Sukses

WNI Pembuat Bom di Malaysia Ditangkap

Pria WNI itu dilaporkan memiliki keahlian dalam merakit bom dan mendapat perintah dari Suriah.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Militan ISIS kabarnya merencanakan serangan bom mobil besar-besaran dan menargetkan Klang Valley di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, polisi di Bukit Aman berhasil menggagalkan rencana itu dengan menangkap dua ekstrimis.

Keduanya--teknisi pabrik Malaysia berusia 41 tahun dan seorang WNI 28 tahun yang merupakan petani--termasuk di antara tujuh orang yang ditahan oleh Divisi Kontra-Terorisme di Malaysia dan Selangor dalam beberapa penggerebekan pada 21-26 Februari 2017. 

Menurut sumber, pria asal Indonesia itu memiliki keahlian dalam merakit bom. Ia menerima pesanan dari militan terkenal bernama Mohammad Wanndy Mohammad Jedi di Suriah untuk merakit Vehicle-Borne Impro­vised Explosive Device (VBIED).

"Polisi telah memantau militan itu sejak ia masuk Malaysia pada 18 Februari. Ia ditangkap bahkan sebelum berhasil mengumpulkan bahan yang dibutuhkan untuk merakit VBIED," kata seorang sumber yang identitasnya dirahasiakan, seperti dikutip dari Star One, Senin (6/3/2017).

Penyergapan berhasil dilakukan dengan meretas komunikasi dengan Mohammad Wanndy dan tindakan cepat oleh polisi.

Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan tersangka Malaysia dan Indonesia ditahan di Kepong pada 21 Februari.

"Mereka diperintahkan untuk menyiapkan VBIED skala besar untuk menyerang Malaysia, sebelum ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS," ucap Abu Bakar.

"WNI itu dideportasi dari Turki pada Juni 2016 lalu setelah mencoba secara ilegal memasuki Suriah," ucap Khalid.

Teroris Asia Timur

Khalid menuturkan, lima orang lainnya yang ditangkap dalam operasi kontraterorisme itu adalah pria Asia timur berusia 37 tahun dan empat warga Yaman.

"Militan Asia timur itu masuk Malaysia pada tahun 2011 menggunakan visa pelajar--diyakini palsu--dan terdaftar di sebuah institusi pendidikan tinggi di Lembah Klang. Dia memiliki hubungan dengan kelompok teror Asia timur, yang digunakan Malaysia sebagai tempat transit dan lokasi persembunyian," tutur Khalid.

Khalid menambahkan tersangka memiliki hubungan dengan teroris Asia timur lainnya yang bertanggung jawab untuk mengatur perjalanan yang aman bagi para anggotanya untuk bergabung ISIS di Suriah.

Sebuah sumber mengatakan, militan Asia timur adalah etnis Uighur dari Urumqi, China. "Ia masuk Malaysia dengan visa pelajar untuk sekolah Master Bisnis Internasional di International Islamic University Malaysia di Gombak."

Sejauh ini para militan Yaman ditahan di Cyberjaya pada 26 Februari.

"Mereka diduga menjadi bagian dari faksi pemberontak di Yaman. Mereka juga terlibat dalam sindikat yang mengkhususkan diri dalam memalsukan dokumen perjalanan," beber Khalid.

Beberapa paspor internasional dan uang 270 ribu ringgit Malaysia dan sejumlah mata uang asing juga disita dalam penggerebekan tersebut.

Sumber juga mengatakan para militan Yaman, berusia antara 26 dan 33 tahun, ditangkap selama kunjungan Penguasa Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud ke Malaysia.

"Pihak berwenang menerima informasi intelijen dari Yaman hampir hari sebelum kunjungan kerajaan dan berhasil menangkap tersangka dalam waktu.

"Salah satu militan bekerja sebagai juru masak di sebuah restoran yang mengkhususkan diri dalam hidangan Yaman, yang lain seorang mahasiswa di sebuah universitas swasta sementara dua lainnya pengangguran".

"Pekerjaan dan latar belakang jurusan universitas mereka hanya tipu muslihat untuk menyembunyikan sindikat pemalsuan dokumen perjalanan," ujar seorang sumber seraya menambahkan bahwa mereka yang berasal dari Yaman sudah berada di Malaysia selama sekitar lima tahun.

Belakangan diketahui bahwa sindikat pemalsuan itu telah beroperasi selama lebih dari satu tahun. Penangkapan terakhir dalam operasi kontraterorisme ini menambah jumlah militan yang ditahan sejak Februari 2013 menjadi 278 orang.