Liputan6.com, Jakarta - Mumi Mesir terus menarik perhatian hingga sekarang, apalagi pada masa terhebohnya, era Victoria. Padahal, orang-orang pada masa itu bukanlah yang paling telaten menjaga kelestarian mayat yang diawetkam itu.Â
Saat itu, orang sangat tergila-gila hingga bahkan mengadakan pesta pembukaan perban mumi atau bahkan memakannya.
Masih banyak yang bisa dipelajari. Misalnya ada anggapan bahwa Tutankhamun telah dibunuh karena wafat pada usia muda, 18 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, kemajuan analisis mengungkapkan bahwa ia mengidap malaria dan penyakit tulang. Kakinya pun patah. Jadi, kemungkinan besar ia meninggal karena sebab wajar.
Disarikan dari therichest.com pada Senin (13/2/2017), berikut ini adalah sejumlah hal mengerikan terkait mumi:
1. Pesta Membuka Perban
Bangsa Eropa pada era Victoria memang mengundang takjub, bahkan untuk urusan selera berpesta. Seorang tuan rumah pesta membeli sebuah mumi yang langsung dibawa dari penggalian di Mesir.
Mereka kemudian mengundang para tamu untuk hadir dalam hiburan paling seru saat itu. Bersama-sama, mereka membuka pembungkus mumi sambil bertepuk tangan dan bersorak gembira untuk setiap helai pembungkus yang lepas.
Sayanngnya, mereka tidak menyadari betapa rusaknya mumi itu ketika pertama kali terpapar udara terbuka. Artefak itu kemudian rusak tanpa bisa diperbaiki lagi. Mungkin, dalam dunia modern, pesta itu mirip dengan pesta membongkar kerangka manusia dari dalam makam.
Advertisement
2. Mengandung Kutukan
Yang satu ini masih menjadi bahan perdebatan. Bagi beberapa orang, mumi dianggap mendatangkan kutukan.
Pandangan itu didasarkan kepada fakta adanya kutukan-kutukan yang dituliskan dalam makam sebagai peringatan bagi para penjarah dan perampok.
Kutukan-kutukan itu juga menjanjikan kematian dan nasib sial pada mereka yang mengganggu orang yang sudah mati tersebut.
Salah satu alasan terbesar orang percaya kepada kutukan adalah karena adanya sejumlah kejadian sesudah pembukaan makam Tutankhamun. Lord Carnavon adalah sponsor ekspedisi yang ikut masuk ke dalam makam setelah dibuka.
Ia meninggal beberapa hari kemudian karena darahnya keracunan. Carter, ahli arkeologi yang membuka makam, mengalami hal yang sama dan meninggal 16 tahun kemudian. Tapi mungkin itu hanya kebetulan.
Salah satu 'kutukan' lagi adalah tenggelamnya Titanic yang sedang membawa beberapa mumi menyeberangi lautan. Meski itu tidak benar.
3. Mumi Dipakai Sebagai Cat
Pernah memandangi lukisan dan penasaran apakah lukisan itu dicat menggunakan bahan-bahan dari orang mati?
Terdengar aneh, tapi ada beberapa lukisan yang memang demikian. Pada Abad ke-16 dan 17, orang menganggap mumi harus dieksplotasi sebanyak-banyaknya.
Mumi itu digiling menjadi bubuk halus, dicampur dengan bahan lain untuk memberi pigmen warna coklat yang dianggap bagus untuk lukisan.
Beberapa pengguna yang paling dikenal memanfaatkan cat Coklat Mumi adalah para seniman pra-Raphael, termasuk Sir William Beechey dan Martin Drolling.
Sekarang ini masih ada pigmen berwarna sama yang disebut Coklat Mumi yang berwarna sama tapi bahan dasarnya berbeda, yaitu hematite dan goetit. Tapi, karya para seniman itu masih bisa dilihat di galeri-galeri yang memilikinya.
Advertisement
4. Bangsa Eropa Penyantap Mumi
Seakan tidak puas dengan upacara pembukaan bungkus mumi sebagai tontonan orang banyak, sebagian bangsa Eropa bahkan menyantap mumi.
Mumi dipercaya sebagai sumber pengobatan yang membantu mengatasi memar, pusing, nyeri, mimisan, epilepsi, dan lain-lain. Praktik demikian cukup meluas di Eropa pada Abad ke-16 dan 17.
Mumi dijual sebagai 'mummia' dan ditumbuk halus untuk kemudian ditambahkan ke dalam minuman atau dioleskan pada kulit.
Lemak dan darah manusia juga dipakai sebagai obat. Lebih segar tentu lebih baik, kecuali untuk mumi yang diduga memiliki sifat istimewa karena sedemikian awetnya.
5. Mumi Memiliki Paspor
Setelah orang mulai lebih menghargai mumi, mulailah mayat yang diawetkan itu itu dipajang di museum atau dijadikan bagian dari analisis ilmiah untuk mengetahui lebih banyak tentangnya.
Salah satu yang paling mengalami dua hal itu adalah mumi Ramesses II, yang diduga menjadi orang paling berkuasa pada masa hidupnya. Ia bertakhta antara 1279 dan 1213 SM. Setelah meninggal, ia dimakamkan di Lembah Para Firaun.
