Liputan6.com, Washington, DC - Kanselir Jerman Angela Merkel dalam hitungan jam akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Perdagangan transatlantik dan NATO disebut-sebut akan menjadi agenda utama pertemuan dua kepala negara ini.
Presiden AS tersebut sebelumnya pernah membuat Berlin ketar-ketir dengan mengancam akan menerapkan tarif impor 35 persen bagi mobil-mobil buatan Jerman.
Tidak hanya itu, Trump juga sempat menyerukan agar Jerman meningkatkan belanja pertahanannya.
Advertisement
Dalam pertemuan perdananya dengan Trump, Merkel turut didampingi oleh bos-bos sejumlah perusahaan Jerman seperti Siemens, Schaeffler, dan BMW.
Kunjungan Merkel ke Washington semula dijadwalkan berlangsung pada Selasa lalu, namun terpaksa ditunda karena terjadi badai salju.
"Akan selalu lebih baik berbicara dengan satu sama lain ketimbang tentang satu sama lain," ujar Kanselir Merkel kepada media Jerman Saarbruecker Zeitung dan dilansir BBC, Jumat, (17/3/2017).
Semasa berkampanye, Trump mengancam akan menerapkan pajak impor lebih tinggi terhadap negara seperti Jerman yang memiliki surplus perdagangan lebih dibanding AS.
Sementara itu, Merkel menegaskan ada banyak investasi langsung Jerman di Negeri Paman Sam. Ia bahkan mengklaim pabrik BMW di AS mengekspor lebih banyak mobil dibanding General Motor dan Ford dari AS.
Terkait ancaman AS soal penerapan tarif impor yang lebih tinggi, Menteri Ekonomi Jerman Brigitte Zypries mengatakan, pihaknya dapat mengajukan gugatan atas hal tersebut di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Ada prosedur dalam perjanjian WTO di mana jelas disebutkan bahwa tidak diperkenankan mengambil pajak atas impor mobil lebih dari 2,5 persen," ujar Zypries ke radio Deutschlandfunk.
Pertemuan perdana Trump dengan Merkel akan menjadi perhatian mengingat keduanya secara terbuka menunjukkan sikap berbeda pada sejumlah isu penting.
Sebut saja, pada Januari lalu, Trump mengatakan bahwa Merkel telah membuah kesalahan berujung bencana dengan mengizinkan ratusan ribu pengungsi dan imigran masuk ke Jerman.
Pernyataan Trump tersebut ditanggapi Merkel dengan mengatakan, Uni Eropa harus mengambil tanggung jawab atas urusan tersebut, "Kami bangsa Eropa menentukan nasib kami sendiri".
Nyonya Merkel balik mengkritik kebijakan anti-imigran Trump yang menargetkan warga dari sejumlah negara mayoritas muslim. Melalui sambungan telepon langsung ke Trump ia mengingat bahwa Konvensi Jenewa mewajibkan penandatangan, termasuk AS, untuk merawat pengungsi perang atas dasar kemanusiaan.
Selain agenda bilateral kedua negara, sejumlah isu global lain seperti Rusia, Suriah, Iran, Korut, dan proses perdamaian di Timur Tengah disebut-sebut akan dibahas Trump dan Merkel.