Liputan6.com, Bangkok - Belum banyak yang tahu mungkin, gagasan pembangunan Terusan Kra yang melintasi Tanah Genting Kra dan menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman telah muncul sejak ratusan tahun lalu. Namun berkali-kali, rencana ini timbul-tenggelam.
Belakangan, ide untuk membangun Terusan Kra kembali mengemuka menyusul penandatanganan MoU antara the China-Thailand Kra Infrastructure Investment and Development dengan Asia Union Group pada tahun 2015.
Pemerintah Tiongkok sendiri mengklaim tidak terlibat dalam megaproyek tersebut.
Advertisement
Jika pembangunan kanal ini terwujud, Singapura disebut-sebut akan paling terkena dampaknya karena kapal-kapal nantinya tidak harus melewati Negeri Singa dan Selat Malaka.
Sementara itu, sebagian pihak berpendapat pembangunan Kanal Kra ini tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap Indonesia. RI justru diharapkan dapat mengambil peluang jika proyek ini benar-benar terlaksana.
"Kami mendiskusikan peluang yang bisa diambil Indonesia bila Kanal Kra dibuka. Namun untuk sementara kita akan melihat perkembangan situasi saja," terang Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan pada Desember 2016 lalu usai menyambangi Kepala Bappenas Bambang Sumantri Brojonegoro untuk membahas isu ini.
Harapan menyeruak, jika Terusan Kra dibuka maka Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Kuala Tanjung akan berkembang.
Terlepas dari kabar bahwa rencana pembangunan Terusan Kra ini adalah upaya China untuk membangun pengaruhnya di Asia Tenggara, namun yang pasti gagasan ini sejalan dengan cita-cita Beijing untuk mengembangkan jalur sutera maritim.
Seperti dikutip dari The Straits Times, Senin, (20/3/2017) berikut 5 fakta tentang Terusan Kra:
1. Apa itu Terusan Kra?
Kelak jika selesai dibangun, Terusan Kra akan melintasi Tanah Genting Kra, sebuah daratan sempit di Thailand Selatan yang menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman.
Terusan Kra akan memiliki panjang 102 kilometer. Estimasi biaya pembangunannya sekitar US$ 28 miliar. Diperkirakan membutuhkan waktu delapan hingga 10 tahun untuk menyelesaikan megaproyek ini.
Dengan pembangunan Terusan Kra, kapal-kapal tidak perlu lagi lewat Singapura dan Semenanjung Malaysia sehingga mereka dapat memotong waktu perjalanan sebanyak 72 jam atau 1.200 kilometer.
Kapal juga dapat menghindari Selat Malaka yang padat, di mana aktivitas bajak laut di kawasan ini dikabarkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement
2. Sebuah proyek dengan sejarah 400 tahun
Ide pembangunan Terusan Kra ini pertama kali diusulkan oleh Raja Narai pada tahun 1677. Namun dalam perjalanannya kerap timbul-tenggelam.
Gagasan sempat mencuat pada tahun 1870-an, tepatnya setelah Terusan Suez ada dan menunjukkan bahwa kanal buatan manusia "layak pakai".
Pada tahun 1946 perjanjian Anglo-Thai melarang pemerintah Thailand membangun kanal tersebut tanpa persetujuan dari pemerintah Inggris. Britania Raya kala itu sudah melihat bahwa Terusan Kra dapat menjadi ancaman terhadap dominasi Singapura -- koloni Inggris -- sebagai hub pengiriman regional.
Rencana pembangunan kembali muncul pada tahun 1950-an dan 1970-an. Namun perubahan terjadi di setiap dekade, terutama ketika pemerintahan baru berkuasa di Thailand. Pada tahun 1980, Jepang pun sempat dikabarkan akan terlibat dalam proyek tersebut.
Di tengah kemajuan pesat ekonomi China, Thailand dikabarkan berpaling ke negara itu untuk membantu pembangunan Terusan Kra melalui kerangka joint venture.
Tahun 2014, pebinis Pakdee Tanapura, seorang anggota Komite Terusan Kra mengatakan kepada The Straits Times bahwa kanal tersebut dapat menjadi bagian dari rute jalur sutra maritim yang bertujuan meningkatkan konektivitas dan perdagangan melalui Laut China Selatan.
3. Dampak bagi Singapura
Keberadaan Terusan Kra diprediksi akan mengurangi jumlah kapal yang melintasi Singapura. Ini tentu akan memukul Negeri Singa mengingat industri maritim menyumbang cukup signifikan terhadap PDB negara itu.
Pada tahun 2014, industri maritim menyumbang sekitar 7 persen terhadap PDB Singapura.
Meski demikian ada pula yang berpendapat, dampak dari Terusan Kra mungkin saja terbatas.
"Jarak memang penting, tapi kapal tentu mempertimbangkan layanan dan fasilitas. Fondasi dan reputasi pelabuhan Singapura yang telah terbangun tentu tidak bisa dengan cepat ditiru," ujar Li Zhenfu dari Dalian Maritime University.
Advertisement
4. Dampak bagi Thailand dan China
Ekonomi Thailand tentu dapat didorong melalui proyek semacam itu. Belum lagi ditambah manfaat potensinya termasuk biaya pelabuhan, tol, investasi asing, dan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah.
Sementara bagi China, yang mengimpor minyak dari Afrika dan Timur Tengah, jarak tempuh pendek tentu berarti hemat waktu dan hemat uang. Sekaligus ini dapat menjadi pendorong bagi sejumlah pelabuhan China seperti di Shanghai, Hong Kong, dan Shenzen.
5. Terancam Jadi Proyek Abadi
Analis mengatakan bahwa untuk biaya pembangunan kanal, yang mampu menghemat waktu tempuh 72 jam tidak cukup signifikan. Ada juga konsekuensi lingkungan dan pertimbangan keamanan.
Banyak pihak di kalangan rakyat Thailand sendiri disebut-sebut tidak akan senang dengan terusan baru. Karena jika selesai, maka Terusan Kra akan memisahkan empat provinsi di bagian selatan negara itu dari seluruh negeri.
Provinsi-provinsi tersebut memiliki riwayat menolak sejumlah ketetapan Bangkok dan diperparah dengan lahirnya gerakan separatis. Sekalipun kendala tersebut diatasi, pertanyaan berikutnya yang harus dijawab adalah kemana jutaan warga yang tinggal di area pembangunan akan dipindahkan?
Advertisement