Liputan6.com, Amsterdam - Politikus anti-Islam, Geert Wilders harus menelan pil pahit. Pria keturunan Indonesia ini menerima kekalahan dalam pemilhan umum Belanda.
Wilders menelan kekalahan dari Partai beraliran Tengah-Kanan pimpinan Perdana Menteri Mark Rutte, Partai VVD. Partai tersebut mendapat 32 kursi dari 150 yang diperebutkan.
Sementara itu, partai tempat Wilder bernaung, Party for Freedom hanya bercokol di peringkat ke-3 dengan 19 kursi. Suara terbanyak kedua diperoleh Christian Democratic Party dengan 20 kursi di parlemen.
Advertisement
Hasil pemilu ini disambut baik Rutte. Menurutnya gelombong populisme yang ada di dunia tidak terjadi di Belanda.
"Kami menginginkan untuk tetap melekat pada kestabilan, keamanan dan kesejahteraan," sebut Rutte seperti dikutip dari TVNZ, Kamis (16/3/2017).
Baca Juga
Melihat hasil tersebut, Wilders mengaku kecewa. Namun, gelombang populisme yang ada di dunia tidak akan berhenti meski dirinya gagal menang.
"Rutte tidak akan terlihat ada di belakang saya," sebut Wilders.
Geert Wilders lama dikenal sebagai politisi sayap kanan yang anti-Islam. Karena berbagai pernyataannya yang kontroversial, Wilders pun dijuluki Donald Trump dari Belanda. Ia pernah membanding-bandingkan Alquran dengan autobiografi Adolf Hitler, Mein Kampf, menyebut imigran Maroko di Belanda sampah, dan oleh pengadilan ia telah dinyatakan bersalah karena dianggap menghina satu kelompok dan memicu diskriminasi.
Wilders (53), seorang mantan penulis pidato, menaruh harapan besar bahwa momentum meningkatnya gelombang populis di Eropa akan membawanya memenangkan pemilu.
Wilders adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya seorang Belanda, sementara sang ibu yang lahir di Indonesia disebut memiliki latar belakang campuran Indonesia-Belanda.