Liputan6.com, Hobart - Sebuah pantai di barat laut Tasmania mendadak berpendar cahaya biru terang selama akhir pekan. Para pengguna Instagram pun tak menyia-yiakan penampakan itu, dengan mengabadikan dan mengunggahnya.
Dilansir dari Mashable, Kamis (16/3/2017), efek cahaya demikian ternyata tercipta berkat ganggang bioluminescent yang tengah mekar. Organisme itulah yang menimbulkan cahaya biru yang lebih terang dari biasanya.
Baca Juga
"Sangat menarik meyaksikan warna-warni menyala aquamarine di tengah deburan ombak," kata fotografer Brett Chatwin Advocate.
Advertisement
"Seperti memotret Aurora Australis, tapi sedikit lebih mudah."
Ganggang menyala di pantai Tasmania itu adalah organisme sel tunggal yang disebut dinoflagellata (juga dikenal sebagai sea sparkle) yang menyala ketika merasa terancam. Fenomena serupa pernah terjadi di daerah yang sama sebelumnya.
Menurut National Geographic, bioluminescence atau bioluminesensi dapat digunakan untuk membela diri terhadap predator. Selain itu, juga bisa digunakan untuk menerangi jalan bagi pemburu untuk mencari mangsanya.
Hampir tidak ada organisme air tawar asli yang bercahaya, sehingga kesempatan untuk menyaksikannya adalah di sepanjang pantai.
Bioluminescence atau bioluminesensi adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia tertentu. Terjadi secara luas pada vertebrata dan invertebrata laut, serta beberapa jamur dan mikroorganisme seperti fitoplankton.
Tulisan tertua tentang bioluminesensi dibuat 2500 tahun yang lalu oleh Aristoteles. Bioluminescence sendiri adalah gabungan 2 kata: 'bios' yang berarti hidup dalam bahasa Yunani dan 'lumen'--cahaya dalam bahasa Latin.
Berbagai jenis binatang menggunakan bioluminescence atau berpendar dengan cara yang berbeda.
Fenomena Serupa
Fenomena serupa pernah terjadi juga di Maladewa pada 2014. Saat itu, pemandangan menakjubkan tersebut dihasilkan dari bioluminesensi dari fitoplankton.
Fotografer asal Taiwan, Wil Ho, menyaksikan banyak organisme kecil yang bersinar mirip kunang-kunang dibawa ombak dan terdampar di pantai. Mereka lalu menciptakan pola-pola yang memesona di perairan dangkal.
Organisme mini itu diyakini mengeluarkan cahaya ketika mengalami tekanan atau stres. Menurut Ho, malam itu angin bertiup kencang. Makhluk tersebut mungkin dibuat gelisah oleh ombak yang besar.
"Saya sangat beruntung menyaksikan pemandangan indah seperti itu. Saya mengambil sejumlah gambar kenangan luar biasa itu dengan kamera. Namun, hati saya sedih melihat penampakan sampah-sampah di pantai, saat memperbesar gambarnya di laptopku," kata Ho di laman Flickr-nya, seperti dimuat Daily Mail, 23 Januari 2014.
Ho juga mengambil foto jejak-jejak kaki yang bercahaya. Jejak itu muncul saat organisme yang berada di permukaan pantai yang basah, merasa tertekan ketika mereka diinjak.
Ahli biologi kelautan, Jorge Ribas, seperti Liputan6.com kutip dari Discovery News mengatakan, air laut di Maladewa saat itu dipenuhi fitoplankton bioluminesensi yang disebut Lingulodinium polyedrum.
Mikroorganisme itu bersinar ketika mengalami stres. Penyebabnya termasuk gelombang yang kuat, dayung yang menghentak air, juga percikan air dari papan selancar.
Advertisement