Liputan6.com, Livermore - Beberapa waktu lalu Donald Trump telah menyerukan untuk memperkuat senjata yang dimiliki Amerika Serikat. Sementara itu, Rusia makin sering memperlihatkan kehebatan senjata nuklirnya.
Tak hanya itu, negara yang kerap mendapat kecaman dunia internasional, Korea Utara, sedang mengembangkan rudal jarak jauh dan beberapa kali melakukan uji coba rudal.
Meski masing-masing negara belum menunjukkan sinyal perang, namun hal tersebut telah membuat sejumlah pihak prihatin dan khawatir. Pertanyaan, "apa yang harus saya lakukan untuk bertahan dari serangan bom nuklir?" mungkin pernah terlintas di pikiran sejumlah orang.
Advertisement
Seorang peneliti Lawrence Livermore National Laboratory, Michael Dillon, membantu menjawab pertanyaan soal bom nuklir. Hal itu ia ungkapkan dalam studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society A: Mathematical and Physical Sciences.
Selain itu, instansi pemerintah dan organisasi lain juga telah mengeksplorasi pertanyaan tersebut dan memiliki rekomendasi dan respons rinci terkait hal itu.
Dikutip dari Business Insider, Minggu (19/3/2017), jika kota Anda menjadi target bom nuklir berbobot 0,1 hingga 10 kiloton--berkekuatan lebih rendah dibanding Hiroshima--kemungkinan besar Anda dan 100.000 warga lainnya selamat.
Jika Anda selamat, maka Anda harus dapat dengan cepat menghindari bagian-bagian radioaktif yang terlepas di atmosfer setelah terjadi ledakan nuklir, atau dikenal dengan fallout. Bagian-bagian radioaktif itu dapat berupa serpihan bom, tanah, puing-puing, debu, dan abu yang terbawa angin kencang.
Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari tempat terbaik untuk bersembunyi -- makin padat material yang digunakan pemisah tempat berlindung dengan lingkungan luar akan semakin baik -- lalu tunggu hingga tim penyelamat datang.
Pemerintah AS menyarankan untuk bersembunyi di gedung terdekat. Namun tidak semua gedung menyediakan banyak shelter -- tempat berlindung-- dari fallout.
Shelter terbaik berupa ruang bawah tanah yang terbuat dari batu bata tebal atau beton dan minim jendela, layaknya shelter untuk bom.
Jika bersembunyi di ruang bawah tanah, Anda hanya terpapar 1/200 dari radiasi fallout. Sementara itu, jika Anda memilih berada di ruang keluarga berjendela kayu, maka radiasi akan terpangkas setengahnya.
Lalu apa jadinya jika tidak ada tempat yang aman di sekitar Anda?
Dalam studinya pada 2014, Sillon mengembangkan model untuk menentukan pilihan, untuk menetap atau pindah. Jawaban tersebut tergantung dari seberapa jauh Anda dari tempat ledakan, karena hal itu akan menetukan kapan fallout itu akan tiba.
Jika sesaat setelah ledakan Anda dengan segera berlindung di shelter berdinding tebal, tetap berada di sana hingga penyelamat datang.
Jika Anda belum berada di shelter yang aman, namun mengetahui bahwa Anda akan mencapai shelter tersebut dalam waktu lima menit, Sillon menyarakan agar kita bergegas dan diam di sana.
Namun jika membutuhkan waktu 15 untuk mencapai shelter berdinding tebal, akan lebih baik untuk berada di tempat berlindung seadanya. Satu jam kemudian, Anda bisa melanjutkan perjalanan. Hal tersebut dilakukan karena intensitas fallout telah mereda saat itu.