Liputan6.com, Washington, DC - Barack Obama membantah tuduhan Presiden Donald Trump bahwa dirinya memerintahkan penyadapan di Trump Tower selama pilpres 2016. Juru bicara Obama menyebut klaim tersebut palsu.
"Aturan utama di pemerintahan Obama adalah tidak ada seorang pejabat Gedung Putih yang dapat menganggu penyelidikan independen yang dipimpin oleh Kementerian Kehakiman. Pada praktiknya, tidak satu pun, baik Presiden Obama maupun pejabat Gedung Putih pernah memerintahkan pengintaian terhadap warga AS," demikian juru bicara pihak Obama, Kevin Lewis seperti dilansir CBS News, Minggu, (5/3/2017).
"Setiap tuduhan, palsu," imbuhnya.
Advertisement
Pada Sabtu pagi, Presiden Trump menyerang Obama melalui serangkaian cuitannya di media sosial kesayangannya, Twitter. Ia menyatakan bahwa Obama telah menyadap Trump Tower semasa kampanye pilpres meski klaimnya tersebut tidak disertai bukti.
Presiden ke-45 AS itu juga mengumpamakan dugaan penyadapan tersebut layaknya skandal Watergate yang berujung pada pengunduran diri Presiden Richard Nixon dan mengakibatkan krisis konstitusi menghebohkan pada tahun 1970-an. Tidak cukup sampai disitu, Trump juga menyebut Obama sebagai orang jahat.
Baca Juga
Sebelumnya, mantan wakil penasihat keamanan nasional di era Obama, Ben Rhodes menyuarakan respons serupa dengan Lewis. Ia mengatakan, presiden tidak memiliki wewenang memerintahkan penyadapan.
Tuduhan terhadap Obama ini meluncur sepekan setelah Trump dan orang-orang dekatnya berada dalam pengawasan ketat atas dugaan kemungkinan menjalin komunikasi dengan Moskow semasa kampanye tahun lalu.
Saat ini yang menjadi sorotan adalah Jaksa Agung Jeff Sessions. Sebagian pihak menyebut, Sessions telah berbohong di bawah sumpah karena tidak jujur soal pertemuannya dengan Dubes Rusia untuk AS Sergey Ivanovich Kislyak.
Belakangan Gedung Putih mengakui pertemuan keduanya sebanyak dua kali. Namun Kislyak bersikeras tidak ada isu-isu kampanye yang dibahas dalam pertemuannya dengan diplomat Rusia itu.
Sessions bukanlah orang pertama di pemerintahan Trump yang terungkap menjalin komunikasi dengan Rusia sebelum Trump dilantik.
Beberapa waktu lalu, Michael Flynn dipaksa mundur dari jabatannya sebagai penasihat keamanan nasional setelah terungkap ia berbohong atas pertemuannya dengan Kislyak jelang pelantikan Trump.