Sukses

Ancaman Fukushima Selain Radiasi: Celeng Terdampak Radioaktif

Selain memastikan radiasi hilang di kota dekat PLTN Fukushima, ada bahaya lain yang menanti: babi liar yang masih membawa zat radioaktif.

Liputan6.com, Tohoku - Enam tahun berlalu sudah dari gempa besar yang menghantam wilayah Tohoku, Jepang. Lindu itu diikuti dengan tsunami setinggi 15 meter.

Besarnya bencana alam itu juga berdampak pada stasiun tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang menyebabkan beberapa kebocoran. Kota-kota di seputaran PLTN pun dievakuasi.

Kini, sejumlah kota di dekat PLTN itu dinyatakan bebas dari radiasi. Salah satu kota yang sudah dihuni kembali dihuni adalah Naraha.

Empat kota lainnya pun menyusul. Namun, tak semudah itu kembali ke rumah-rumah yang enam tahun telah kosong.

Selain memastikan radiasi benar-benar hilang, ada bahaya lain yang menanti: babi liar yang masih membawa zat radioaktif.

Selama Prefektur Tohoku menjadi kawasan 'hantu', sejumlah binatang liar terutama babi hutan atau celeng menguasai daerah itu.

Dikutip dari The Independent pada Minggu (12/3/2017), babi liar itu membawa risiko radioaktif. Hewan itu menjadi jauh lebih agresif karena menganggap kota-kota hantu adalah wilayahnya. Mereka bisa sewaktu-waktu menyerang manusia. 

Para pemburu pun dikerahkan untuk menembak mati babi liar.

Pemerintah melarang memakan dagingnya karena mereka telah memakan makanan yang telah terkontaminasi elemen radioaktif.

"Setelah manusia meninggalkan kawasan itu, ekosistem babi hutan liar itu juga berubah," kata pemburu bernama Shoichi Sakamoto.

"Mereka mulai turun dari gunung-gunung dan enggan kembali," lanjutnya.

"Mereka menemukan tempat tinggal yang jauh lebih nyaman dibandingkan di gunung. Banyak makanan dan tak ada yang memburunya. Kota-kota ini adalah rumah mereka dan mereka berkembang biak di sini," beber Sakamoto.

Sakamoto mengepalai tim pemburu yang berjumlah 13 orang. Mereka ditugasi untuk menangkap dan membunuh babi hutan liar menggunakan senapan angin.

Semenjak April tahun lalu, tim itu telah menangkap lebih dari 300 babi hutan liar. Para pemburu berniat untuk tetap menangkapi celeng terkontaminasi radioaktif itu meskipun kota-kota itu kembali berpenghuni.

Ratusan babi hutan liar dipercaya menguasai kota Tomioka dan Namie. Mereka menjelajahi jalanan yang kosong dan mendapat banyak makanan dari kebun-kebun.

"Masih belum jelas siapa yang menguasai kota, manusia attau babi hutan liar," kata Wali Kota Namie, Tamotsu Baba.

"Jika kita tak menumpas mereka dan menjadikan kota ini milik manusia, situasi akan bertambah buruk, liar dan tak bisa dihuni lagi," lanjut Baba.

Pada akhir bulan Maret tahun 2017 ini,  pemerintah akan menghentikan perintah evakuasi bagi penduduk yang berada 2,5 mil dari PLTN Fukushima. Termasuk tiga kota Naraha, Tomioka dan Namie.

Lebih dari 100 ribu orang telah dievakuasi dari rumah-rumah mereka menghindari kebocoran radiasi. Kini, pemerintah Jepang mengatakan beberapa kawasan perumahan di seputar PLTN Fukushima aman

Namun, lebih dari setengah populasi Namie yang berjumla 21.500 orang itu memutuskan untuk tidak kembali ke rumah mereka. Menurut survei pemerintah Jepang, mereka masih khawatir terhadap radioaktif.

Ada kekhawatiran yang meluas tentang dampak kesehatan jangka panjang dari bencana nuklir tetapi sejauh ini tidak ada kematian disebabkan oleh kecelakaan, tidak ada kasus penyakit radiasi telah yang dicatat. Survei penduduk Fukushima ditemukan kasus kanker namun tidak terkait dengan bencana itu.

Meski demikian, tim dokter dari Fukushima University Medical menemukan 185 kasus kanker tiroid ganas pada anak-anak tetapi mengatakan lonjakan angka itu disebabkan oleh skrining selimut.

Gempa bumi dan tsunami Tohoku menewaskan lebih dari 16.000 orang di Jepang, sebagian besar karena tenggelam, dengan ribuan lainnya resmi hilang dan ratusan ribu tinggal perumahan sementara.

Itu gempa paling kuat yang pernah tercatat dalam negeri, menghasilkan gelombang setinggi 15 meter yang menggulung daratan menghancurkan segalanya.