Liputan6.com, Mogadishu - Sekitar 6,2 juta orang di Somalia kini terancam kelaparan akibat langkanya bahan makanan menyusul kekeringan yang terus berlangsung. Dan akhir pekan lalu, perdana menteri Somalia umumkan kondisi negaranya mulai memakan korban.
Dalam dua hari berturut-turut, di satu kawasan di Somalia sekitar 110 orang tewas akibat kelaparan.
Baca Juga
"Saya bisa pastikan kawasan Bay di selatan dan sebagian besar Somalia kondisinya makin mengkhawatirkan," kata PM Hassan Ali Khaire pada akhir pekan lalu saat menggelar pertemuan dengan Somali National Drought Committee.
Advertisement
"Dan estimasi saya, setengah populasi negeri ini akan terdampak akibat kekeringan ini," lanjut Khaire seperti dikutip dari NPR, Senin (6/3/2017).
Somalia telah mendeklarasikan bencana nasional kekeringan semenjak Selasa 28 Februari lalu. Karena negerinya mengering dengan cepat, Khaire mengatakan kurangnya air bersih meningkatkan penyakit. Sementara jumlah orang yang kekurangan gizi yang berjuang melawan penyakit akibat air kotor meningkat tajam.
"Situasi ini juga membuat sulit paroki-paroki gereja dan hewan ternak mereka yang selama ini menjadi garda depan perawatan orang sakit. Beberapa orang mengalami kelaparan dan diare sekaligus," ujar Khaire lagi.
"Pemerintah Somalia berusaha yang terbaik dan meminta seluruh orang Somalia dimanapun Anda berada tolonglah kami," lanjut pernyataan perdana menteri.
Pihak PBB telah bersiaga mendeklarasikan bantuan internasional mengatakan 5 juta warga Somalia terancam tewas akibat kelaparan.
"Puluhan ribo warga telah datang ke ibukota Somalia, Mogadishu mencari bantuan makanan, membuat lembaga bantuan setempat kewalahan," tulis laporan Associated Press.
WHO mengatakan, jika kelaparan kali ini merata ke seluruh negeri, ini menjadi bencana kelaparan ketiga di selama seperempat abad terakhir.
Pada tahun 2010 dan 2012 kelaparan membunuh 258 ribu jiwa di Somalia.