Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pembunuhan Kim Jong-nam pada 13 Februari 2017 di Malaysia telah memicu kekhawatiran akan keselamatan seorang pria muda bernama Kim Han-sol. Ia diduga kuat menjadi target berikutnya.
Han-sol yang merupakan kelahiran 16 Juni 1995 adalah anak sulung Jong-nam dan Ri Hye-kyong. Sosoknya pertama kali menjadi sorotan publik pada tahun 2011 ketika ia diterima oleh Li Po Chun United World College untuk menempuh pendidikan di Hong Kong. Namun visa pelajarnya ditolak oleh pemerintah setempat.
Advertisement
Baca Juga
Belakangan ia diketahui menempuh pendidikan di Republik Bosnia dan Herzegovina. Statusnya sebagai anak Kim Jong-nam, cucu Kim Jong-il, sekaligus keponakan Kim Jong-un membuat ia berada di bawah perlindungan aparat keamanan.
Pada tahun 2013, seorang jurnalis Korea Selatan mendapatinya berada di bawah perlindungan polisi ketika berada di sebuah universitas di Prancis. Namun di tengah ketegangan hubungan sang ayah dan pamannya, Han-sol membuat pengakuan cukup mengejutkan.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi Finlandia, YLE pada tahun 2012, Han-sol mengklaim mengunjungi Korut setiap musim panas untuk tetap menjaga hubungan dengan kerabatnya.
Korut yang diyakini mendalangi pembunuhan Jong-nam diduga memiliki sejumlah alasan untuk membunuh Han-sol.
Seperti dilansir dari berbagai sumber, berikut tiga penyebab Pyongyang berkepentingan menghabisi nyawa anak Kim Jong-nam yang berusia 21 tahun tersebut:
1. Karena Han-sol putra Kim Jong-nam
Status Han-sol sebagai putra Jong-nam tentu secara tidak langsung menyeretnya dalam pusaran spekulasi terkait suksesi kepemimpinan Korut. Hal ini dapat mengancam posisi sang paman, Kim Jong-un yang disebut-sebut belum memiliki legitimasi cukup kuat sebagai pemimpin.
Dugaan tersebut dimuat oleh sebuah media Jepang yang mengutip pernyataan seorang mantan diplomat Korut. Hal inilah yang dinilai menjadi salah satu alasan nyawa Han-sol terancam.
"Di balik semuanya, Kim Jong-un punya keinginan untuk memperkuat legitimasinya sebagai pemimpin," ujar Thae Yong-ho, mantan Wakil Dubes Korut untuk Inggris kepada sebuah media Jepang seperti dilansir Yonhap News, Kamis, (9/3/2017).
"Jong-nam telah menjadi hambatan terbesar bagi kekuasaan jangka panjang Jong-un di Korut yang masih sangat dipengaruhi oleh budaya Konfusianisme. Bersedianya Jong-nam diwawancarai oleh sejumlah media asing meningkatkan kemungkinan ia lebih dikenal di Korut, ini membebani Jong-un," terang Thae.
Lebih lanjut mantan diplomat Korut yang membelot pada tahun 2016 itu menjelaskan, Han-sol merupakan sosok yang juga tidak dapat ditoleransi keberadaannya dari perspektif Jong-un.
"Masih harus dicermati kemungkinan dia (Han-sol) untuk bertahan," kata Thae.
Advertisement
2. Berani mengkritik sang paman
Beberapa media Korsel pernah melacak sejumlah akun online yang dikelola Han-sol. Isi dari sejumlah akun tersebut tersebar di dunia maya, menunjukkan sikap Han-sol yang kontras dengan rezim sang kakek, Kim Jong-il.
Melalui akunnya di sejumlah media sosial seperti Twitter dan Facebook, pemuda itu mengungkapkan perasaan bersalahnya terkait peran keluarganya atas penderitaan rakyat Korut. Han-sol merasa bersalah mengetahui fakta ia makan dengan cukup sementara rakyat Korut kelaparan.
Dalam sebuah kesempatan, ia juga mengkritik Jong-un dengan menyebutnya sebagai diktator. Demikian seperti dikutip dari The New Daily.
Profesor Gordon Flake, CEO Perth USAsia Center di University of Western Australia mengatakan kepada The New Daily bahwa Han-sol berada dalam bahaya menyusul kematian Jong-nam.
"Kim Han-sol merupakan ancaman jangka pendek bagi Kim Jong-un...tapi, ya, dia dalam bahaya. Setahu saya dia (Han-sol) belum terlibat kegiatan politik," ungkap Flake.
Dijelaskan oleh Flake, bahwa Jong-nam merupakan anak dari seorang artis bernama Song Hye-rim yang menjadi simpanan Jong-il. Kelahiran Jong-nam dirahasiakan kala itu.
Tidak ada diskusi tentang Jong-nam di ruang publik hingga terjadi "insiden" pada tahun 2001. Saat itu Jong-nam kepergok masuk ke Jepang dengan menggunakan paspor palsu dan peristiwa ini memicu pengasingan terhadap pria tambun itu.
Murka sang ayah juga menghilangkan peluang Jong-nam dalam suksesi kepemimpinan di Korut.
Menurut Profesor Flake ketika Jong-il berkuasa, tidak pernah ada yang menyinggung soal istri, skandal perselingkuhannya, atau bahkan anaknya yang lahir di luar pernikahan. Namun pengasingan Jong-nam perlahan-lahan membuka selimut misteri tersebut.
