Liputan6.com, Kuala Lumpur - Hampir 3 tahun, pesawat Malaysia Airlines MH370 tak kunjung ditemukan. Pencarian kapal terbang yang raib dari radar pada 8 Maret 2014 itu bahkan sudah ditangguhkan secara resmi, karena tak adanya petunjuk baru.
Kendati demikian, pihak keluarga penumpang MH370 tak puas. Mereka terus mengupayakan pencarian pesawat terbang tersebut.
Keluarga korban bahkan meluncurkan kampanye untuk mendanai secara pribadi pencarian tersebut.
Jiang Hui yang ibunya berada di pesawat nahas itu, mengatakan kepada CNN pada Sabtu 4 Maret 2017, bahwa kerabat bekerja untuk membuat penggalangan dana internasional dari donasi pihak-pihak yang terlibat dalam penerbangan salah satu maskapai Negeri Jiran tersebut.
Advertisement
Hui yakin berbagai perusahaan akan memberikan kontribusi untuk dana tersebut, termasuk pemerintah dari 14 negara asal penumpang, produsen pesawat Boeing dan Malaysia Airlines.
"Dana tersebut akan diinvestasikan dan hasil investasi tahunan atau kepentingan akan digunakan untuk mencari MH370," kata Jiang seperti dikutip dari CNN, Senin (6/3/2017).
"Setelah pesawat ditemukan, sumbangan asli akan dikembalikan ke pendonor, tanpa bunga," imbuh Hui seraya menjelaskan bahwa ia tak memberikan jumlah target dana.
Pencarian Ditangguhkan
Tak adanya petunjuk baru terkait pencarian pesawat MH370 membuat pihak berwenang dari Australia, China dan Malaysia menangguhkannya proses tersebut secara resmi pada Januari 2017.
Dalam pernyataan bersama pada Januari lalu, mereka mengumumkan bahwa keputusan penangguhan pencarian pesawat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.
"Telah dilakukan segala upaya menggunakan ilmu terbaik, teknologi mutakhir, serta mengikuti model dan saran dari profesional terampil dan terbaik di bidangnya. Tapi pencarian itu belum juga membuahkan hasil temuan MH370," kata pihak berwenang gabungan dari beberapa negara itu.
Para pejabat mengatakan mereka tidak akan mengesampingkan pencarian lain, jika nantinya ditemukan bukti yang kredibel.
Voice370, kelompok dukungan untuk para penumpang MH370 kemudian menangapi pernyataan tersebut dengan sebuah pernyataan berisi ungkapan kekecewaan mereka.
"Pesawat Komersial tidak diizinkan menghilang tanpa jejak begitu saja...," ungkap mereka dalam sebuah pernyataan itu.
"Menghentikan pencarian pada tahap ini merupakan tindakan tak bertanggung jawab, dan mengesampingkan fakta ada kekurangan data, alat dan rekomendasi dari berbagai ahli resmi dan otoritas terkait," tambah mereka.
Hilangnya pesawat itu merupakan salah satu misteri penerbangan terbesar dalam sejarah modern.
Pencarian menjelajahi puluhan ribu mil persegi bawah laut menghabiskan jutaan dolar. Namun sejauh ini baru menghasilkan sedikit informasi tentang saat-saat terakhir pesawat.
Pada 8 Maret 2014 sekitar pukul 12.41 waktu setempat, MH370 berangkat dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing. Pesawat menuju utara tapi setelah kapten menyampaikan pesan terakhir "Good night Malaysia Three Seven Zero," kapal terdeteksi mengubah arah ke barat menurut radar militer.
Dari sana, peneliti menduga bahwa pesawat berada di selatan Samudera Hindia yang luas.
Penyidik menegaskan bahwa pada Juli 2014 kapten MH370, Zaharie Ahmad Shah melakukan penerbangan dengan simulator pesawat ke Samudera Hindia di rumahnya. Hal itu memicu dugaan kuat bahwa kapal terbang tersebut jatuh di sana.
Sebagian besar penumpang dan awak berasal dari China dan Malaysia. Secara keseluruhan, 239 orang yang berada di dalam MH370 tercatat dari 14 negara berbeda.