Menjelang 1974, jasadnya mulai meluruh karena terus-menerus dijarah. Para ahli arkeologi memutuskan untuk menerbangkannya ke Paris untuk keperluan analisa. Tapi, untuk bisa diterbangkan, ia dibuatkan paspor Mesir. Disebutkan bahwa pekerjaan adalah "firaun."
Hasil pemeriksaan menguak bahwa jasadnya diserbu jamur. Setelah jamurnya dibasmi, para ilmuwan menemukan luka-luka lama akibat peperangan, demikian juga dengan retak-retak tulang sebagai bukti artritis dan sirkulasi yang buruk.
Advertisement
6. Ada Puluhan Juta Mumi
Banyak orang pernah mendengar tentang Raja Tut dan sejumlah nama lainnya. Sepertinya tidak banyak, tapi ternyata tidak demikian.
Kita mengenal sejumlah mumi yang berasal dari kalangan terkenal dan berpengaruh walaupun pada kenyataannya ada banyak warga Mesir cuku kaya yang juga dijadikan mumi sebagai cara pemakaman.
Menurut penelitian, diperkirakan ada sekitar 70 juta orang yang dijadikan mumi.
Belum lagi hewan-hewan peliharaan yang dijadikan mumi, misalnya kucing yang dipandang sebagai hewan suci pemandu.
Ada juga budaya-budaya lain yang melakukan praktik mumi atau proses menjadi mumi yang terjadi karena kebetulan, misalnya karena kondisi alam. Jadi, mumi itu sebenarnya ada di mana-mana.
7. Dimakamkan Bersama Para Hamba
Kebanyakan mumi firaun atau kalangan kaya lainnya dimakamkan bersama model para hamba mereka. Model-model itu diyakini membantu majikannya di alam sana. Namun demikian, penggunaan model itu bukan dilakukan sejak awal.
Para firaun mula-mula benar-benar dikuburkan bersama dengan para hamba di rumahnya. Belakangan disadari sulitnya melatih para hamba baru setelah yang lama dikuburkan bersama majikan mereka sehingga praktik itu diganti.
Tapi para hamba yang ikut dikubur bersama majikan mereka mengalami nasib yang malang. Kepala mereka dihajar dan mereka dilemparkan ke dalam makam sebelum makam itu ditutup.
Seringkali, hantaman di kepala belum sampai mematikan sehingga ada saja yang sebenarnya terkubur hidup-hidup.
Advertisement
8. Arwah Gentayangan
Bangsa Mesir percaya adanya 'ka', yaitu roh abadi yang berkaitan dengan seseorang. Ketika orang mati, hanya roh itulah yang tersisa dan harus dirawat.
Bangsa Mesir kemudian melakukan ziarah ke makam kerabat dan memberikan sesajian agar 'ka' itu mendapat makan dan hidup selamanya.
Kadang-kadang, sesajian itu bisa berupa makanan untuk "disantap" oleh roh, lalu mereka memakannya sendiri. Bangsa Mesir menjadikannya perayaan tahunan yang disebut "pesta di lembah" ketika orang-orang menginap semalaman di makam-makam para leluhur.
9. Kengerian Proses Mumi
Bayangkan kalau seseorang belum benar-benar mati ketika proses menjadikan mumi dimulai, apalagi karena kedokteran pada masa itu belum semaju sekarang untuk bisa memastikan kematian seseorang.
Pertama-tama, jasad dimandikan dengan wine dari palem dan air untuk penyucian. Lalu, pelaku balsam akan mengiris bagian samping tubuh agar bisa mengeluarkan organ dalam untuk ditempatkan dalam wadah-wadah terpisah.
Kemudian otak dikeluarkan melalui hidung. Caranya, ada batang panjang dengan kait di ujungnya yang dimasukan melalui rongga hidung dan menarik isi otak melalui saluran yang sama.
Satu-satunya organ yang ditinggalkan adalah jantung, yang dipercaya menjadi hakekat seorang manusia. Tapi, jantung Raja Tut hilang dan diduga berkaitan dengan penyebab kematiannya.
Jasad dan organ-organ kemudian dibungkus dengan natron, sejenis garam, untuk mengeringkan jasad yang dibiarkan menjadi kering selama 40 hari. Setelah itu, jasad dibilas dan diminyaki lagi. Kemudian, dimulailah proses pembungkusan.
Advertisement
10. Masih Tersebar
Walaupun sudah banyak waktu diluangkan untuk menggali makam-makam di Mesir dan menemukan mumi-mumi, masih banyak yang harus dilakukan untuk menemukan semuanya.
Tidak semua orang dimakamkan dalam piramida. Seiring berjalannya waktu, cara pun berganti. Para firaun kemudian lebih suka dimakamkan secara privat dan monumen tentang mereka didirikan di tempat lain.
Menjelang akhir kekuasaan Mesir Kuno, para penguasa mereka dimakamkan di bagian utara negeri, bukan ditempat yang biasa. Dengan demikian, kita melewatkan banyak firaun dan ratu terkenal, misalnya makam Cleopatra.
Memang sudah ditemukan mumi seorang wanita dengan nama sama, tapi ia bukanlah yang merayu Marc Anthony dan Julius Caesar. Masih banyak makam dan mumi yang menunggu ditemukan untuk digali.