bersalaman dengan Raja Salman dan mengucapkan selamat jalan," kata dia.

"Saya mencium keningnya sebagai bentuk penghormatan dan cinta pada mereka yang sudah sepuh, yang merupakan norma dalam budaya Muslim."

Saat ditanya, apakah ia sempat berbincang dengan Raja Arab, Hussain mengaku hanya sempat memperkenalkan diri.

"Saya tak yakin beliau akan mengingatku setelah itu," kata dia. "Beliau harus bertemu dengan begitu banyak orang," tambahnya, lalu tertawa.

Sheikh Hussain, begitu ia dikenal, adalah pendiri dan presiden Al-Khaadem, sebuah organisasi yang mendedikasikan diri di bidang dakwah dan kerja sosial.

Ia lahir di Kedah dan menjadi mualaf saat berusia 18 tahun. Dua kalimat Syahadat diucapkannya di Penang.

Hussain juga pernah menuntut ilmu di Madinah selama enam tahun.

Pengkhotbah yang kini berusia 60-an tahun itu mengatakan, Raja Salman adalah sosok yang sangat suportif dan inspiratif dengan kegiatan amal yang dilakukannya selama ini.

"Hal tersebut menjadi pendorong bagi kita untuk terus maju. Raja Salman selalu menginginkan Muslim mengkampanyekan perdamaian," kata Hussain.

2 dari 2 halaman

Bertemu Tokoh Lintas Agama RI

Sementara itu, di Indonesia, Raja Salman bertemu dengan 28 tokoh lintas agama.

Tokoh dari agama Islam yang hadir adalah Din Syamsuddin, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Kammarudin Amin, Prof. Dr. Alwi Shihab, Zannuba Arriffah C. Rahman (Yenny Wahid), Abdul Mufti, Masyakuri Abdillah, Komaruddin Hidayat, dan Yudie Latief.

Tokoh-tokoh yang mewakili agama Kristen Protestan adalah Hanriette T. Hutabarat, Pdt. Rony Mandang, Pdt. Dr. Jacob Nahuway dan Gomar Gultom.

Dari agama Kristen Katholik hadir Mgr. Ignatius Suharyo Harjoatmojo, Mgr. Antonius Subianto Osc, Mgr. Paskalis Bruno Syukur Ofm dan Franz Magnis Suseno.

Tokoh agama Buddha yang hadir adalah S. Hartati Tjakra Murdaya, Bhikku Sri Pannyavaro, Suhadi Sanjaya, dan Arif Harsono.

Sementara itu, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ir. Ketut Parwata, Letjen TNI Purn Putu Soekreta Soeranta, dan Made Gede Erata adalah para tokoh yang mewakili agama Hindu.

Tokoh agama Konghucu yang hadir adalah Uung Sendana, Ws. Budi Santoso Tanuwibowo, dan XS Djangrana.

Raja Salman berjabat tangan dengan tokoh lintas agama Indonesia, Jakarta, Jumat (3/3). Raja Salman ditemani Jokowi akan berdialog dengan tokoh lintas agama di Indonesia). (Biro Pers Setpres/Laily Rachev)

Jokowi secara khusus memperkenalkan para tokoh lintas agama kepada Raja Salman dalam pertemuan yang berlangsung di tempat raja menginap, Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat 3 Maret 2017.

Bahkan Jokowi tidak ragu memperkenalkan mereka sebagai bentuk kemajemukan di Indonesia.

"Yang Mulia Sri Baginda Raja Salman bin Abdulaziz al Saud, hadir dalam pertemuan kali ini wakil dari agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Kehadiran beliau-beliau semuanya merupakan representasi perwakilan dari kemajemukan yang ada di Indonesia," kata Jokowi.

Jokowi menyebutkan, tokoh lintas agama yang hadir dalam pertemuan itu memainkan peran masing-masing dalam menjaga keharmonisan bangsa. Hal inilah yang menjadi kekuatan utama persatuan Indonesia.