"Dia (Jong-nam) selalu tampak riang, semacam karakter yang cukup normal. Jong-nam secara terbuka mengatakan ia belum pernah bertemu dengan saudara tirinya, Kim Jong-un. Menurut saya mereka tidak menjalin komunikasi," tutur Flake.
"Namun ada hal dinamis yang mendasari kita mencermati ini dari waktu ke waktu, seorang diktator akan selalu mewaspadai persaingan kekuatan dan garis keturunan. Sangat jelas, mereka bukan keluarga besar yang bahagia," jelas Flake.
Dosen senior di jurusan Hubungan Internasional Deakin University David Hundt memberi analisis lain. Ia mencoba menjelaskan mengapa pembunuhan Jong-nam terjadi baru-baru ini bukan jauh-jauh hari sebelumnya.
"Dalam masyarakat Konghucu, ada anggapan bahwa anak yang lebih tua menginginkan senioritas. Kita bisa berasumsi akan selalu ada ketegangan di balik layar, tapi pertanyaannya mengapa jika Jong-nam dianggap ancaman, ia tidak dihabisi lebih cepat?," ujar Hundt.
"Ada satu teori, yaitu Jong-nam telah menyedot sebagian kekayaan rezim Korut. Atau boleh jadi pula karena ia sedang berada di Malaysia dan jauh dari perlindungan China, itu dianggap permainan yang adil," tutupnya.
3. Mengakui ayahnya dibunuh
Teranyar, seorang pemuda tampil di sebuah video berdurasi kurang dari 40 detik. Mengenakan baju hitam, sosok tersebut mengaku sebagai Kim Han-sol.
Dalam video tersebut, ia mengakui kematian Jong-nam merupakan pembunuhan--spekulasi yang berulang kali dibantah oleh Korut.
"Nama saya Kim Han-sol, dari Korut, bagian dari keluarga Kim. Ayah saya dibunuh beberapa hari lalu...," ujar pemuda tersebut sebelum menunjukkan paspornya.
"Sekarang saya bersama ibu dan saudara perempuan saya. Kami sangat berterima kasih kepada...," kata dia sebelum suaranya menghilang.
Pria itu menutup kemunculannya di video tersebut dengan mengatakan, "Kami berharap ini akan membaik."
Rekaman berjudul KHS itu diunggah di laman situs berbagi video milik akun Cheollima Civil Defense pada Selasa, 7 Maret. Seperti dikutip dari Channel News Asia, kelompok itu mengklaim telah melindungi keluarga Kim Jong-nam.
Dalam laman akunnya, Cheollima Civil Defense menuliskan mereka merespons permintaan darurat pihak keluarga Kim Jong-nam dari upaya ekstradisi dan proteksi. Tiga anggota keluarga ditemukan dengan cepat dan direlokasi ke tempat yang aman.
"Sebelumnya, kami telah mengingatkan kebutuhan mendesak akan perlindungan. Ini adalah pernyataan pertama dan terakhir terkait isu ini dan keberadaan keluarga ini tidak lagi akan dibahas," demikian pernyataan yang tertera di laman akun Cheollima Civil Defense.
Kelompok ini juga mengucapkan terima kasih kepada sejumlah negara yang mereka klaim telah membantu memberikan perlindungan bagi keluarga Kim Jong-nam.
"Secara terbuka kami ucapkan terima kasih kepada Belanda, China, Amerika Serikat, dan empat pemerintahan lainnya atas bantuan kemanusiaan darurat kepada kami dalam melindungi keluarga ini," terang pernyataan tersebut.
Korut selama ini berkeyakinan bahwa pria yang tewas di Bandara Internasional Kuala Lumpur itu adalah Kim Chol, sesuai dengan identitas yang tertera pada paspor yang bersangkutan. Pyongyang menyatakan bahwa korban tidak tertutup kemungkinan meninggal akibat serangan jantung.
Namun hal berseberangan diungkapkan pihak Malaysia. Negeri Jiran mengonfirmasi sosok tersebut adalah Jong-nam yang tewas dibunuh dengan menggunakan racun VX. Ini mengacu pada hasil autopsi.
Munculnya sosok yang diduga Han-sol dalam sebuah video itu menghadirkan spekulasi lain bahwa ia bersama ibu dan saudara perempuannya telah membelot.
"Setelah ayahnya dibunuh, sulit dielakkan bahwa ia diasumsikan sebagai sasaran berikutnya," ujar Profesor Toshimitsu Shigemura dari Waseda University.
"Mereka mungkin telah membiarkannya, tapi tidak ada jaminan. Seluruh keluarga akan jauh lebih aman jika mencoba menghilang begitu saja," ujar Toshimitsu yang juga merupakan ahli keluarga penguasa Korut.
Mengingat nasib Jong-nam, Toshimitsu mengungkap kemungkinan Han-sol akan muncul sebagai pihak yang lebih vokal melawan rezim Korut.
"Sangat mungkin bahwa dia akan bergabung dengan kelompok yang dibentuk untuk menentang Pyongyang juga kemungkinan Korsel akan menjalin kerja sama dengan dia. Mungkin menjadikannya boneka untuk sebuah gerakan antirezim Korut di luar negeri," demikian analisis Toshimitsu.
Han-sol selama ini diketahui hidup bersama dengan ibu dan adik perempuannya Sol-hui di sebuah kompleks apartemen di Macau.
Advertisement