Liputan6.com, Baghdad - Tidak semua orang mengenang sosok Saddam Hussein, mantan presiden Irak, dari sisi positif bahkan setelah kematiannya beberapa tahun silam. Bagi sebagian pihak, ia tak ubahnya seorang diktator.
Di India, seorang pria dengan gelar insinyur kelautan memiliki nama yang nyaris sama dengan Saddam, yaitu Saddam Hussain. Kisah hidupnya cukup memprihatinkan.
Dua tahun setelah lulus dari Noorul Islam University, pria asal Jamshedpur di Jharkhand itu tidak kunjung mendapat pekerjaan. Ia sendiri cukup baik di kampusnya, sementara teman-temannya telah menemukan pekerjaan.
Advertisement
Hussain mengklaim, lamarannya telah ditolak perusahaan sekitar 40 kali. Hingga pada akhirnya ia menyimpulkan, namanya adalah pemicu utama penolakan tersebut meski ia sendiri tidak mau menyalahkan sang kakek yang memberikan nama tersebut.
"Orang-orang takut mempekerjakan saya," ujar Hussain seperti dikutip Hindustan Times dan dilansir BBC, Senin, (20/3/2017).
Ia pun mengajukan pergantian nama menjadi Sajid ke pengadilan. Namun roda birokrasi yang lambat membuat usahanya untuk menemukan pekerjaan pun terhambat.
Hussain menjelaskan bahwa orang-orang takut mempekerjakannya karena khawatir akan mendapat masalah dengan petugas imigrasi. Pria itu lantas berpikir bahwa mungkin ia bisa menyiasati kendala ini dengan membuat paspor, SIM, atau identitas baru lainnya. Namun proses birokrasi tidak semudah perkiraannya.
Pada akhirnya ia terpaksa bersabar menunggu sidang perubahan namanya yang akan kembali digelar pada 5 Mei mendatang. Sidang kali ini bertujuan untuk memaksa otoritas berwenang mengubah nama Hussain pada ijazah sekolah menengahnya.
Hussain tidak sendiri. Ada sejumlah pria asal Irak yang merasa "terkutuk" dengan nama yang pada awalnya diberikan sebagai bentuk penghargaan bagi seorang pemimpin yang dulu diagungkan, namun belakangan dicap sebagai diktator brutal.
Seorang pria bernama Saddam yang bekerja sebagai jurnalis di Ramadi, Irak, mengklaim ayahnya dipecat dari pekerjaannya karena ia tidak mampu meyakinkan atasannya bahwa ia bukan anggota Partai Ba'ath -- partai yang dipimpin Saddam Hussein.
Adapun cerita lain. Seorang pria bernama Saddam ditawan oleh kelompok bersenjata. Ia disuruh berlutut, sementara laras senjata ditempakan di bagian belakang kepalanya.
Namun entah bagaimana, ia beruntung. Senjata itu macet dan akhirnya kelompok itu memutuskan untuk membebaskannya.
Perlakuan tidak mengenakkan gara-gara nama ini juga dialami oleh seorang siswa di sebuah sekolah Kurdi di Irak.
Ketika sedang bermain sepak bola, teman-temannya berteriak: "Bukan hanya kami yang membenci kamu, melainkan seluruh negeri membenci kamu".