Sukses

Perokok di Swedia Beralih ke Benda Mirip Kantong Teh Celup Ini

Sejak 1970-an, kebanyakan perokok di Swedia mengganti rokok mereka dengan snus, kantong kecil mirip teh celup.

Liputan6.com, Stockholm - Kabar baik datang dari Swedia terkait dengan kebiasaan merokok di kalangan pria di sana.

Pemerintah Swedia baru saja menerbitkan data yang mengungkapkan bahwa proporsi kaum pria usia 30 hingga 40 yang perokok telah berkurang 5 persen pada 2016.

Dengan demikian, Swedia menjadi negara pertama yang mencapai sasaran pengurangan yang diajukan oleh badan-badan kesehatan dunia dan pemerintah-pemerintah yang mengupayakan penurunan 5 persen jumlah perokok pada tanggal tertentu.

Swedia sendiri belum menandatangani kesepakatan pencapaian sasaran tersebut, walaupun Kanada, Irlandia, Skotlandia, dan Selandia Baru telah menandatangani.

Dikutip dari New Scientist pada Rabu (15/3/2017), secara keseluruhan sekitar 8 persen kaum pria Swedia merokok setiap hari. Sebenarnya, angka itu pun termasuk rendah dibandingkan dengan angka rata-rata Uni Eropa yang berkisar pada 25 persen.

Untuk kaum wanita, proporsi kaum wanita Swedia yang merokok juga terus berkurang. Sekarang ini hanya pada kisaran 10 persen.

2 dari 2 halaman

Kantong Tembakau

Sebagian alasan keberhasilan itu adalah karena, sejak 1970-an, kebanyakan perokok di Swedia mengganti lintingan tembakau mereka dengan snus, mirip kantong teh celup yang berisi tembakau termurnikan yang dipasturisasi.

Ketika diselipkan di bawah bibir atau pipi bagian dalam, kantong itu perlahan-lahan melepaskan nikotin.

Snus di Swedia sudah ada sejak Abad ke-17, tapi sekarang ini masih ada sekitar 18 persen kaum pria yang menggunakannya.

Gerry Stimson, ketua kelompok konsumen New Nicotine Allience, mengatakan, "Merokok sedang menurun di Swedia dan itu disebabkan oleh popularitas snus yang menggantikan merokok."

(Sumber BBC)

Pada Januari lalu, kelompok yang mempromosikan pengurangan dampak buruk tembakau itu memulai tindakan legal melalui Pengadilan Eropa dengan tujuan membatalkan larangan snus di seluruh Uni Eropa, kecuali di Swedia yang memandang snus sebagai tradisi lama.

Stimson melanjutkan, "Kami membawa kasus ini karena pelarangan itu mencegah akses kepada produk yang membantu orang melindungi kesehatan dirinya."

Ia berpendapat bahwa upaya-upaya global untuk menghilangkan semua bentuk tembakau merupakan hal yang terlalu idealis dan menafikan manfaat kesehatan ketika orang kemudian berpindah kepada snus dan rokok elektronik yang memasok nikotin. Strategi demikian disebut sebagai pengurangan kerusakan.

Stimson melanjutkan, "Jika kesuksesan Swedia dengan snus bisa ditiru di Inggris, hal itu bisa mengurangi angka kanker paru-paru hingga 50 persen."

Informasi dari WHO, badan kesehatan PBB, mengungkapkan bahwa angka kematian akibat kanker paru-paru di Swedia kurang dari setengah angka rata-rata di Uni Eropa.

Swedia juga memiliki angka paling rendah kanker mulut dan pankreas di Eropa sehingga mengurangi kekhawatiran bahwa penggunaan snus mungkin meningkatkan risiko kanker-kanker lain.

Tapi, snus bukannya tanpa cela. Snus dibuat melalui proses yang menurunkan zat-zat kimia penyebab kanker dalam produk akhir. Dengan demikian, snus mungkin saja kurang begitu berbahaya dibandingkan tembakau jenis lain, tapi masih mengandung zat-zat berbahaya tersebut dalam kadar rendah, demikian menurut Cancer Research UK.

Pejabat senior untuk informasi kesehatan di Cancer Research UK, Nicola Smith, mengatakan, "Menarik melihat angka-angka di Swedia, tempat di mana snus menjadi produk budaya."

"Tapi bukannya tanpa bahaya, karena penggunaannya terkait dengan kanker pankreas."

Video Terkini