Liputan6.com, Lima - Hujan intens, meluapnya sungai, tanah longsor, dan banjir yang terjadi di Peru disebut sebagai yang terburuk dalam dua dekade terakhir. Pada Sabtu 18 Maret 2017 waktu setempat, otoritas lokal mengatakan, musibah banjir telah melanda sebagian wilayah negara dan menyebabkan 72 orang tewas.
Curah hujan tidak biasa yang diikuti dengan serangkaian badai terjadi di sepanjang pantai utara Peru. Hal itu menyebabkan banjir melanda rumah sakit dan mengisolasi sejumlah desa. Badai yang disebabkan oleh pemanasan permukaan air di Samudera Pasifik tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga dua pekan ke depan.
Baca Juga
Pemerintah Peru mengatakan, 374 orang tewas pada tahun 1998 selama periode yang sama ketika hujan lebat dan banjir akibat El Nino melanda negara tersebut.
Advertisement
Sementara itu, jumlah korban tewas diperbarui oleh Perdana Menteri Fernando Zavala. Berdasarkan laporan terakhir, ia menyatakan terdapat 72 orang meninggal dunia. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan pun bergerak cepat dengan mengasapi sejumlah area demi mencegah munculnya penyakit demam berdarah.
Layanan air di Lima, ibu kota Peru, tidak berfungsi sejak awal pekan lalu. Demi mengendalikan ketertiban umum di 811 kota yang telah dinyatakan berada dalam kondisi darurat, pemerintah mengerahkan angkatan bersenjata untuk membantu aparat kepolisian.
"Harga lemon naik, begitu juga dengan harga kentang dan minyak goreng," ujar Sara Arevalo, seorang warga di utara Lima seperti dikutip dari Associated Press, Minggu, (19/3/2017).
Pemerintah mengakui adanya kenaikan harga sekitar 5 persen akibat banjir.
Di wilayah Lambayeque, 22 tahanan di pusat penahanan remaja mengambil keuntungan dari musibah ini untuk melarikan diri. Sementara di kota Trujillo, banjir juga menerjang area pemakaman yang menyebabkan kerangka dari jasad yang terkubur keluar ke jalanan.
Bahkan di Lima, wilayah beriklim gurun yang jarang memicu banjir, polisi harus membantu ratusan warga di lingkungan pinggiran untuk menyeberang banjir dengan menggunakan tali. Arus berlumpur menutupi jalan setelah sebuah sungai besar meluap.
Terkait dengan bencana yang tengah mendera Peru, sejumlah negara tetangga seperti Chile, Bolivia, dan Venezuela telah menawarkan bantuan.