Sukses

Nyaris Semua Delegasi African Summit Ditolak Masuk AS

Pertemuan antar petinggi Benua Hitam dan AS yang diadakan tiap tahun itu tak dihadiri satu orang pun perwakilan negara-negara Afrika.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah keanehan terjadi di Konferensi Perdagangan Afrika-Amerika Serikat kali ini.

Pertemuan antar petinggi Benua Hitam dan AS yang diadakan tiap tahun itu tak dihadiri perwakilan negara-negara Afrika.

Ada 60 delegasi dari Afrika ditolak visanya oleh pihak penyelenggara, dalam hal ini Amerika Serikat.

African Global Economic and Development Summit adalah sebuah konferensi tiga hari yang diadakan di University of Southern California (USC).

Biasanya penyelenggara mengundang delegasi dari negara-negara Afrika untuk bertemu petinggi bisnis di AS untuk memperat perdagangan antar kedua negara.

Namun, menurut penyelenggara, Mary Flowers, tak satupun delegasi dari Afrika disetujui visanya.

Dari 100 delegasi yang diundang, 60 diantaranya visanya ditolak. Dan sisanya 40 orang sempat diinterogasi pihak bandara Los Angeles.

"Saya tidak tahu apakah ini karena efek Donald Trump atau kedubes kita yang kerap melakukan diskriminasi menganggap kebijakan Trump sebagai kesempatan untuk menolak visa mereka. Karena isu larangan masuk AS nyaris menolak semua orang masuk ke sini," kata Flowers seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (22/3/2017).

"Pertemuan ini justru untuk menciptakan pekerjaan di AS dan di Afrika. Saya tak habis pikir dengan apa yang terjadi," lanjutnya lagi.

Penolakan visa bagi warga Afrika, yang padahal berencana hadir di konferensi Afrika AS adalah contoh paling anyar bagaimana sulitnya ke AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Pemain bola, musisi, dokter, pekerja teknologi, bahkan relawan dilarang masuk ke AS.

Partisipan Afrika yang dilarang masuk dalam konferensi perdagangan itu berasal dari Nigeria, Kamerun, Angola, Ethiopia, Sierra Leone, Guinea, Ghana, Afrika Selatan dan banyak lagi.

Padahal, sejauh ini kebijakan anti-imigran Donald Trump --yang telah ditangguhkan-- melarang masuk 6 negara muslim, 3 di antaranya Afrika yaitu Somalia, Sudan, dan Libya. Sementara, tak satupun delegasi datang dari tiga negara itu.

"Konferensi ini membuat AS bersentuhan dengan orang sesungguhnya jadi mereka bisa melakukan bisnis," kata Flowers, CEO dari Global Green Development Group yang mewakili sejumlah pekerjaan di Afrika.

Juru bicara di Kemenlu AS menolak klaim penolakan delegasi pertemuan itu, mengatakan dalam pernyataan, "Kami tak bisa berspekulasi apakah orang itu berhak mendapat visa atau tidak... juga tak bertanggung jawab terhadap pembatasan."

"Lamaran visa akan ditolak jika pelamar ditemukan tak bisa mendapat visa sesuai dengan peraturan Immigration and Nationality Act."

Meski demikian, ini bukan kali pertama delegasi ditolak masuk, kata Flower yang telah mengorganisir pertemuan ini semenjak 2013. Dalam beberapa tahun belakangan, sekitar 40 persen ditolak masuk.

Namun, tahun ini penolakan visa nyaris mencapai 100 persen. Itu berarti hanya 50 hingga 75 orang yang datang dari 150 hingga 200 undangan.

"Secara finansial itu berarti kerugian. Tak hanya pihak penyelenggara tapi kota secara keluruhan," ujar Flowers.

Ia mengatakan, mereka yang ditolak telah mendaftar di acara itu bahkan telah membayar biaya visa.

Mereka ditolak setelah wawancara singkat, bahkan mereka sudah membawa dokumen lengkap, termasuk rekening bank dan catatan kepemilikan rumah.

"Pertemuan ini bertujuan membawa AS lebih dekat ke Afrika," ucap Flowers yang berhasil melakukan pengerjaan proyek energi di Nigeria berkat pertemuan itu.

"Pemerintah tak bisa seenaknya mengimbau untuk bekerja sama dengan Afrika, tapi mereka menutup pintu di depan muka delegasi," tutupnya.